
Pemerintah Harus Turun Tangan Cegah Dampak AI Rebut Pekerjaan Manusia
Teknologi AI digadang-gadang akan merebut lapangan pekerjaan untuk manusia. Pemerintah harus turun tangan.
Teknologi AI digadang-gadang akan merebut lapangan pekerjaan untuk manusia. Pemerintah harus turun tangan.
Teknologi kecerdasan buatan diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Namun siapa sangka bahwa hal tersebut juga bisa menyebabkan bahaya.
Makin banyak hoaks yang menyalahgunakan artificial intelligence (AI) dan sulit untuk dibedakan dengan aslinya. Kuncinya, biasakan skeptis!
Secanggih-canggihnya AI, tidak semua peran bisa dia gantikan. Salah satunya menggeser profesi berkait moral layaknya hakim dan jaksa.
Di tengah penggunaannya yang bermanfaat luas, Artificial Intelligence (AI) ternyata punya potensi melanggar hak asasi manusia.
Pengembangan artificial intelligence (AI) makin gencar dilakukan, meski saat ini masih masuk kategori weak AI. Kalau sudah jadi strong AI jadinya kayak apa ya?
Tanpa kita sadari, AI hadir dalam keseharian. Para peneliti Indonesia pun mengembangkan AI untuk bisa digunakan dalam banyak hal.
Di bidang tertentu, AI mungkin tak perlu menunggu canggih dulu baru diterapkan. Salah satu contohnya adalah layanan penerjemahan Google Translate.
AI memang tidak dapat menggantikan pekerjaan manusia di semua bidang. Namun tetap penting bagi para pembuat kebijakan untuk terlibat dalam hal ini.
AI akan menggantikan pekerjaan manusia. Sekitar 85 juta pekerjaan akan digantikan robot pada 2025. Tapi manusia tidak perlu panik karena ada sisi baiknya.