Sekolah Jelaskan Penyebab Siswa Dikeroyok Abang Kelas Usai Pengajian

Aceh

Sekolah Jelaskan Penyebab Siswa Dikeroyok Abang Kelas Usai Pengajian

Agus Setyadi - detikSumut
Senin, 04 Sep 2023 21:45 WIB
Hasil CT scan siswa di Banda Aceh yang diduga dikeroyok abang kelas
Foto: Hasil CT scan siswa di Banda Aceh yang diduga dikeroyok abang kelas (Agus Setyadi/detikSumut)
Banda Aceh -

Pihak sekolah Modal Bangsa, Aceh Besar, Aceh menyebutkan pengeroyokan siswa kelas XI oleh abang kelas bermula dari pemeriksaan kelengkapan kitab untuk mengaji. Korban disebut tidak membawa kitab saat itu.

"Karena siswa F tidak membawa kitab, maka yang bersangkutan diingatkan agar tidak mengulangi kesalahan itu. Namun siswa F tidak terima diingatkan sehingga memicu pemukulan terhadapnya," kata Kepala Sekolah SMA Negeri Modal Bangsa, Misra, dalam keterangannya, Senin (4/8/2023).

Menurutnya, korban kerap membuat jengkel abang kelas karena melanggar banyak aturan. Korban disebut pernah kabur dengan melompati tembok sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Meski bermasalah kita tetap tidak mentolerir tindakan pengeroyokan itu. Karena itu kita memberikan sanksi tegas terhadap siswa yang terlibat dalam peristiwa itu," jelas Misra.

Sanksi terhadap 21 siswa yang diduga pelaku yakni skors, diwajibkan menghafal surah Al Mulk serta menandatangani surat pernyataan tidak mengulangi tindakan tersebut kepada siapapun. Dalam perjanjian itu, mereka juga tidak bakal mendapatkan nilai tambahan, tidak bakal menerima undangan masuk ke perguruan tinggi, dan bersedia dikeluarkan bila mengulangi hal yang sama.

ADVERTISEMENT

Dia menyebutkan, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Cabang Aceh Besar dan Banda Aceh, Syarwan Joni, memantau kasus tersebut. Syarwan disebut telah memberikan nasehat kepada semua murid mulai dari kelas X sampai XII.

Pertemuan-pertemuan itu, kata Misra, dihadiri juga oleh komite sekolah, alumni angkatan pertama sampai terakhir. Sekolah juga mengundang psikolog untuk memotivasi kembali ke anak-anak, pelaku dan korban pemukulan.

"Dari setiap langkah ini, kami berupaya memberikan motivasi agar peristiwa itu tidak mengulangi lagi," kata Misra.

Menurutnya, orang tua 21 siswa yang terlibat dalam kejadian itu sepakat menanggung seluruh biaya pengobatan korban. Mereka juga akan mempesijuek (menepung tawari) korban untuk mengembalikan semangat.

Misra mengatakan, setelah kejadian itu, pihaknya mengawasi lebih ketat aktivitas siswa di sekolah asrama itu dengan menambah jumlah guru piket. Manajemen sekolah juga mengagendakan pertemuan orang tua pelaku dan orang tua korban sebagai upaya rekonsiliasi.

"Sayang, sejumlah pertemuan itu tidak menemukan titik temu," kata Misri.

Sebelumnya, seorang siswa kelas XI SMA Modal Bangsa diduga dikeroyok sejumlah abang leting usai pengajian di musalla. Korban mengalami pendarahan di kepala.

Orang tua korban, Purnama Hadi AR, mengatakan, kejadian tersebut bermula saat siswa kelas X dan XI dikumpulkan abang leting di musalla usai pengajian pada Kamis 20 Juli malam. Pelajar kelas XI diminta berdiri lalu dipukul.

"Anak saya dipukul, ditarik baju namun karena refleks dia mendorong abang kelas. Akhirnya dipukul hingga jatuh ke lantai dan diinjak-injak," kata Purnama kepada wartawan, Kamis (31/8).

Berdasarkan informasi diperolehnya, ada sekitar 21 pelaku penganiayaan terhadap anaknya. Pasca kejadian, dia sempat menjemput anaknya untuk dilakukan visum di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Aceh.

Akibat penganiayaan itu, kepala korban mengalami lebam hingga benjol. Empat hari pasca kejadian, korban diantar lagi ke asrama dan sehari berselang teman anaknya yang menjadi korban kekerasan senior.

Menurutnya, pada tanggal 24 Juli pihak sekolah dan pihak Cabang Dinas Banda Aceh-Aceh Besar sudah mendatanginya untuk meminta maaf. Purnama sempat meminta agar kepala asrama diganti dan pelaku di-DO.

"21 pelaku hanya diskors tapi ada pelaku yang tidak dikenakan sanksi," jelasnya.

Purnama menjelaskan, anaknya lalu dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan CT-Scan karena mengeluh sakit kepala pada 9 Agustus. Hasilnya diketahui korban mengalami pendarahan di kepala sehingga disarankan agar dibawa ke dokter spesialis.

Korban sempat 12 hari menjalani rawat jalan hingga akhirnya kembali ke asrama. Purnama mengaku telah membuat laporan penganiayaan tersebut ke Polresta Banda Aceh pada 10 Agustus lalu.

"Dari tanggal 20 Juli sampai 9 Agustus, orang tua pelaku tidak ada itikad menyelesaikan kasus ini hingga saya buat laporan ke polisi," ujarnya.




(agse/afb)


Hide Ads