Kala Impian Anak Petani di Nias Jadi Prajurit TNI Sirna di Tangan Serda Adan

Kala Impian Anak Petani di Nias Jadi Prajurit TNI Sirna di Tangan Serda Adan

Goklas Wisely - detikSumut
Selasa, 02 Apr 2024 09:47 WIB
Eks Casis Bintara TNI AL asal Nias, Iwan Sutrisman Telaumbanua, semasa hidup. (Dok. Istimewa)
Foto: Eks Casis Bintara TNI AL asal Nias, Iwan Sutrisman Telaumbanua, semasa hidup. (Dok. Istimewa)
Medan -

Iwan Sutrisman Telaumbanua (21) ingin menjadi prajurit TNI sudah sejak lama. Demi mewujudkannya, keluarga memilih jalan pintas. Membayar orang dalam (ordal) yang berujung membuat nyawa Iwan melayang.

Suasana duka masih menyelimuti keluarga Iwan yang tinggal di Desa Lahusa Idanotae, Kabupaten Nias Selatan. Mereka sangat terpukul sejak Kamis (28/3/2024), mendapat kabar dari Denpom Lanal Nias bahwa Serda Adan Aryan Marsal (22) mengaku telah membunuh Iwan.

"Yang sakitnya, dia (Serda Adan) sudah kami anggap anak angkat tapi tega sekali membunuh si Iwan," kata Yanikasi Telaumbanua, adik kandung ayah Iwan, kepada detikSumut, Selasa (2/4).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Momen Serda Adan (dua kanan) saat berada di Bandara Binaka, Kabupaten Nias, hendak terbang ke Kota Padang untuk menjalani pemeriksaan di Lantamal II Padang. (Istimewa)Foto: Momen Serda Adan (dua kanan) saat berada di Bandara Binaka, Kabupaten Nias, hendak terbang ke Kota Padang untuk menjalani pemeriksaan di Lantamal II Padang. (Istimewa)

Peristiwa tragis ini beranjak dari tahun 2022. Kala itu, TNI Angkatan Laut (AL) membuka rekruitmen prajurit melalui seleksi calon siswa (casis) Bintara gelombang II di Lantal Nias mulai 11 Juli sampai 11 Agustus.

Antonius Paikan Telaumbanua, sebagai abang kandung Iwan, pun berinisiatif menghubungi Serda Adan yang dikenalnya saat berada di Kota Gunungsitoli.

ADVERTISEMENT

Paikan meminta tolong agar Serda Adan membantu adiknya. Serda Adan yang menjabat sebagai Baur Hartib di Denpom Lanal Nias saat itu menyambut baik permintaan Paikan. Namun tidak dengan cuma-cuma. Serda Adan meminta uang imbalan Rp 200 juta.

Kedua belah pihak bersepakat. Sebetulnya biaya itu terbilang cukup besar bagi orang tua Iwan yang sehari-hari bekerja sebagai petani. Namun demi kesuksesan anaknya, orang tua Iwan nekat menjual harta berupa tanah dan mobil.

"Bahkan itu ibunya punya penyakit sinusitis. Sempat kemarin mau berobat ke Medan. Tapi demi biaya anaknya ini, ditundanya lah dulu. Lebih penting mimpi anaknya," ungkap Yanikasi.

Kemudian, pembayaran dilakukan secara bertahap ke Serda Adan. Iwan pun menjalani tes tersebut. Sayangnya, anak ketiga dari delapan bersaudara ini gagal.

Serda Adan mulai panik. Sebab, dalam perjanjian dengan keluarga Iwan, uang itu akan dibalikkan jika Iwan tidak lolos.

"Pengakuannya (Serda Adan), uang itu sudah dipakainya untuk main judi online. Jadi dia tidak bisa mengembalikan uangnya. Mungkin takut lah dia nanti dilaporkan," ujar Komandan Denpom Lanal Nias, Mayor Laut (PM) Afrizal kepada detikSumut, Selasa (2/4).

Serda Adan pun mulai berpikir bagaimana menipu keluarga Iwan. Ia mengajukan cuti mulai 16-25 Desember 2022.

