Kepsek yang Cekik-Jambak Siswi di Bengkulu Dinonaktifkan

Bengkulu

Kepsek yang Cekik-Jambak Siswi di Bengkulu Dinonaktifkan

Hery Supandi - detikSumut
Selasa, 04 Okt 2022 00:20 WIB
Ilustrasi pengeroyokan, ilustrasi penganiayaan, audrey
Ilustrasi (Ilustrasi: Fuad Hashim)
Bengkulu - Pemerintah Kota Bengkulu menonaktifkan seorang kepala sekolah SMP Negeri berinisial SW. Dia dinonaktifkan buntut peristiwa penganiayaan SW terhadap salah satu siswinya.

"Pemkot mengambil kebijakan terkait laporan ini, dengan menonaktifkan sementara kepala sekolah tersebut," ujar Pelaksana Tugas Kadis Kominfo Bengkulu, Syofian Tosono di Bengkulu, Senin (3/10/2022).

Agar tidak terjadi kekosongan jabatan di SMP negeri itu, maka ditunjuk pengganti SW. "Diganti plh (pelaksana harian) yang akan ditunjuk oleh Dinas Pendidikan," katanya.

Keputusan penonaktifan SW dari jabatannya, kata dia, merupakan tindaklanjut atas pengaduan masyarakat.

"Penonaktifan ini dilakukan selama proses hukum berjalan. Ketika terduga tak terbukti bersalah, SW akan kembali menjadi kepsek. Begitu pun sebaliknya, apabila terbukti salah, proses hukum akan terus berlanjut," jelas Syofian.

Diketahui SW dipolisikan oleh salah satu orang tua murid yang anaknya diduga telah dianiaya dengan cara mencekik dan menjambak.

Akibat ulah kepsek itu, siswi tersebut trauma dan takut ke sekolah."Saya sebagai ayah tidak terima atas perbuatan yang dilakukan kepala sekolah anak saya, dan kami telah melaporkan kejadian ini ke Polda Bengkulu," kata ayah korban, Kun saat dihubungi, Sabtu (1/10).

Kun menjelaskan, peristiwa yang menimpa anaknya berinisial DS (14) terjadi Jumat (30/9) kemarin, saat pemberian pengarahan pagi hari. Saat itu anaknya asyik mengobrol bersama teman lainnya, karena itulah kepala sekolah marah.

"Tapi kan bukan anak saya saja yang mengobrol dan kenapa hanya anak saya yang dimarahi hingga dicekik dan dijambak rambutnya, seharusnya tindakan seperti itu tidak patut dilakukan apalagi seorang kepala sekolah," jelas Kun.

Kun mengungkapkan, setelah kejadian itu anaknya kerap murung dan menangis seperti ketakutan bila melihat orang datang, dan hari ini anaknya tidak masuk sekolah. Dia malu dan trauma karena dicekik di depan siswa yang lain.

"Saya sangat kecewa apa yang dilakukan kepala sekolah terhadap anak kami, saya ingin dia dihukum agar bisa timbul efek jera bagi guru atau kepala sekolah lainnya," harap Kun.


(astj/astj)


Hide Ads