Penyebab Polisi dan Keluarga Remaja Tewas Diduga Ditembak Cekcok di RS Bhayangkara

Penyebab Polisi dan Keluarga Remaja Tewas Diduga Ditembak Cekcok di RS Bhayangkara

Finta Rahyuni - detikSumut
Kamis, 18 Jan 2024 17:40 WIB
Momen keluarga RF (17) membawa jenazah RF keluar dari kamar jenazah RS Bhayangkara dan cekcok dengan kepolisian. (Goklas Wisely/detikSumut).
Foto: Momen keluarga RF (17) membawa jenazah RF keluar dari kamar jenazah RS Bhayangkara dan cekcok dengan kepolisian. (Goklas Wisely/detikSumut).
Medan -

Keluarga remaja inisial RF (17), yang diduga tewas tertembak oknum polisi di Kecamatan Medan Belawan, sempat terlibat cekcok dengan personel polisi di RS Bhayangkara. Polda Sumut memberikan penjelasan soal kejadian itu.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Hadi Wahyudi menjelaskan bahwa hal itu dipicu karena persoalan autopsi korban RF. Hadi mengatakan awalnya keluarga korban menolak untuk dilakukan autopsi. Namun, setelah diberikan penjelasan, keluarga akhirnya menyetujui autopsi tersebut.

"Keluarga awalnya menolak autopsi. Kemudian, diberikan penjelasan oleh polisi dan petugas medis terkait tujuannya, dan keluarga paham dan akhirnya menyetujuinya," kata Hadi, Kamis (18/1/2024).

Perwira menengah Polri itu menyebut autopsi itu dilakukan untuk kepentingan penyelidikan terkait kematian korban. "Tentu semua untuk kepentingan penyelidikan polisi," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, keluarga korban RF sempat cekcok dengan personel polisi di RS Bhayangkara. Dilihat detikSumut, Rabu (17/1) sekira pukul 22.12 WIB, keluarga RF, kuasa hukum keluarga RF, dan pihak kepolisian ramai berada di depan kamar jenazah RS Bhayangkara.

Terlihat, terjadi percekcokan antara pihak kepolisian dengan keluarga. Hal itu dipicu persoalan jenazah RF diautopsi atau tidak.

Pihak keluarga tidak ingin jenazah RF diautopsi. Sedangkan polisi sebaliknya.

Merasa kesal, ibu dan kakak RF sampai nekat membawa jenazah RF keluar dari kamar jenazah. Dengan isak tangis dan teriakan, mereka mengangkat jenazah RF agar dimasukkan ke dalam mobil dan dibawa pulang.

Namun, pihak kepolisian tetap berusaha menghentikan aksi itu dan mencoba untuk memberikan penjelasan. Cekcok mulut pun terus terjadi. Sampai akhirnya, Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Janton Silaban datang untuk coba berdialog.

Adela Mandasari (30) selaku kakak korban mengakui percekcokan itu beranjak dari persoalan seluruh tubuh jenazah hendak dibedah. Alhasil, keluarga tak menyetujuinya.

"Semua dibedah, kami tak izin lah. Sebab, perjanjian tadi di RS Pirngadi cuma kepala aja, kami bersedia. Tapi sampai sini beda. Terus buat lah surat pernyataan kami tak setuju diautopsi," kata Adela saat diwawancarai di RS Bhayangkara.

"Nah, tahu-tahu orang (polisi) ini masih menahan dari jam 16.30 WIB sampai sekarang (malam). Makanya kami tadi mau bawa pulang (jenazahnya)," sambungnya.

Ia pun menegaskan bahwa alasan keluarga akhirnya menerima jenazah RF diautopsi agar perkara itu menjadi terang benderang dan pelaku dapat diungkap.

"Tadi sebenarnya kami punya pikiran untuk mengikhlaskan, tak jadi melaporkan. Tapi karena kejadian seperti ini, kami usut lah. Kami akan laporkan ke Poda Sumut," tutupnya.




(mjy/mjy)


Hide Ads