Jejak Ponirin Meka, Kiper Legendaris Timnas dan PSMS Medan Berjuluk Si Tangan Emas

Jejak Ponirin Meka, Kiper Legendaris Timnas dan PSMS Medan Berjuluk Si Tangan Emas

Daruk Haris Molana - detikSumut
Senin, 11 Apr 2022 20:57 WIB
Dokumentasi Ponirin Meka di Timnas Indonesia dan PSMS Medan.
Dokumentasi Ponirin Meka di Timnas Indonesia dan PSMS Medan. (Foto: Dok. Indra Efendi Rangkuti)
Medan -

Kiper legendaris Timnas Indonesia dan PSMS Medan, Ponirin Meka meninggal dunia, Minggu (10/4/2022). Ponirin meninggal setelah beberapa hari di rumah sakit karena serangan jantung.

Bagaimana sepak terjang, Ponirin saat masih berumput di lapangan? Pemerhati sepakbola Sumut, Indra Efendi Rangkuti menjelaskan kisah awal karir Ponirin hingga dia dijuluki 'Si Tangan Emas'.

Indra mengatakan, Ponirin merupakan pesepakbola kelahiran Sei Merah, Tanjung Morawa, 2 Februari 1956. Ponirin mulai tertarik bermain sepakbola sejak masih anak-anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak kecil, Ponirin memang hobi bermain bola dengan mengumpulkan bungkus daun pisang yang digulung untuk menjadi bola. Ponirin muda kemudian bergabung dengan klub amatir binaan Lonsum yaitu PSSD yang merupakan klub anggota PSDS Deli Serdang pada 1976.

"Setahun kemudian, dia dipanggil untuk memperkuat PSDS sebagai kiper utama dalam kompetisi Divisi I Perserikatan PSSI," kenang Indra, Senin (11/4/2022).

ADVERTISEMENT

Kemampuannya yang gemilang, membawa Ponirin ke Medan untuk bergabung dengan klub anggota PSMS yaitu PS Kinantan. Dia bergabung bersama rekan seangkatannya Suimin Diharja dan Nazaruddin yang diasuh oleh pelatih Tengku Azwani.

Setahun kemudian, Ponirin Meka pindah ke Medan Putra. Di klub ini kemampuannya sebagai kiper semakin mengkilap. Bakatnya yang besar kemudian tercium oleh pengelola klub Medan Utara yaitu M. Zein.

Ponirin kemudian diajak bergabung dengan klub Medan Utara pada 1979. Di sini, Ponirin sukses mengangkat prestasi klub dalam kompetisi antar klub anggota PSMS Medan.

Ponirin yang handal, lalu mulai dipanggil memperkuat PSMS Medan dalam berbagi event dan turnamen untuk melapis kiper utama Taufik Lubis.

Dokumentasi Ponirin Meka di Timnas Indonesia dan PSMS Medan.Dokumentasi Ponirin Meka di Timnas Indonesia dan PSMS Medan. (Foto: Dok. Indra Efendi Rangkuti)

"Pada turnamen Fatahillah Cup 1982 nama Ponirin mulai merekah sebagai calon kiper handal PSMS Medan. Di Semifinal menghadapi Persija pelatih PSMS Herman Tamaela mempercayakan Ponirin untuk tampil sebagai kiper inti menggantikan Taufik Lubis yang tidak fit. Ternyata Ponirin tidak kagok bermain sebagai kiper inti di semifinal menghadapi Persija yang waktu itu diperkuat bintang-bintang Timnas seperti Ristomoyo dan Budi Tanoto," jelas Indra.

Kegemilangan Ponirin berlanjut setelah membawa PSMS Medan sukses lolos ke final dengan mengalahkan Persija 2-1. Lalu, di partai final melawan PSIS Semarang, Ponirin sukses membawa PSMS Medan menjadi juara Fatahillah Cup 1982.

Setelah itu, Ponirin dipercaya untuk menjadi penjaga gawang utama PSMS Medan menggantikan Taufik Lubis yang mundur sebagai kiper PSMS.

