Usai Diduga Dianiaya Kepsek, Saraf Kepala Siswa SMK di Nisel Tak Berfungsi

Usai Diduga Dianiaya Kepsek, Saraf Kepala Siswa SMK di Nisel Tak Berfungsi

Finta Rahyuni - detikSumut
Rabu, 17 Apr 2024 13:09 WIB
Ilustrasi Penganiayaan
Foto: istimewa
Nias Selatan -

Yaredi Nduru (17), siswa SMK di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara (Sumut) meninggal dunia usai diduga dianiaya kepala sekolahnya, SZ (37). Hasil pemeriksaan dokter, korban sakit karena salah satu sarafnya tidak berfungsi.

Kasi Humas Polres Nisel Bripka Dian Octo Tobing mengatakan keluarga korban awalnya membawa korban ke RSUD Thomsen Gunung Sitoli pada 9 April. Pada saat itu, pihak dokter melakukan pemeriksaan kepada korban.

Lalu, keesokan harinya keluarga menerima hasil pemeriksaan bahwa di bagian kening korban terdapat bekas pukulan. Selain itu, salah satu saraf di kening korban juga tidak berfungsi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"10 April 2024 keluarga menerima hasil pemeriksaan dari RS Thomsen Gunung Sitoli yang mana keterangan dokter bahwa ada bekas dari pukulan di bagian kening dan salah satu saraf tidak berfungsi di bagian kening korban, sehingga korban sakit parah," kata Dian, Rabu (17/4/2024).

Atas kejadian itu, keluarga korban membuat laporan ke Polres Nisel pada 11 April 2024. Lalu, pada 13 April, korban kembali dibawa ke RSUD Thomsen Gunungsitoli untuk mendapatkan perawatan intensif. Namun, nahas, pada 15 April sekira pukul 19.30 WIB, korban dilaporkan meninggal dunia di rumah sakit.

ADVERTISEMENT

"Pada 15 April sekira pkl 17.00 WIB penyidik tiba di rumah sakit untuk melakukan wawancara terhadap korban serta melihat keadaan korban. Namun, korban tidak dapat memberikan keterangan karena dalam keadaan kritis. Lalu, sekira pukul 19.30 WIB, korban meninggal dunia," sebutnya.

Dian mengatakan peristiwa itu terjadi di salah satu SMK di Desa Hilisaooto, Kecamatan Siduaori. Awalnya, pada 23 Maret 2024 pagi, korban bersama enam siswa lainnya dibariskan oleh SZ.

"Korban dipukul di bagian kening korban sebanyak lima kali," jelasnya.

Lalu, sekira pukul 18.00 WIB, korban mengeluhkan sakit pada bagian kepala kepada ibunya yang baru saja pulang dari ladang. Saat itu, ibu korban langsung memberikan obat sakit kepala.

Selang beberapa waktu, pada 27 Maret, korban kembali mengeluhkan bahwa sakit kepalanya semakin parah. Pada saat itu, korban mengaku sudah tidak sanggup pergi ke sekolah. Kemudian, pada 29 Maret, korban mengalami demam tinggi sambil mengigau mengatakan bahwa SZ telah memukulnya hingga membuatnya sakit.

"Akibat perkataan tersebut, ibu korban curiga dan mencari tahu apa penyebab dari penyakit korban tersebut," ujar Dian.

Ibu korban pun menanyakan penyebab sakitnya korban kepada teman-teman korban. Saat itu, teman korban menceritakan bahwa korban telah dipukul oleh SZ saat tengah dibariskan.

Dian menyebut pihaknya saat ini tengah menyelidiki kasus tersebut. Jenazah korban juga akan diautopsi dan telah mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga.

"Kemarin sore jenazahnya dibawa dan disemayamkan sementara di RS Thomsen untuk selanjutnya dilakukan autopsi oleh tim kedokteran forensik dari Medan, paling lambat hari Kamis," pungkasnya.




(mjy/mjy)


Hide Ads