Heboh 6 Masyarakat Adat di Simalungun Diculik-Diborgol, Polisi Beri Penjelasan

Finta Rahyuni - detikSumut
Senin, 22 Jul 2024 22:30 WIB
Foto: Polres Simalungun saat merilis kasus penangkapan masyarakat adat. (Foto: Dok. Polres Simalungun)
Simalungun -

Enam masyarakat adat keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) diduga diculik dan diborgol usai didatangi sekitar 50 orang. Polisi memberikan klarifikai terkait hal itu.

Ketua Pengurus Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak, Jhontoni Tarihoran, mengatakan peristiwa itu terjadi di Buntu Pangaturan, Nagori Sihaporas, Kecamatan Pamatang Sidamanik, sekira pukul 03.00 WIB tadi. Saat kejadian, keenam warga itu tengah tertidur.

"Jadi, yang disampaikan dari kampung itu bahwasanya terjadi pukul 03.00 tadi pagi. Dari masyarakat adat keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita," kata Jhontoni saat dikonfirmasi detikSumut, Senin (22/7/2024).

Jhontoni menyebut ada sekitar 50-an orang yang membawa paksa keenam warga tersebut. Pada saat kejadian, puluhan orang itu datang dengan mengendarai dua mobil sekuriti dan satu truk colt diesel. Dia menduga puluhan orang tersebut merupakan suruhan PT TPL.

"Kalau informasi yang kami peroleh itu, ada sekitar 50-an orang yang datang ke wilayah itu. Ada dua mobil sekuriti dan truk colt diesel yang biasa juga jadi truk angkutan pekerja TPL. Diduga ini atas permasalahan atau konflik tanah adat mereka dengan TPL," ujarnya.

"Jadi, pada saat masyarakat sudah tidur, didatangi, (masyarakat) terbangun karena ada suara, ternyata ada yang sudah masuk ke rumah itu. Kemudian ada penangkapan, mereka diborgol dan dibawa," sambung Jhontoni.

Selain itu, kata Jhontoni, ada juga seorang wanita yang diseret oleh orang-orang yang datang tersebut. Saat kejadian, wanita tersebut hendak menghentikan aksi yang dilakukan para terduga pelaku.

"Dia (wanita) berupaya untuk menanyakan siapa orang itu dan dia coba berupaya menghentikan mobil, tapi dia diseret dari depan mobil. Ibu itu tidak dibawa, suaminya yang dibawa," ujarnya.

Jhontoni mengatakan enam warga yang dibawa itu semuanya laki-laki. Keenamnya, yakni Tomson Ambarita, Jonny Ambarita, Gio Ambrita, Prando Tamba, Kwin Ambarita dan Hitman Gogo Ambrita. Namun, setelah kejadian itu, kata Jhontoni, korban Hotman telah pulang, sedangkan yang lainnya belum diketahui keberadaannya.

"(Sudah pulang) Hitman. Tadinya itu ada enam orang, kemudian satu orang sudah pulang kembali ke kampung itu, mungkin lari atau gimana. Jadi, sekarang ada lima lagi," sebutnya.

Dia mengaku masyarakat keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita ini memang terlibat konflik dengan TPL. Menurutnya, pihak TPL beberapa kali mengganggu masyarakat yang mempertahankan tanah adat mereka.

"Selama ini kan mereka tetap mempertahankan tanah adat mereka sebagai ruang hidup mereka. Namun, sering kali juga pihak TPL mengganggu mereka, pekerja TPL juga melakukan aksi bebas di wilayah mereka dan beberapa kali mereka didatangi aparat kepolisian, sebelum-sebelumnya itu. Jadi, diduga ini adalah demi kepentingan TPL, karena sejak tahun 1998 mereka mempertahankan wilayah adat mereka dari aktivitas kegiatan PT TPL," pungkasnya.

Polisi Beri Penjelasan. Baca Halaman Berikutnya...



Simak Video "Video: Rencana BGN Buat SPPG Daerah Terpencil untuk Warga Adat"

(astj/astj)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork