Suasana pagi di Desa Jambo Keupok, Kecamatan Bakongan, Aceh Selatan berubah mencekam pada 17 Mei 2003. Puluhan tentara bersenjata lengkap masuk ke desa dan memaksa seluruh warga keluar dari rumah.
Laki-laki, perempuan dan anak-anak dikumpulkan di depan rumah warga. Mereka diinterogasi sembari dipukul. Ada masyarakat diminta mengakui dirinya anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Prajurit TNI dari Satuan Para Komando, Satuan Gabungan Intelejen, Yonif 320 Badak Putih Banten, dan Yonif 511/DY mencurigai desa itu sebagai basis GAM. Kedatangan serdadu setelah Danramil mendapat laporan terkait dugaan aktivitas kelompok GAM di desa tersebut.
Di tengah interogasi berlangsung, dorrr... dorrr... dorrr... tentara memuntahkan peluru ke arah warga. Beberapa orang roboh bersimbah darah.
"16 orang penduduk sipil meninggal setelah disiksa, ditembak, bahkan dibakar hidup-hidup, serta lima orang lainnya turut mengalami kekerasan oleh aparat," tulis Kontras seperti dikutip detikSumut dari situs resminya, Kamis (12/1/2023).
Peristiwa itu terjadi dua hari menjelang Pemerintah Indonesia menetapkan darurat militer di Aceh pada 19 Mei 2003. Berdasarkan 'Ringkasan Eksekutif Laporan Penyelidikan Pelanggaran HAM yang Berat Peristiwa Jambo Keupok Aceh' yang dirilis Komnas HAM, 12 orang tewas tersebut karena dibakar hidup-hidup dan empat orang tewas ditembak.
Empat orang mati di-dor adalah Khalidi ditembak di bagian punggung, perut dan kepala; Kasturi meninggal di samping sekolah dasar; Burahman ditembak oleh 15 orang TNI di kepala, dada kiri, paha kiri, dan betis kanan di jalan depan mushala; dan Budiman.
Laporan yang diteken Ketua Tim Ad Hoc Dr Otto Nur Abdurrahman pada 2016 silam juga menyebutkan, 14 orang tewas dibakar di dalam rumah adalah Nurdin mati dalam kondisi terbakar, ada lubang di kepala dan punggung sebelah kanan; Asri: Saili; Dullah Adat, Amiruddin; Tarmizi; Muktar; Usman; Abdul Rahim; Mukminin; Suandi; dan Bustami.
Warga Sampai Tak Bisa Makan 3 Hari Akibat Disiksa. Baca Halaman Selanjutnya...
Simak Video "Perjalanan Seru ke Penginapan di Aceh"
(agse/astj)