248 Ribu Batang Rokok Ilegal Disita dari Pedagang di Aceh Dibakar

Aceh

248 Ribu Batang Rokok Ilegal Disita dari Pedagang di Aceh Dibakar

Agus Setyadi - detikSumut
Selasa, 22 Jul 2025 12:30 WIB
Pemusnahan rokok ilegal di Kantor Bea Cukai Aceh. (Foto: Agus Setyadi/detikSumut).
Pemusnahan rokok ilegal di Kantor Bea Cukai Aceh. (Foto: Agus Setyadi/detikSumut).
Banda Aceh -

Sebanyak 248.668 batang rokok ilegal senilai Rp 365 juta yang disita dari pedagang di Aceh dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar.

Pemusnahan rokok itu berlangsung di halaman belakang Kantor Kanwil Bea Cukai Aceh di Banda Aceh, Selasa (22/7/2025). Rokok ditumpukkan di dalam empat drum lalu dibakar yang dipimpin Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Aceh Bier Budy Kismulyanto dan Kapolda Aceh Irjen Achmad Kartiko.

Bier menyebutkan pemusnahan rokok dilakukan berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan melalui Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Banda Aceh, sebagaimana tercantum dalam Surat Persetujuan Pemusnahan Barang Milik Negara pada tanggal 8 Juli 2025. Rokok yang dimusnahkan hasil penindakan tahun 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rokok yang dimusnahkan ini hasil kegiatan operasi pasar dan sosialisasi ke pedagang-pedagang," kata Bier kepada wartawan.

Menurutnya, masih banyak ditemukan pedagang yang menjual rokok tanpa pita cukai terutama di daerah pinggiran dan perkebunan sawit. Para pedagang disebut menjual rokok itu karena harganya murah sehingga banyak peminatnya.

ADVERTISEMENT

Pihak Bea Cukai, katanya, akan terus melakukan sosialisasi ke para pedagang agar tidak menjual rokok ilegal. Bila kedapatan, rokok akan disita untuk dimusnahkan.

"Kita mengalami peningkatan (jumlah rokok ilegal) dari tahun ke tahun, tentunya ini menjadi tantangan kita bersama untuk bisa memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya rokok ilegal ini," ujar Bier.

Kapolda Irjen Kartiko mengatakan, pihaknya akan terus berkolaborasi dengan Bea Cukai untuk mengantisipasi masuknya rokok ilegal ke wilayah Aceh. Pengawasan di jalur laut juga akan melibatkan panglima laot serta nelayan.

"Kita berdayakan nanti para panglima laot yang ada di lapangan, kita memiliki Polair, nanti kita gunakan mereka (nelayan) sebagai agen-agen untuk membantu kita, mendukung kita, agar jangan sampai lagi ada barang-barang (ilegal) masuk melalui jalur laut," jelas Kartiko.




(agse/dhm)


Hide Ads