Lalu, pria kelahiran Kota Baturaja, Provinsi Sumatera Selatan, ini mendatangi rumah Iwan pada 16 Desember 2022. Dirangkainya cerita bahwa Iwan masih punya peluang masuk TNI AL melalui pamannya yang bertugas di Lantamal II Padang.

Niat jahat Serda Adan pun tertutupi oleh keinginan besar keluarga melihat Iwan jadi tentara. Keluarga Iwan terkelabui lagi.

Serda Adan dan Iwan diberangkatkan ke Kota Padang melalui Pelabuhan Gunungsitoli. Sesampainya di Padang, Serda Adan langsung mengajak Iwan menginap di rumah pamannya.

"Beberapa hari di sana, keluarga Iwan terus mendesak apakah Serda Adan bisa meluluskan Iwan atau tidak," sebut Afrizal.

Tak kehabisan akal untuk berbohong, Serda Adan membuat baju dinas TNI dan memberikannya ke Iwan agar dipakai. Lalu, Serda Adan memfoto Iwan mengenakan baju dinas itu dan mengirimkan gambarnya ke keluarga Iwan pada 22 Desember 2022.

Malamnya, sekitar pukul 23.00 WIB, Iwan diberi kesempatan pula menghubungi paman dan kakeknya melalui video call. Iwan bilang besok subuh akan pergi ke Tanjung Uban, Kepulauan Riau, untuk mengikuti pendidikan. Oleh karena itu, handphonenya akan disita dan tidak dapat dihubungi lagi dalam jangka waktu tertentu.

Keesokan harinya, nyatanya Iwan tak kunjung dibawa ke Tanjung Uban. Serda Adan mulai mencari cara bagaimana mengkondisikan Iwan agar kebohongannya tidak terbongkar.

Serda Adan diduga mulai berniat membunuh Iwan. Akan tetapi ia tidak bisa melakukan hal itu sendirian.

Ia pun mengajak Alfin dan anak pamannya atau sepupunya berinisial T bertemu untuk membicarakan rencananya itu. Serda Adan menjanjikan imbalan ke masing-masing orang Rp 20-25 juta dengan uang muka Rp 2 juta. Alfin tergiur dengan tawaran itu sedangkan T menolak.

Pada 24 Desember 2022, Serda Adan mulai beraksi. Ia mengajak Iwan pergi dari rumah pamannya. Alasannya ingin membawa Iwan ke Lantamal II Padang. Keduanya pun pergi siang hari dengan mobil yang sudah disewa.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...

Di perjalanan, rupanya Serda Adan singgah ke Kota Solok untuk menjemput Alfin. Ketiganya pun melanjutkan perjalanan hingga tiba di Kota Sawahlunto, Iwan dieksekusi. Serda Adan mulai dengan memelintir kepala Iwan. Namun Iwan sempat memberontak. Alvin langsung mengambil pisau dan menusuk perut Iwan 3 sampai 4 kali.

Iwan terkapar hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Mayat Iwan kemudian diangkat dari dalam mobil dan dibuang ke dalam jurang yang kedalamannya sekitar 3 meter. Agar tidak mencolok, keduanya menutupi mayat Iwan dengan ranting-ranting pohon.

Setelah itu, Serda Adan kembali ke rumah pamannya seorang diri. Tiba malam hari, pamannya sempat menayakan keberadaan Iwan. Namun Serda Adan menyampaikan Iwan sudah diantar ke Lantamal II Padang. Besoknya, ia pulang ke Nias untuk kembali bertugas di Pomnal Nias.

"Pamannya ini bukan TNI. Makanya, ini bukan hanya keluarga Iwan dibohongi tapi pamannya juga," ucap Afrizal.

Setibanya di Nias, Serda Adan mulai bernafas lega karena kebohongannya belum terkuak. Pada April 2023, ia kembali menghubungi keluarga Iwan. Dia meminta agar keluarga Iwan menyiapkan dua ekor burung Murai Batu yang akan diserahkan ke pamannya.

Keluarga Iwan merespons positif dan membeli dua burung yang dimaksud seharga Rp 14 juta. Serda Adan menjemput burung itu dan menyampaikan harapan palsu lagi.

