Legenda Kiper PSMS dan Timnas Ronny Pasla Wafat, Begini Kiprahnya di Medan

Sepakbola

Legenda Kiper PSMS dan Timnas Ronny Pasla Wafat, Begini Kiprahnya di Medan

Nizar Aldi - detikSumut
Senin, 24 Nov 2025 15:36 WIB
Ronny Pasla saat memperkuat PSMS Medan tahun 1967. (Dok. Indra Efendi Rangkuti)
Foto: Ronny Pasla saat memperkuat PSMS Medan tahun 1967. (Dok. Indra Efendi Rangkuti)
Medan -

Ronny Pasla, legenda kiper PSMS Medan dan Timnas Indonesia era 60-an hingga 70-an meninggal dunia dini hari tadi. Begini kiprah Ronny Pasla yang mengawali kariernya dari Medan.

Ronny Pasla diketahui meninggal dunia dini hari tadi pukul 01.26 WIB di Jakarta. Ronny Pasla merupakan pesepakbola berdarah Sulawesi Utara yang lahir di Medan pada 15 April 1946.

Pemerhati sepakbola asal Sumut, Indra Efendi Rangkuti turut berdukacita atas meninggalnya Ronny Pasla. Ronny dinilai sosok penting di kejayaan PSMS Medan dan Timnas Indonesia era 60-an hingga pertengahan 70-an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berita ini menimbulkan dukacita mendalam bagi seluruh pecinta sepakbola khususnya PSMS karena Ronny Pasla adalah sosok penting kejayaan PSMS dan Timnas Indonesia pada akhir era 60-an hingga pertengahan 70-an," kata Indra Efendi Rangkuti dalam keterangannya, Senin (24/11/2025).

Indra menjelaskan Ronny awalnya menekuni olahraga tenis. Bahkan Ronny memperkuat tim tenis Sumut untuk PON 1965, namun PON batal karena peristiwa G-30 S/PKI.

ADVERTISEMENT

Kemudian ayahnya menyarankan Ronny untuk beralih ke sepakbola karena dengan tinggi 184 centimeter cocok sebagai kiper. Bakat Ronny juga dilirik oleh Zulkarnaen Nasution, pelatih klub anggota PSMS, Dinamo.

Penampilannya yang gemilang di bawah mistar kemudian dilihat oleh pelatih PSMS Junior yang juga legenda PSMS dan Timnas Ramli Yatim. Ronny kemudian mempersiapkannya untuk ikut Suratin Cup 1967.

Ronny pun tampil mengawal gawang PSMS Junior di Suratin Cup 1967. Ronny tampil prima hingga akhirnya sukses membawa PSMS Junior juara Suratin Cup 1967 dengan menjadi juara bersama dengan Persija Junior.

Tidak lama setelah membawa PSMS Junior menjadi juara Suratin Cup 1967 Ronny Pasla pindah dari Dinamo ke klub anggota PSMS lainnya yaitu Bintang Utara. Di bawah asuhan legenda PSMS Machrum yang melatih Bintang Utara kemampuan Ronny Pasla makin meningkat.

Penampilan gemilang PSMS Junior di Suratin Cup 1967 membuat beberapa pemainnya seperti Ronny Pasla, Tumsila, Sarman Panggabean,Chaliq Mazlan dan Wibisono ditarik memperkuat PSMS yang akan berlaga di putaran final Kejurnas PSSI 1967.

Kebetulan, di tim ini legenda PSMS dan Timnas Indonesia, Yusuf Siregar menjadi pelatih didampingi oleh Ramli Yatim. Bahkan berkat penampilan gemilangnya bersama Bintang Utara di kompetisi antar klub PSMS membuat Ronny Pasla dipercaya menjadi pilihan utama mengawal gawang PSMS.

Ronny Pasla tidak canggung ketika dipercaya untuk menjadi kiper utama PSMS di putaran final hingga akhirnya sukses membawa PSMS Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI untuk pertama kalinya pada 1967. Di final, PSMS mengalahkan Persib 2-0 lewat gol yang dicetak A Rahim dan Zulkarnaen Pasaribu.

Yang unik pada final ini Ronny Pasla berhadapan dengan kiper Persib yang dikaguminya, Jus Etek. Keberhasilan menjuarai Kejurnas PSSI 1967 ini membuat PSMS mewakili Indonesia di Aga Khan Gold Cup 1967 di Bangladesh.

