Setiap daerah di Provinsi Bengkulu memiliki berbagai jenis objek wisata yang patut dikunjungi. Salah satunya berada di Kecamatan Kabawetan, Kepahiang. Di sana, detikers disuguhkan nuansa sejuk dipadu panorama indah kebun teh.
Kesejukan itu terasa sejak matahari mulai terbit dari ufuk timur. Kabut-kabut yang ada pastinya bikin detikers jatuh cinta mengunjungi kawasan tersebut.
Selain sejuk dan panorama indah kebun teh, pondok-pondok peristirahatan juga telah dibangun untuk memanjakan pengunjung. Di pondok itu, siapapun yang datang bisa berfoto ria dengan latar alam cukup indah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sini selain udaranya sejuk, sangat bagus buat foto-foto dengan nuansa alam dan perkebunan teh," kata seorang pengunjung dari Kota Bengkulu, Delya kepada detikSumut, akhir pekan lalu.
Delya mengatakan dari pondok yang ada di sana, dirinya juga bisa melihat Bukti Kaba yang tak kalah indahnya. Berbagai macam sayur dan buah-buahan juga banyak ditanami di sekitar perkebunan teh.
Delya mengaku dengan kondisi alam sedemikian rupa, menjadi salah satu tempat yang bisa bersantai menghilangkan stres selama bekerja.
"Sangat cocok buat bersantai menghilangkan stres kerja selama sepekan," sebut Delya.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...
Diketahui, Kabawetan sebagai kecamatan yang dikenal sekarang. Kabawetan berada sekitar 10 kilometer dari pusat kota Kepahiang atau 82 kilometer dari Kota Bengkulu.
Kabawetan diresmikan dengan landasan hukum berupa Peraturan Daerah Kabupaten Kepahiang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pembentukan Kecamatan Seberang Musi, Kecamatan Kabawetan, Kecamatan Muara Kemumu, dan Kecamatan Merigi.
Daerah yang menjadi Kecamatan Kabawetan awalnya merupakan tanah milik Marga Merigi dan Bermani Ilir, yang secara bertahap di buka untuk perkebunan secara besar-besaran melalui masuknya onderneming ke wilayah Kepahiang pada 1908.
Kabawetan menjadi pusat usaha perkebunan, khususnya teh dan kopi oleh N.V Land Bovus Maatschaapy yang pada 1925 dan kolonisasi melalui tranmisgrasi kuli kontrak dari Pulau Jawa yang datang antara 1909-1918 dan 1930-1940.
Pada Perang Dunia II, perkebunan-perkebunan Belanda mulai terbekalai, hingga akhirnya diambil alih oleh Pemerintah Indonesia pada 1950. Empat tahun berselang, program transmigrasi dilanjutkan untuk pertama kalinya.
Transmigrasi kedua dilakukan pada 1955. Para peserta datang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, mauun Jawa Timur. Jumlahnya tak kurang dari 600 kepala keluarga, yang dikelompokkan menjadi 12 grup dan ditempatkan di wilayah Marga Bermani Ilir. Pengelolaan tanah transmigrasi di daerah itu memiliki landasan legal berupa Surat Izin Berladang No. 30/1953 dari Djewatan Transmigrais dan Keputusan Dewan Marga Bermani Ilir tanggal 7 Desember 1953.
![]() |
Sejarah kolonisasi dan transmigrasinya yang panjang menjadikan Kabawetan sebagai satu-satunya kecamatan di Kepahiang yang mayoritas penduduknya bukan dari suku bangsa Rejang, melainkan Jawa. Ada pun suku Sunda merupakan minoritas, tetapi cukup signifikan kehadirannya.
Wilayah Kabawetan berada di sebelah utara ibu kota kabupaten. Topografi daerah ini umumnya berbukit-bukit dengan lembah dan lereng-lereng pada ketinggian antara 600-1.200 mdpl.
Dengan ketinggian mencapai 1.200 mdpl, inilah menjadikan Kabawetan memiliki keindahan alam yang sejuk dan dingin, sehingga menarik perhatian wisatawan yang berkunjung dikawasan perkebunan teh ini, selain memiliki jalur transportasi yang lancar, Kabawetan hanya berjarak 1,5 jam dari kota Bengkulu.
"Jalan menuju Kabupaten Kepahiang tidak terlalu jauh dari kota, bila libur tiba biasa mengajak keluarga berlibur ke sini," ungkap salah satu pengunjung, Bambang.
Bambang mengungkapkan, selain bisa menikmati pemandangan alam perkebunan teh, juga bisa membeli sayuran saat pulang karena sebagian besar warga merupakan petani sayuran.
"Asiknya lagi pas pulang bisa belanja berbagai macam sayuran segar langsung dari kebunnya," tutup Bambang.
Simak Video "Video: Naik Bianglala Raksasa Sambil Nikmati Pemandangan Kebun Teh Malabar"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)