Palembang menyimpan sejarah panjang bagi bangsa Indonesia. Sungai Musi yang menjadi ikon Kota Palembang dulunya berperan sebagai jalur perdagangan dan mendorong berbagai bangsa hadir dan menetap di daerah ini, tanpa terkecuali bangsa Arab.
Keberadaan keturunan bangsa Arab di kota ini telah ada sebelum bangsa kolonial masuk ke Indonesia. Kedatangan mereka di Palembang membawa satu tradisi baru, yakni ziarah.
Hingga saat ini, masyarakat Indonesia masih sering melakukan ziarah, entah itu untuk mendoakan atau mengenang orang yang telah meninggal. Namun, terkhusus di Palembang, ada tradisi ziarah yang rutin dilaksanakan tiap menjelang bulan Ramadan. Namanya "Ziarah Kubro".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan Ziarah Kubra di Palembang: Antara Kesadaran Religi Dan Potensi Ekonomi oleh Marbun (2017), tradisi ziarah ini biasanya dilakukan sekali setahun pada akhir bulan Syakban atau seminggu sebelum Ramadan.
Disebut "kubro" karena ziarah ini diikuti oleh puluhan hingga ribuan orang. Namun, bukan hanya itu, ziarah ini juga diramaikan oleh pendatang dari luar kota hingga mancanegara.
Awalnya tradisi ini hanya diikuti oleh anggota keluarga saja, dan biasa dikenal sebagai "ruahan". Namun, seiring perkembangan zaman, ziarah ini melibatkan masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Bahkan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menjadikannya sebagai event pariwisata daerah.
Penetapan ini pun disusul dengan promosi yang masif untuk mendorong masyarakat agar tidak hanya datang untuk sekedar ziarah, tetapi juga berwisata. Diharapkan ketika ziarah kubro berlangsung, hotel-hotel setempat penuh dan menambah pendapatan pemerintah daerah.
Perlu detikers ketahui pula, ziarah kubro juga berfungsi sebagai sarana introspeksi diri dan mengingatkan kembali memori kolektif para peserta ziarah akan besarnya peran para ulama serta pemimpin Kesultanan Palembang Darussalam dalam menyebarkan Islam dan membangun Palembang.
Dalam pelaksanaannya, ziarah ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut dan memiliki beragam rangkaian acara. Untuk mengawali ziarah kubra, biasanya peserta melaksanakan salat berjamaah di masjid.
Selanjutnya, masyarakat akan berjalan beriringan dari satu makam ke makam lainnya sembari mendengungkan syiar-syiar Islam serta merayakan haul para habib-habib yang telah lebih dahulu meninggal.
Selama perjalanan ziarah, disemarakkan pula tetabuhan hajir marawis dan untaian kasidah. Di samping itu, tak lupa pula umbul-umbul yang bertuliskan kalimat tauhid, asmaul husna, dan asmaun nabi selama acara berlangsung. Makam yang biasa menjadi pilihan untuk dikunjungi adalah makam para habaib.
Keunikan tradisi ziarah kubro tidak hanya terletak pada jumlah anggota maupun rangkaian acaranya yang beragam. Faktanya, tradisi ini ternyata hanya diikuti oleh kaum pria, lo!
Penduduk Palembang laki-laki dari berbagai segmentasi usia akan menyemarakkan acara ini dengan memakai atasan dan bawahan berwarna seragam, yakni putih.
Nah detikers, itu dia sekilas info mengenai tradisi unik ziarah kubro dari Kota Palembang dalam menyambut bulan Ramadan. Untuk tahun ini sendiri, ziarah kubro sudah berlangsung pada 10-12 Maret 2023.
Artikel ini ditulis oleh Maryam Mazaya, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Baca juga: Tradisi Menyambut Ramadan di Pulau Sumatera |
(nkm/nkm)