Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) mencatat kinerja ekspor di tahun 2023 mencapai 26.339 ton. Jumlah tersebut merupakan yang terendah dalam tujuh tahun terakhir.
"Volume ini masih di bawah rata-rata bulanan dari Januari-November yaitu 26.339 ton. Bila dibandingkan tahun 2022 kinerja ekspor tahun 2023 lebih rendah, di mana rata-rata volume ekspor bulanan tahun 2022 sebesar 29.179 ton," ujar Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah, Jumat (29/12/2023).
"Lebih parah lagi bila dibandingkan dengan kondisi 7 tahun terakhir. Rata-rata volume ekspor bulanan pada 7 tahun terakhir sebesar 42.727 ton pada tahun 2017," lanjut dia.
Walaupun begitu, Edy menyebutkan jika kinerja ekspor untuk pengapalan November secara MoM bila dibandingkan bulan Oktober terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 14,35% menjadi 25.886 ton.
"Walaupun secara bulanan masih di bawah rata-rata tetapi bulan November ini naik menjadi 25.886 ton, naik dibanding Oktober yang hanya 22.637 ton," ujarnya.
Terkait hal ini, Edy berharap ekspor karet dapat terus naik hingga Desember 2023. Hal ini ia prediksi lantaran pabrik ban yang akan menambah produksi akhir tahun.
"Diharapkan untuk pengapalan akhir tahun pada Desember semakin membaik dimana pabrik-pabrik ban akan menambah stok sampai akhir tahun," tutur Edy.
Berdasarkan data Edy, persentase peningkatan permintaan berdasarkan volume dari masing-masing negara dari bulan lalu utamanya dari USA (21,2%), China (18,1%), dan Jepang (6,9%).
Ada sebanyak 31 negara tujuan ekspor November 2023, adapun 5 negara tujuan utama adalah Jepang 34,44%, USA 18,59%, Canada 6,53%, China 5,76%, dan Turki 5,32%.
"Untuk pengapalan November kondisi permintaan karet China membaik yang ditunjukkan dari perubahan dari rangking 5 menjadi rangking 4 sebagai negara tujuan ekspor. Sebagaimana diketahui, China merupakan konsumen nomor satu dunia yang mengkonsumsi lebih 40% dari 15,12 juta ton dari total konsumsi karet alam dunia pada 2022," kata Edy.
"Diharapkan kinerja ekspor Desember Sumatera Utara lebih baik walaupun masih sulit bangkit. Sulitnya bangkit masih dengan isu utamanya yakni kelangkaan bahan baku akibat semakin berkurangnya kebun karet baik dari Sumatera Utara maupun provinsi sentra produksi karet lainnya akibat konversi ke tanaman lain," lanjut Edy.
Berdasarkan keterangan Edy, sumber bahan baku sebagian besar dari luar provinsi, diantaranya Riau (20,32%), Lampung (17,43%), Aceh (8,21%), Jambi (5,21%), Kepulauan Riau (3,39%), Bengkulu (2,81%), Sumatera Barat (2,02%).
"Produksi dari perkebunan karet di Sumatera Utara pada Desember ini dipastikan menurun akibat gangguan curah hujan," ucapnya.
Adapun harga rata-rata SICOM TSR-20 November 2023 sebesar 146,53 sen AS atau naik 2,44 sen dibandingkan bulan sebelumnya. Sampai tanggal 28 Desember harga rata-rata 144,72 sen atau menurun 1.82 sen dibandingkan dengan November.
(astj/astj)