7 Fakta Ketua PPK Madina Tewas Minum Racun gegara Kelelahan Pikiran

7 Fakta Ketua PPK Madina Tewas Minum Racun gegara Kelelahan Pikiran

Finta Rahyuni - detikSumut
Selasa, 20 Feb 2024 09:42 WIB
Ilustrasi jenazah
Foto: Ilustrasi. (Thinkstock)
Medan -

Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Pakantan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara (Sumut), Parlan (25) nekat mengakhiri hidupnya dengan meminum racun. Motif korban bunuh diri karena kelelahan pikiran.

Berikut detikSumut rangkum tujuh fakta terkait kejadian tersebut:

1. Tewas Usai Sempat Dirawat

Kabar meninggalnya Parlan itu dibenarkan oleh Ketua KPU Madina Muhammad Ikhsan. Parlan meninggal dunia pada Sabtu (17/2/2024) sekitar pukul 12.15 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya (Ketua PPK Pakantan meninggal dunia kemarin siang)," kata Muhammad Ikhsan kepada detikSumut, Minggu (18/2).

Ikhsan mengaku mendapat informasi jika Parlan dibawa ke rumah sakit pada Jumat (16/2) sekitar pukul 17.00 WIB. Saat itu, Parlan dibawa dengan kondisi muntah-muntah dan mencret.

ADVERTISEMENT

"Kita mendapatkan informasi hari Jumat sekitar jam 17.00 masuk rumah sakit, penyebabnya itu muntah-muntah dan mencret," ucapnya.

2. Kondisi Parlan Sempat Membaik

Ikhsan mengatakan kondisi Parlan saat itu sudah sempat membaik dan ketiduran saat mendapat pertolongan medis. Namun, keesokan harinya, Parlan mengalami sesak dan meninggal dunia pada siang harinya.

"Sempat dirawat di rumah sakit, sorenya itu sempat mendingan, tenang, ketiduran. Paginya di hari Sabtu (kambuh) lagi macam sesak, jadi dibawa ke ruang ICU sekitar 12.15 WIB lah meninggal dunia," ujarnya.

3. Minum Racun Setengah Botol

Humas RSUD Panyabungan Mukmin Harahap menuturkan jika Parlan tiba di RSUD Panyabungan dengan anamnesa meminum cairan gramoxone. Parlan meminum gramoxone sekitar setengah botol ukuran kecil.

"Kita bicara dari sisi fasilitas kesehatan, kalau dari sisi medis pasien itu datang hari Jumat jam 5 sore dengan anamnesa meminum cairan sejenis gramoxone semacam pestisida kalau bahasa kita di pertanian itu rondap lah namanya, perkiraan itu diminum sekitar setengah botol ukuran kecil," tuturnya.

Pihaknya kemudian memberikan pertolongan medis terhadap Parlan selama di RSUD Panyabungan dan kemudian meninggal dunia. Sehingga pihaknya tidak dapat menyatakan apakah Parlan bunuh diri atau tidak.

"Jadi, faktor penyebabnya kita nggak tahu, apakah itu bunuh diri atau bagaimana," tutupnya.

4. Motif karena Kelelahan Pikiran

Kapolres Madina AKBP Arie Sofandi Paloh mengatakan pihaknya sejauh ini masih menyelidiki motif kematian korban. Namun, berdasarkan pemeriksaan sementara, hal itu diduga dipicu karena korban memiliki banyak pikiran.

"Motif belum, masih dalam penyelidikan karena saat ini Kanit Intelkam, Kanit Reskrim sedang mengumpulkan bahan keterangan. Tapi yang bisa diduga itu, lelah pikiran, bukan lelah fisik," kata Arie, saat dikonfirmasi detikSumut Senin (19/2).

5. Ortu Sakit Keras

Arie mengatakan, abang korban sempat menanyakan alasan korban meminum racun. Saat itu, korban tengah dirawat di rumah sakit. Kepada abangnya, korban mengaku dirinya tidak sanggup menjadi Ketua PPK karena pada saat yang bersamaan orang tuanya mengalami sakit keras.

"Dari pertanyaan abangnya, sewaktu di rumah sakit ditanyakan kenapa kamu minum, bahasa dia (korban), dia gak sanggup menjadi Ketua PPK. Kalau gak sanggup kenapa mau jadi ketua, kata abangnya, itu gak ada jawaban lagi," ujarnya.

Perwira menengah Polri itu mengatakan kedua orang tua korban dalam keadaan sakit-sakitan. Ayahnya mengalami sakit keras dan terpaksa harus diopname di rumah sakit, sedangkan ibunya mengalami sakit ringan dan hanya dirawat di rumah.

"Korban ini belum menikah, situasinya orang tua dia sakit keras, jadi waktu dia terbagi. Jadi, pressure orang tua lagi sakit keras, diopname dua Minggu. Orang tua perempuan dalam kondisi lemah, tapi masih di rumah," kata Arie.

"Pikirannya terbagi dua antara mementingkan dia harus jadi Ketua PPK, karena tanggal 17 (Februari) itu dia harus memimpin sidang pleno. Sementara sudah dua Minggu orang tuanya gak bisa dia dampingi karena dia harus jadi Ketua PPK. Itu yang baru dari keterangan abangnya, sama keterangan yang kami dapatkan dari Panwascam Pakantan," sambungnya.

6. Polisi Tak Temukan Tekanan ke Parlan

Eks Kasubditaudit Ditpamobvit Polda Bengkulu itu menyebut pihaknya juga telah memeriksa handphone korban untuk memastikan apakah ada tekanan dari pihak tertentu yang dialami korban. Sejauh ini, kata Arie, pihaknya belum menemukan hal itu.

"Sementara dari penyelidikan dari hp juga belum ditemukan mengarah ke tekanan, apakah itu dari anggota PPK, anggota masyarakat, atau pun terkait caleg-caleg di dapil Kecamatan Pakantan. Kemudian, dari hasil keterangan dari anggota PPK, Ketua Panwascam Pakantan, itu sudah kita ambil keterangan, tidak ada yang mengarah ke sana," ujar Arie.

7. Kronologi Kejadian

Arie turut menceritakan kronologi awal mula korban ditemukan keluarganya usai minum racun. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (16/2).

Saat itu, abang korban melihat korban keluar dari kamar mandi dalam keadaan pusing dan lalu terjatuh. Setelah ditanya, korban mengaku dirinya baru saja meminum racun.

"Masuk dia (ke rumah sakit) hari Jumat dalam kondisi muntah-muntah. Sebelumnya, dia di rumah itu ditemukan abangnya keluar dari kamar mandi, oyong, jatuh. Ditanya kenapa, katanya minum racun," jelasnya.

Setelah itu, keluarga korban memanggil bidan. Usai bidan tiba, korban diberikan susu dan langsung muntah. Namun, karena kondisinya tidak kunjung membaik, korban akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

"Langsung panggil bidan, dikasih susu, langsung muntah. Namun, karena belum membaik dirujuk ke RS," ujarnya.

Nahas, keesokan harinya, korban dilaporkan meninggal dunia. Arie mengaku pihaknya telah melayat ke rumah duka sekaligus memberikan bantuan.

"Saya langsung melayat, sekaligus memberikan tali asih," pungkasnya.

Simak Video 'Mahasiswi USU Tewas Minum Racun Sianida, Polisi: Bunuh Diri':

[Gambas:Video 20detik]



(mjy/mjy)


Hide Ads