Dikatakannya, keluarga Iwan harus bersiap-siap untuk menghadiri pelantikan Iwan di Tanjung Uban pada September 2023. Keluarga Iwan kegirangan.

Pada 3 September 2023, Serda Adan memberitahu pelantikan Iwan akan berlangung pada awal Oktober 2023. Ia pun meminta uang Rp 3,7 juta untuk turut hadir. Sebulan kemudian, 3 Oktober, berangkat lah ayah, kakek, abang serta saudara Iwan ke Tanjung Uban dengan penuh harapan.

Setibanya di Tanjung Uban, keluarga Iwan menghubungi Serda Adan untuk memastikan jadwal pelantikan. Tak disangka, Serda Adan memberitahu pelantikan ditunda dengan dalih Iwan terpilih sebagai pasukan khusus marinir. Keluarga Iwan pun tetap menunggu hingga satu minggu di Tanjung Uban tetapi berujung ketidakpastian.

Dengan teramat kesal, keluarga Iwan pun pulang ke Nias pada 15 Oktober 2023. Keluarga Iwan mulai curiga. Serda Adan pun semakin sulit untuk dihubungi.

Gerah dengan kabar tak pasti, keluarga Iwan mendatangi Serda Adan di Kantor Pomal Lanal Nias. Mereka menanyakan kepastian jadwal pelantikan dan keberadaan Iwan.

Serda Adan masih coba meyakinkan dengan menegaskan akan bertanggungjawab penuh atas apa yang sedang dijalani Iwan. Pada 5 Februari 2024, kabar baik tak kunjung didapati keluarga Iwan. Serda Adan kembali didatangi di messnya. Serda Adan justru meminta uang lagi Rp 1.450.000 untuk membeli pulsa agar dapat menghubungi kawannya di lokasi pendidikan.

Keluarga Iwan tetap memberikan uang seadanya. Ternyata, Serda Adan kembali memberikan harapan palsu. Keluarga Iwan semakin penasaran atas apa yang terjadi terhadap Iwan. Tepat 27 Maret 2024, batas kesabaran keluarga Iwan habis dan terpaksa mengadu hal itu ke Denpom Lanal Nias.

"Keluarganya mengadu bahwa sudah satu tahun lebih Iwan hilang yang sebelumnya diajak Serda Adan ke Padang," ucap Afrizal.

Mendengar hal itu, Afrizal yang baru menjabat sebagai komandan langsung menyelidiki dan memanggil Serda Adan. Besoknya, Serda Adan diperiksa dan ternyata mengakui seluruh perbuatannya. Afrizal pun mengutus anggotanya untuk memberitahu hasil pengakuan Serda Adan ke keluarga Iwan.

Mendengar informasi itu, keluarga Iwan tak berhenti meneteskan air mata. Isak tangis terdengar keras dari dalam rumahnya. Keluarganya tak menyangka impian Iwan sirna dan berujung pada pembunuhan.

Suasana duka itu kemudian divideokan dan disebar di media sosial. Seketika kasus ini menjadi sorotan publik.

Pihak Lanal Nias tak lagi dapat membendung kasus ini hingga akhirnya menggelar konferensi pers terkait kematian Iwan. Kini, Serda Adan pun telah ditahan di Lantamal II Padang untuk menjalani proses hukum lebih lanjut. Serda Adan menjadi tersangka dan dijerat Pasal 340 KUHPidana dan Pasal 378 KUHPidana.

Tak berhenti di situ, orang yang membantu dan mengetahui rencana jahat Serda Adan, yakni Alfin dan T, pun dikabarkan menjalani proses pemeriksaan di Polres Sawahlunto. Yanikasi, mewakili keluarga Iwan, berharap Serda Adan serta pelaku lainnya dihukum seberat-beratnya dan kasus ini diungkap secara terang benderang.

"Dia harus dihukum mati.. itu lah keadilan bagi kami..," pinta Yunikasi.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Kronologi Serda Adan-Alvin Bunuh Iwan Sutrisman Eks Casis Bintara"
[Gambas:Video 20detik]
(mjy/mjy)


Hide Ads