Museum Linggam Cahaya terletak di Pulau Daik, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri). Museum ini menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Riau-Lingga serta warisan budaya Melayu yang masih lestari hingga kini.
Museum Linggam Cahaya menyimpan sekitar 6.800 koleksi yang tersusun rapi di tempat tersebut. Saat mengunjungi museum yang berada di Kelurahan Daik, Kecamatan Lingga pengunjung akan disuguhi berbagai koleksi peninggalan masa lalu Kesultanan Riau-Lingga berbagai koleksi lainnya.
Museum ini menyajikan beragam koleksi, mulai dari seni keramik, mata uang kuno, naskah bersejarah, hingga perkembangan teknologi. Selain itu, museum ini juga menyimpan silsilah Kesultanan Riau-Lingga, kitab-kitab kuno, serta Al-Quran tulisan tangan yang memiliki nilai sejarah tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Lazuardy, staf di Dinas Kebudayaan Lingga, Museum Linggam Cahaya mulai dibangun pada tahun 2002 dan rampung pada tahun 2003. Pada tahun tersebut, museum yang awalnya bernama Museum Mini Linggam Cahaya mulai dibuka untuk kunjungan terbatas.
"Tahun 2002 mulai pembangunan, tahun 2003 kita mulai menerima kunjungan sementara di Museum Linggam Cahaya. Dulu masih berupa museum mini, lalu pada tahun 2015 kita mulai menempati gedung museum yang lebih besar," ujar Lazuardy.
Saat ini, Museum Linggam Cahaya memiliki koleksi sekitar 6.800 item, yang terdiri dari berbagai peninggalan masa lalu dan modern.
"Koleksi kita beraneka ragam, ada keramologi (koleksi keramik), numismatika (koleksi mata uang), heraldika (lambang dan tanda jasa), etnografi, hingga filologi seperti manuskrip kuno. Selain itu, ada juga koleksi yang berhubungan dengan perkembangan teknologi," tambahnya.
Salah satu daya tarik utama Museum Linggam Cahaya adalah koleksi naskah kuno peninggalan Kesultanan Riau-Lingga. Naskah-naskah ini mencakup berbagai bidang, mulai dari kitab agama, hukum mahkamah, pengobatan tradisional, hingga karya sastra.
"Di Daik Lingga ini, sebagai bekas pusat Kesultanan Riau-Lingga, banyak ditemukan kitab-kitab bersejarah. Koleksi naskah di museum ini didominasi oleh ajaran agama Islam, tetapi ada juga naskah tentang sejarah, hukum, dan pengobatan tradisional," jelas Lazuardy.
Museum Linggam Cahaya juga memiliki koleksi tulang Gajah Mina. Benda tersebut ditemukan hanyut di salah satu pantai di Pulau Daik. Tepatnya sekitar tahun 2004 setelah terjadi tsunami Aceh dan kini fosilnya dipamerkan di museum tersebut
Menariknya, sebagian besar koleksi Museum Linggam Cahaya berasal dari hibah masyarakat. Koleksi tersebut dikumpulkan melalui program Gerakan Sayang Budaya, yang diinisiasi oleh Dinas Kebudayaan Lingga untuk mengajak masyarakat turut serta dalam melestarikan warisan budaya.
"Koleksi pada museum Linggam Cahaya itu sebagai besar merupakan hibah masyarakat " ujarnya.
Museum Linggam Cahaya bukan hanya tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga simbol keberlanjutan budaya Melayu. Tempat ini cocok dijadikan sebagai tempat berkunjung bersama keluarga atau teman untuk menambah wawasan.
(mjy/mjy)