Ronny Pasla sukses menabalkan dirinya sebagai salah satu kiper terbaik Indonesia dan Asia setelah membawa PSMS juara Aga Khan Gold Cup 1967. Di final PSMS yang dijuluki 'The Killer' ini mengalahkan tuan rumah Mohammaden 2-0.

Penampilan gemilangnya bersama PSMS sepanjang 1967 ini membuat Ronny Pasla dilirik oleh pelatih Timnas kala itu Endang Witarsa. Akhirnya pada tahun 1968 Ronny Pasla dipanggil memperkuat Timnas Indonesia dan bersaing sehat dengan kiper Persija Judo Hadianto.

Selama berkiprah di PSMS, Ronny Pasla dan rekan-rekannya meraih prestasi sebagai juara Piala Suratin (1967), Kejurnas PSSI (1967, 1969, dan 1971), Aga Khan Gold Cup (1967), Soeharto Cup 1972, Marah Halim Cup 1972 dan 1973, dan Semifinalis AFC Champions Cup 1970.

Ronny Pasla juga turut membawa Tim Sumut merebut Medali Emas PON 1969 di Surabaya setelah di final mengalahkan DKI Jakarta.

Saat berkiprah sebagai penjaga gawang andalan Tim Nasional Indonesia, Ronny juga meraih prestasi sebagai juara King's Cup di Thailand (1968), Merdeka Games (1969), Pesta Sukan Singapura (1972), Djakarta Anniversary Cup 1972.

Ronny Pasla bahkan nyaris membawa Timnas Indonesia lolos ke Olimpiade 1976. Sayang di partai akhir PPD 1976 Indonesia kalah dari Korea Utara dalam drama adu penalti.

Atas prestasinya yang gemilang sebagai kiper PSMS, Ronny yang dijuluki 'Macan Tutul' mendapat penghargaan sebagai Warga Utama Kota Medan (1967) yang diberikan oleh Wali Kota Sjoerkani.

Kiprahnya di sepak bola nasional sebagai kiper andal sejak 1967 hingga pensiun pada 1985 dianugerahi Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972), dan Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974).

Selama berkarier sebagai kiper, banyak pengalaman yang sangat berkesan bagi Ronny. Di antaranya, tatkala tim asal Brasil, Santos, yang diperkuat pesepak bola legendaris seperti Pele, tur ke Asia termasuk Indonesia pada 21 Juni 1972.

Dalam laga Timnas Indonesia dan Santos itu, Ronny sempat menahan eksekusi penalti Pele walau kemudian bola cepat disambar Pele dan menjadi gol. Kendati Indonesia akhirnya kalah 2-3 namun penampilan Ronny Pasla mendapat pujian karena sukses menahan gempuran-gempuran dari Pele, Edu, Ze Carlos dan lain-lain.

Demikian juga ketika mengawal gawang PSMS ketika melawan PSV Eindhoeven pada 1971 di Medan. Walau PSMS kalah 0-4 tetapi penampilan Ronny mengundang decak kagum pelatih PSV termasuk bintang PSV kala itu seperti Guus Hiddink.

Penampilan Ronny yang gemilang lainnya adalah ketika mengawal gawang Timnas dalam laga ujicoba dengan Benfica yang diperkuat legenda sepakbola Portugal Eusebio pada 1972. Walau kalah, tapi penampilannya mendapat pujian dari Eusebio.

Demikian juga saat membawa Timnas Indonesia mengalahkan Timnas Uruguay yang dipersiapkan untuk Piala Dunia 1974 dengan skor 2-1. Penampilan gemilangnya membuat para bintang Uruguay saat itu seperti Pedro Rocha, dan Fernando Morena mati kutu.

Salah satu kepiawaiannya yang diingat oleh para pecinta sepakbola adalah kemampuannya menjaga gawang dengan aksi-aksi akrobatik. Selain itu Ronny Pasla yang berpostur tinggi tegap ini tangkas dalam mengantisipasi bola-bola atas dan piawai dalam menghalau bola-bola bawah.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Pemain PSMS Medan Dikepung dan Dilempari Botol Suporter Persiraja"
[Gambas:Video 20detik]
(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads