Siswa SMK swasta di Batam berinisial SI (17) diduga menjadi korban perundungan atau bullying oleh rekan satu kelas dan gurunya. Salah satu guru yakni Abi Hamdani yang dilaporkan orang tua SI ke polisi membantah hal itu.
"Saya tidak pernah melakukan bullying terhadap siswa saya itu. Beberapa pernyataan saya yang dianggap sebagai tindakan bullying itu ditujukan ke semua siswa tidak ada spesifik ke SI," kata Abi Hamdani Selasa (17/1/2023).
Abi Menjelaskan, perkara dugaan bullying itu berawal dari keluarnya guru berinisial G karena ia mendapatkan pekerjaan baru. Tetapi oleh teman satu kelas SI dianggap keluarnya Guru G karena SI,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awal mula masalah ini saat Pak G risegn karena ada pekerjaan baru. Sehingga siswa di kelas itu menghubungkan kejadian keluarnya Pak G dengan siswa SI. Saya hadir di situ lalu menjelaskan kepada seluruh siswa. Tapi saya juga bingung dituduh bersama murid di kelas melakukan bullying," jelasnya.
Abi juga membantah bahwa dirinya menuduh SI menyontek sehingga mendapatkan nilai bagus. Ia menyebutkan pernyataan tersebut disampaikan saat jam pelajaran dan ditujukan semua siswa agar mengerjakan tugasnya secara mandiri.
"Kalau masalah menyontek itu dalam proses belajar, karena pernyataan itu saya sampaikan di kelas dan untuk semua siswanya. Itu hanya bentuk peringatan agar semua siswa tidak menyontek," ujarnya
"Untuk tidak memberikan izin saat PKL itu pernyataan yang sampaikan di depan kelas jika ada siswa yang mencontek maka izin PKL kemungkinan bisa tidak diberikan. Pernyataan itu saya sampaikan kembali tidak spesifik ke SI tapi ke seluruh siswa," tambahnya.
Abi menyebutkan dirinya cukup tertekan saat melakukan beberapa pertemuan mediasi di sekolah. Menurutnya hal tersebut karena orang tua SI yang merupakan anggota Polri datang menggunakan seragam lengkap dan membawa senjata api.
"Dalam beberapa pertemuan itu saya sudah menjelaskan. Karena saat itu yang ditanyakan adalah terkait pernyataan bahwa SI ini. Padahal itu pernyataan yang ditujukan ke SI dan rekan satu kelompok yang presentasi materi belajar. Mereka tampil terakhir dan sudah saya klarifikasi," ujarnya.
Abi mengatakan atas dugaan kesengajaan orang tua SI yang berseragam polisi lengkap dan membawa senjata api saat mediasi yang mendasari dirinya bersama kuasa hukum melapor ke Propam Polda Kepri.
"Saya saat itu sempat merasa terintimidasi saat orang tuanya datang. Pihak sekolah saat itu sudah meminta agar meninggalkan senjata api tapi di pertemuan selanjutnya, tetap dibawa," ujarnya.
Guru tersebut juga mengatakan pada proses mediasi yang dilakukan sebanyak lima kali dirinya juga sudah meminta maaf, meski tidak merasa melakukan bullying. Namun hal tersebut tidak digubris oleh orang tua korban.
"Selama mediasi saya sudah meminta maaf berkali-kali di beberapa mediasi jika memang saya dianggap salah. Tapi itikad baik saya tidak disambut baik malah sampai laporan polisi. Saya merasa tidak tenang dengan istri," ujarnya.
(afb/afb)