Kasus pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat menyita banyak perhatian orang. Secara gamblang belum diketahui motif pasti Irjen Ferdy Sambo perintahkan ajudannya bunuh Brigadir J.
Menko Polhukam Mahfud MD menyebutkan bahwa motif pembunuhan rencana tersebut bersifat sensitif dan hanya diperbolehkan didengar oleh orang dewasa.
Ternyata, pemberitaan terkait pembunuhan Brigadir J yang dibunuh oleh atasannya ini memiliki potensi buruk kepada psikologis anak-anak yang mengakses pemberitaan tersebut.
"Secara psikologis, anak yang terpapar dengan berita kekerasan, kemungkinan akan menginternalisasikan hal itu sehingga sensitivitas dan empati terhadap nilai-nilai kemanusiaan menjadi tumpul, terlebih jika pelaku selalu menunjukkan justifikasi atau pembenaran atas perbuatannya itu," ungkap Psikolog Anak Irna Minauli kepada detikSumut, Jumat (12/8/2022).
Menurut pengamatan Irna, saat ini anak-anak yang fokus dengan games yang memiliki unsur kekerasan. Sehingga, jika anak terlalu terpapar dalam pemberitaan kekerasan akan memicu anak untuk berbuat kekerasan.
"Anak-anak mungkin terlalu sibuk dengan games yang juga penuh dengan kekerasan sehingga hal ini juga bisa menjadi pemicu kekerasan. Ketika mereka juga melihatnya di dunia nyata dengan tokoh-tokoh aparat tertentu, membuat anak yang memang sudah memiliki predisposisi conduct disorder (gangguan perilaku) memiliki trigger atau pemicu untuk melakukan kekerasan," kata Irna.
Selain itu, Irna juga menyebutkan bahwa pemberitaan pembunuhan brigadir J oleh Irjen Ferdy Sambo dapat berpotensi menimbulkan persepsi menyimpang mengenai gambaran polisi yang seharusnya menjadi penegak hukum.
"Persepsi seseorang dibentuk melalui pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang seseorang, misalnya tentang polisi. Ketika informasi yang diperoleh selalu tentang hal-hal buruk yang terjadi dengan oknum polisi maka akan mempengaruhi persepsinya. Terlebih ketika orang tersebut juga memiliki pengalaman langsung yang tidak menyenangkan maka akan semakin sulit mengubah persepsi negatif tersebut," tuturnya.
Irna kemudian mengambil contoh sebuah kasus dengan objek perempuan dengan dua pendapat yang masing-masing berisikan informasi positif pada kelompok I dan negatif pada kelompok II.
"Sebagaimana bisa kita prediksi maka nilai rata-rata yang diberikan oleh kelompok dua, yang mendapatkan informasi negatif, maka nilainya jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan informasi positif," jelasnya.
Pesan Psikolog Anak ke Ortu yang anaknya Mengakses Pemberitaan Brigadir J. Baca Halaman Berikutnya:
Simak Video "Pengacara Bharada E: Belum Selesai Diperiksa Sudah Jadi Tersangka"
[Gambas:Video 20detik]