Ayam geprek biasanya identik dengan sambal yang dibuat dari perpaduan terasi dan cabai. Namun berbeda dengan ayam geprek yang satu ini, rasa pedas yang dihasilkan tidak hanya berasal dari cabai saja tetapi juga andaliman yang pedasnya sangat menggigit dan membuat lidah getir.
Bagi detikers penyuka pedas, ayam geprek andaliman ini dapat dinikmati di kedai Ayam Geprek Andaliman 63 yang beralamat di Jalan Berdikari Nomor 63 dan cabangnya yang ada di Jalan Terompet Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan. Kedai ini tidak jauh dari kampus Universitas Sumatera Utara (USU), sekitar 5-10 menit saja dengan bersepeda motor.
Ayam geprek yang dipadukan dengan sambal andaliman terbilang langka dan jarang ditemui. Walaupun memang andaliman adalah rempah-rempah khas yang berasal dari Sumatera Utara, namun biasanya andaliman identik dengan olahan makanan tradisional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ari Bragi Pinem, selaku pemilik kedai mengatakan ide pembuatan ayam geprek andaliman berawal dari masa-masa sulitnya setelah menikah.
"Gara-gara udah nggak makan lagi dulu waktu berumah tangga, kita mau berusaha tidak tahu apa-apa, jadi terbentuk ide membuat ayam geprek andaliman", tuturnya kepada detikSumut, Jumat (27/10/2023).
Selain faktor ekonomi, ada faktor lain juga yang mendorong munculnya ide ini yaitu banyaknya mahasiswa di lingkungan USU yang berasal dari etnis Batak. Itulah yang memantapkan niat Ari Bragi Pinem untuk membuka usaha ayam geprek andaliman.
"Karena memang mahasiswa-mahasiswa USU yang ada di sini rata-rata orang Simalungun, Tapanuli, orang-orang Batak lah, jadi kita terinspirasi dengan itu, makanan-makanan kampung yang ada di sini gitu, andaliman, ayam geprek andaliman," ujarnya.
Ari menuturkan usahanya ini telah berdiri sejak tahun 2019. Kedai ayam geprek andaliman ini dulunya telah memiliki empat cabang, namun tinggal dua yang tersisa diakibatkan pandemi Covid-19 yang melanda. Dia menambahkan ada rencana untuk membuka cabang baru di beberapa titik.
"Tahun 2019 pas hari lebaran pertama. Kalau masalah cabang udah ada sebenarnya empat cabang, cuman gara-gara dulu sempat COVID, cabangnya tutup 2, jadi tinggal inilah sama di (jalan) Berdikari. Mungkin dalam waktu ke depan, cabangnya mungkin akan bertambah juga lah di daerah jalan Pembangunan, Sumber, Padang Bulan gitu," ujarnya.
Selain ayam geprek andaliman yang menjadi andalan, terdapat juga menu lain yang ditawarkan. Menu lainnya berupa bebek dan ikan dengan sambal andaliman yang senantiasa memanjakan lidah.
"Kalau menu-menu lain banyak, tapi sambalnya tetap sambal andaliman. Ada bebek andaliman, gurami andaliman, pokoknya semua menu banyak, sambalnya tetap andaliman," tuturnya.
Kedai ini selalu ramai pengunjung yang didominasi oleh mahasiswa USU, terlebih di akhir pekan. Para pengunjung biasanya membludak pada hari Minggu.
"Kalau di hari ramenya yang paling membludak Sabtu sama hari Minggu, kalau paling rame hari Minggu lah sampe orang pun tempatnya udah kurang gitu dan 75 persen mahasiswa USU," katanya.
Kedai ayam geprek andaliman ini menawarkan tawaran khusus bagi para mahasiswa. Tidak main-main, mahasiswa dapat makan tiga kali dengan utang tanpa adanya kenaikan harga, hanya dengan menyertakan kartu identitas diri sebagai jaminannya.
"Jadi kalau di ayam geprek andaliman kita ini, ada 1 paket yang memang eksklusif, bisa makan bon gitu 3 kali makan, tapi khusus untuk mahasiswa bukan untuk umum. Jadi walaupun belum ada uang kiriman dari kampung datang, kita bisa memberikan mereka makan 3 kali makan, datang kirimannya dia bisa bayar gitu. Syaratnya, identitas diri ditinggalkan dan harganya pun bukan kita naikkan, tetap juga dengan harga semula," ujarnya.
Detikers tidak perlu merogoh kantong dalam-dalam untuk menikmati getirnya sambal andaliman ini, hanya dengan Rp 10 ribu sampai Rp 25 ribu saja detikers sudah mendapatkan seporsi nasi dan ayam geprek yang dibaluri sambal andaliman serta gurihnya kol goreng dalam satu lahapan. Selain itu, ada juga telur dadar dan bakso goreng yang menggugah selera. Detikers juga dapat memesan ayam geprek andaliman ini melalui aplikasi Grab dan Gojek.
Artikel ini ditulis oleh Aprilda Ariana Sianturi dan Gilby Zahrandy, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.