Ratusan masyarakat Desa Air Hitam menggeruduk Kantor Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Pelalawan, Riau. Massa diduga menggeruduk kantor dan mengejar petugas karena kepala desa dipanggil atas penerbitan surat keterangan tanah (SKT) dalam kawasan.
Kabid Humas Polda Riau Kombes Sunarto mengatakan ada sekitar 150 orang massa datang ke Kantor Seksi Balai TNTN Desa Lubuk Kembang Bunga. Massa datang ke kantor sekitar pukul 11.15 WIB, Senin (27/9) kemarin.
"Aksi masyarakat Desa Air Hitam, meminta klarifikasi di Kantor Seksi Balai TNTN Desa Lubuk Kembang Bunga," ujar Sunarto, Rabu (28/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sunarto mengatakan massa datang untuk minta klarifikasi. Massa datang ke kantor secara spontanitas terkait adanya surat yang disampaikan oleh Kepala Balai TNTN kepada Kepala Desa Air Hitam, Tansi Sitorus.
"Datang spontanitas terkait adanya surat yang disampaikan kepala Balai TNTN ke Kepala Desa Air Hitam melalui pesan WA pada Jumat (23/9). Dalam surat tersebut berisi himbauan supaya kepala Desa Air Hitam menghentikan penerbitan dan mencabut surat keterangan tanah yang terindikasi masuk dalam kawasan TNTN," kata Sunarto.
Selain itu, sehari sebelum kantor digeruduk massa kades juga menyampaikan adanya pesan yang diterima dari Kepala Balai TNTN Heru. Akibat pesan itulah massa datang ke lokasi dan menebar ancaman lewat tulisan di dinding kantor.
"Sehari sebelumnya saat rapat mingguan, kades menyampaikan kepada forum rapat perihal WA yang diterimanya dari Kepala Balai TNTN. Kemudian warga masyarakat Air Hitam menuju kantor untuk menemui pegawai TNTN, namun kondisi kosong. Masyarakat melampiaskan aksinya dengan membuat tulisan dinding bangunan, tidak sampai melakukan pengerusakan atau anarkis," katanya.
Duduk Perkara Kantor Digeruduk Massa dan Delapan Petugas Balai TNTN Dikejar sampai ke Hutan. Selengkapnya di Halaman Berikutnya...
Kepala Balai TNTN Heru Sutmantoro saat dikonfirmasi membenarkan anak buahnya dikejar massa. Mereka dikejar saat siaga wilayah di Kantor Seksi Lubuk Kembang Bunga, Pelalawan.
"Kita tidak tahu latar belakangnya. Jadi dari cerita awal Tesso Nilo itu luas lahan ada 81 ribu hektare yang terbagi menjadi tiga areal di sana, 40 ribu jadi sawit, 28 ribu terbuka dan semak belukar dan 13 ribuan hutan alam," kata Heru kemarin.
Heru mengaku petugas sedang fokus ke pemulihan dan menjaga hutan alam yang tersisa 13 ribu hektare. Petugas pun mulai siaga 24 jam patroli di dalam kawasan.
Dalam patroli itu, petugas memergoki ada sembilan orang diduga perambah hutan. Sembilan orang yang sempat diamankan kemudian dilakukan pembinaan.
"Untuk menjaga hutan yang tersisa, teman-teman saya minta jaga 24 jam. Bermalam di situ, 10 orang gantian dan saat patroli ditemukan ada sembilan orang ditangkap, ditanya dasarnya apa buka hutan. Ternyata semua menunjukkan surat keterangan tanah (SKT) yang diterbitkan Kepala Desa Air Hitam," katanya.
Selanjutnya Heru menyurati kepala desa pada minggu lalu. Intinya Heru memohon atau minta kepala desa agar tidak lagi menerbitkan SKT di TNTN, mohon untuk berkonsultasi ke Balai TNTN.
"Mungkin mereka tak ada kesempatan lagi untuk membuka lahan baru. Maka teman-teman kaget tiba-tiba siang tadi sekitar 50 orang massa datang ke kantor," kata Heru.
Tak hanya mendatangi kantor seksi dan melakukan pencoretan di dinding kantor bertuliskan 'Kepala Balai Cabut Laporanmu atau Kami Cabut Kepalamu' massa juga mengejar petugas sampai ke dalam kawasan hutan. Ada sekitar delapan petugas dikejar.
"Ada juga petugas kita dikejar-kejar sampai ke hutan. Lokasi di Kantor Seksi Lubuk Kembang Bunga, untuk petugas delapan orang," katanya.
Sampai petang ini, Heru memastikan anak buahnya yang dikejar massa sudah aman. Bahkan kasus tersebut telah dilaporkan ke kepolisian setempat.
Simak Video "Video: Viral Becak Motor Freestyle di Depan Polisi, Pelaku Dicari"
[Gambas:Video 20detik]
(ras/astj)