Ikan lele merupakan salah satu spesies yang banyak hidup di perairan tawar di Jambi. Bahkan saat ini banyak yang mengembangkan menjadi budidaya, sehingga membuat ikan ini berlimpah jumlahnya.
Di tangan sembilan mahasiswa Universitas Jambi (Unja), ikan lele ternyata tak hanya dapat diolah sebagai menu masakan berkuah atau digoreng dengan bumbu sambal saja. Daging lele mereka buat menjadi abon yang memiliki cita rasa khas tersendiri dan cocok sebagai pendamping makanan.
Mereka yang berinovasi membuat Abon Lele itu merupakan kelompok Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) Unja. Para mahasiswa itu membuat Community Developmet (Condev), kerja sama dengan masyarakat untuk berpartisipasi dalam peningkatan inovasi pengembangan olahan lele.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oliver Narado, Tim Paguyuban KSE Unja mengatakan dalam program Condev Abon Lele ini, mereka membangun masyarakat dua desa di Muaro Jambi, Jambi. Pertama, di Desa Kota Karang, untuk lokasi budidaya ikan lele, selanjutnya pengolahan produk dilakukan di Desa Tangkit Baru.
"Produk Abon Lele ini merupakan lanjutan dari program kami sebelumnya yang membantu budidaya lele kolam terpal dengan konsep pertanian terintegrasi. Kami coba cari ide agar ikan lele ini tidak hanya dijual di pasar saja tapi juga kami olah. Nah, kami kepikiran buat Abon Lele," kata Oliver, Minggu (19/2/2023).
![]() |
Kata dia, mereka sempat uji coba beberapa kali untuk buat olahan lele. Bahkan berkali-kali juga gagal karena tidak cocok jika menggunakan bahan baku ikan lele. Hingga pada akhirnya muncul ide pembuatan Abon Lele.
"Kami coba buat dimsum, tekwan, tapi itu tidak tahan lama. Kami coba buat Abon Lele, dan ini memiliki ketahanan bisa sampai empat hingga lima bulan", jelasnya.
Abon lele ternyata punya daya tarik rasa yang tak kalah lezatnya, dengan abon sapi ataupun abon ayam. Untuk membuat Abon Lele, cukup menggunakan bagian dagingnya saja, sementara bagian kepala dan tulangnya dipisahkan.
"Untuk proses pembuatan ini bisa empat hingga lima jam. Digoreng terus menerus hingga dagingnya pipih," tambahnya.
Dalam proses pembuatannya, kata dia, mereka juga dibantu oleh enam ibu rumah tangga di Desa Tangkit Baru, Muaro Jambi. Proses pembuatan itu disambut baik oleh masyarakat di sana. Para mahasiswa berharap bisa lebih membantu dalam mengembangkan UMKM atau potensi desa yang sudah ada dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Prinsipnya tujuan kegiatan ini mampu memberikan dampak socialpreneur bagi masyarakat dengan harapan mampu meningkatkan kualitas masyarakat baik secara pengetahuan dan ekonomi," ungkapnya.
Abon Lele Cocok Jadi Pendamping Makanan. Baca Halaman Berikutnya..
Abon Lele ini juga lezat untuk menjadi pendamping semua jenis makanan. Abon Lele memiliki cita rasa khas sehingga menjadikannya berbeda dengan rasa abon pada umumnya karena lebih cenderung gurih asin.
"Kemasan Abon Lele menggunakan toples plastic berukuran 200 gram, dan dijual dengan harga Rp 20 ribu," tuturnya.
"Ini cocok pendamping semua makanan, berkuah, yang goreng-gorengan dan berbumbu sambal," tambahnya.
Sementara itu Jenifer, anggota lain Paguyuban KSE Unja mengatakan bahwa pembuatan Abon Lele ini baru dilakukan satu bulan terakhir. Mereka baru mulai memasarkan di online dan beberapa pameran tingkat lokal di Jambi.
"Ke depan kami coba kembangkan lagi ke pasar yang lebih besar," katanya.
Para mahasiswa itu saat ini tengah menyiapkan proses pemasaran untuk dijual di Swalayan, dan toko oleh-oleh. Mereka berharap Abon Lele itu bisa jadi buah tangan dari wisatawan yang datang ke Jambi.
(astj/astj)