Pada Divisi Utama Perserikatan PSSI 1982/1983 trio pelatih PSMS Medan Wibisono, Zulkarnaen Pasaribu dan Parlin Siagian mempercayakan posisi kiper PSMS kepada Ponirin Meka.

Kepercayaan ini dibalas dengan penampilan apik dan menawan dari Ponirin hingga akhirnya membawa PSMS lolos ke final mengahadapi Persib Bandung. Saat final, Ponirin menjadi pahlawan karena sukses membawa PSMS Medan menjadi Juara setelah mengalahkan Persib 3-2 dalam drama adu penalti.

Dalam drama adu penalti ini hanya dua eksekutor Persib yang mampu menjebol gawang PSMS yang dikawal Ponirin. Tiga penendang lainnya berhasil ditepis dengan gemilang oleh Ponirin.

Gelar ini sendiri adalah gelar Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI yang ke-5 untuk PSMS setelah sebelumnya sukses menjadi Juara pada 1967,1969, 1971 dan 1975.

Keberhasilan ini membuat Ponirin mulai dilirik oleh Timnas. Pada turnamen Merdeka Games 1984, Timnas Perserikatan yang waktu dilatih oleh Legenda PSMS dan Timnas, Yuswardi memanggil Ponirin. Walau dalam turnamen ini Timnas gagal menjadi juara namun penampilan Ponirin Meka menuai pujian.

Pada Divisi Utama Perserikatan PSSI 1984/1985 pelatih PSMS Medan Parlin Siagian kembali mempercayakan Ponirin untuk menjadi kiper utama. Ponirin bersama rekan-rekannya tampil apik hingga akhirnya menang menghadapi Persib Bandung kembali lewat drama adu penalti.

Inilah gelar juara ke-6 bagi PSMS Medan di Divisi Utama Perserikatan PSSI. Setelah itu, Ponirin pun kembali masuk tim Garuda.

Dokumentasi Ponirin Meka di Timnas Indonesia dan PSMS Medan.Dokumentasi Ponirin Meka di Timnas Indonesia dan PSMS Medan. (Foto: Dok. Indra Efendi Rangkuti)

Ponirin menjadi kiper utama ketika Indonesia tampil menawan di Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan. Indonesia melaju ke semifinal setelah di perdelapanfinal mengalahkan Malaysia 1-0 dan di perempatfinal mengalahkan Uni Emirat Arab dengan adu penalti, 6-5 (2-2 di waktu normal).

Ponirin menggagalkan penalti UEA di babak kedua sekali dan sekali lagi pada adu penalti. Sayangnya, kemudian Timnas kalah 0-4 dari tuan rumah Korea Selatan dan kalah 0-5 saat perebutan tempat ketiga melawan Kuwait.

"Tak hanya itu, pemain yang dijuluki "Si Tangan Emas" ini juga ikut membawa Indonesia meraih medali emas untuk pertama kalinya di SEA Games 1987 yang berlangsung di Jakarta," sebut Indra.

Selama turnamen, Ponirin hanya kebobolan satu gol. Di babak grup Indonesia menang 2-0 atas Brunei Darussalam dan imbang tanpa gol melawan Thailand. Lantas menang 4-1 atas Myanmar di semifinal, dan menang 1-0 atas Malaysia di final melalui gol Ribut Waidi.

Selain bermain bersama PSMS Medan, Ponirin juga sempat bermain bersama Persijatim dalam naungan klub Bina Taruna. Ponirin pindah ke klub Bina Taruna tidak lama setelah membawa PSMS Medan juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1985 akibat mutasi tugas dari instansi tempatnya bekerja di Bea Cukai.

Ponirin berkarir di Persijatim hingga mundur sebagai pemain dan kemudian beralih menekuni bidang kepelatihan.

Selain tangkas dan cekatan di bawah mistar gawang Ponirin juga dipuja kaum hawa waktu itu karena wajahnya yang ganteng dan mirip dengan bintang idola remaja era 80-an, Herman Felani.

Selamat jalan, Tangan Emas.




(dhm/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads