Tragedi Kanjuruhan, Pengamat Soroti Edukasi Suporter-Pengamanan PSSI

Tragedi Kanjuruhan, Pengamat Soroti Edukasi Suporter-Pengamanan PSSI

Datuk Haris Molana - detikSumut
Minggu, 02 Okt 2022 10:45 WIB
In this picture taken on October 1, 2022, a group of people carry a man after a football match between Arema FC and Persebaya Surabaya at Kanjuruhan stadium in Malang, East Java. - At least 127 people died at a football stadium in Indonesia late on October 1 when fans invaded the pitch and police responded with tear gas, triggering a stampede, officials said. (Photo by AFP) (Photo by STR/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/STR
Medan -

Pertandingan antara Arema Malang vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang ricuh hingga menewaskan 127 orang. Tragedi maut itupun dinilai dukacita pertama sepakbola di Indonesia.

Pemerhati sepak bola Sumatera Utara (Sumut), Indra Efendi Rangkuti menyampaikan rasa duka cita atas tragedi yang menewaskan baik suporter maupun pihak kepolisian. Dia menyebut ini adalah dukacita terbesar sepak bola Indonesia.

"Pertama yang pasti saya menyampaikan rasa dukacita dan belasungkawa kepada para korban baik suporter maupun pihak kepolisian dalam tragedi di Kanjuruhan. Ini adalah dukacita pertama sepak bola kita," kata Indra kepada detikSumut, Minggu (2/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam tragedi ini, Indra mempertanyakan kedewasaan suporter dan klub itu sendiri. Selama ini, apakah klub telah mengedukasi para suporternya.

"Tentunya di sini yang perlu dipertanyakan pertama adalah apakah suporter kita ini sudah dewasa atau belum. Artinya pertandingan olahraga itu hanya di lapangan. Nah yang kedua, klub itu selama ini punya edukasi nggak untuk mendidik para suporter," sebut Indra.

ADVERTISEMENT

"Ketiga mungkin kepada PSSI. PSSI punya standar keamanan nggak. Stadion di Indonesia kan beda- beda kapasitasnya. Kalau misalnya kapasitas penonton sekian ribu orang, berapa petugas keamanan yang mesti disiapkan," ujar Indra.

Indra menilai ini merupakan tragedi memilukan karena memakan korban jiwa terbanyak kedua yang tewas sesudah tragedi Peru pada 1964 yang menewaskan 328 penonton.

Tragedi ini juga lebih buruk dari dua tragedi besar sebelumnya yaitu tragedi Hillsborough pada 1989 (96 orang tewas) dan tragedi Heysell pada 1985 (39 tewas).

Tragedi Heysell mengakibatkan seluruh klub Inggris dilarang ikut di kompetisi UEFA hingga 1991.

Untuk itu, saat ini paling penting PSSI segera berkoordinasi dengan FIFA untuk menghindari sanksi. Sebab, tahun depan Piala Dunia U 20 Indonesia menjadi tuan rumah dan yang paling fatal lagi jangan sampai klub juara liga Indonesia nggak bisa berkompetisi di even di Champion Asia dan AFC Cup

Selain itu, Indra menyebutkan ada baiknya PSSI belajar ke FA bagaimana upaya mereka mendidik suporter klub hingga akhirnya Inggris yang tadi suporternya paling buruk di dunia kini malah menjadi salah satu negara yang suporternya paling tertib.

"PSSI juga belajar kepada FA, bagaimana cara mereka membina para suporter itu, buktinya sekarang kita lihat tidak ada satu pun stadion di Inggris yang pakai pagar pembatas," ujar Indra.

D isisi lain, apapun ceritanya, Indra berharap agar polisi bersama PSSI mengusut tuntas tragedi di Kanjuruhan tersebut.

"Apapun ceritanya PSSI dan Polri perlu bekerja untuk mengusut kasus ini. Kalau memang ada yang diberi sanksi ya diberi sanksi tegas," ujar Indra.

Diberitakan sebelumnya, terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga antara Arema FC vs Persebaya. Akibat kerusuhan tersebut, 127 orang dilaporkan meninggal dunia.




(dhm/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads