Sejarah hingga Asal Usul Tari Payung Asal Sumatera Barat

Sumatera Barat

Sejarah hingga Asal Usul Tari Payung Asal Sumatera Barat

Aisyah Luthfi - detikSumut
Rabu, 30 Okt 2024 06:30 WIB
Tari Payung asal Sumatera Barat (Foto: Minangkabau Tourism)
Foto: Tari Payung asal Sumatera Barat (Foto: Minangkabau Tourism)
Padang -

Tari Payung adalah salah satu kekayaan budaya Minangkabau yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sarat akan makna tentang kasih sayang dan perlindungan dalam hubungan pasangan. Sejarah yang panjang dan simbolisme yang mendalam menjadikan Tari Payung sebagai representasi nilai-nilai kehidupan masyarakat Minangkabau yang mengedepankan keharmonisan dan komitmen.

Dalam berbagai acara adat, tarian ini tetap dipertahankan sebagai bentuk pelestarian budaya lokal yang mengingatkan masyarakat akan pentingnya nilai-nilai tradisional. Berikut sejarah, asal usul, fungsi, dan makna dari Tari Payung. Yuk, simak informasi di bawah!

Sejarah dan Asal Usul Tari Payung

Dikutip dari buku Ensiklopedia Tari-Tarian Nusantara karya Rizky Utami, asal mula Tari Payung sulit ditentukan secara pasti, namun ada catatan sejarah yang cukup kuat menjelaskan perkembangan tarian ini. Sejarah Tari Payung sangat berkaitan dengan seni drama di masa penjajahan Belanda, khususnya dalam pertunjukan teater yang dikenal sebagai toonel. Pertunjukan toonel adalah hasil dari pengaruh seniman dari Semenanjung Malaya dan sering kali menggabungkan unsur komedi yang populer di kalangan suku Melayu di Sumatera Barat. Dalam pementasan toonel, Tari Payung biasanya disajikan sebagai hiburan selingan di antara babak-babak pertunjukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya, Tari Payung hanya digunakan sebagai pengisi sela-sela pertunjukan toonel, tetapi sekitar tahun 1920, tarian ini mulai semakin dikenal dan diterima dengan baik oleh masyarakat Bukittinggi. Penataan awal Tari Payung dalam bentuk tari teater dilakukan oleh Muhammad Rasyid Manggis antara tahun 1904 hingga 1920-an, dan kemudian dilanjutkan oleh Siti Agam, seorang sahabat Manggis di Normal School Bukittinggi. Siti Agam menciptakan koreografi yang menampilkan tema pergaulan muda-mudi, dengan kisah sepasang anak muda yang berlibur ke Sungai Tanang di Bukittinggi.

Tari Payung juga menggambarkan kehidupan remaja perkotaan yang lepas dari adat istiadat ketat. Menariknya, seluruh penari seringkali perempuan, termasuk mereka yang memerankan peran laki-laki dan memainkan alat musik pengiring. Di masa lalu, kebudayaan Minangkabau melarang perempuan beraktivitas di luar Rumah Gadang (rumah tradisional Minangkabau). Hal ini menginspirasi Siti Agam untuk membentuk Serikat Kaum Ibu Sumatera pada 1924, sebuah organisasi perempuan yang mendukung peningkatan peran perempuan dalam berbagai bidang, termasuk seni pertunjukan. Ia juga memimpin sebuah majalah untuk memperjuangkan hal ini.

ADVERTISEMENT

Menurut Damir Idris, seorang murid Siti Agam, gurunya adalah sosok wanita terhormat di Minangkabau dan pelopor tari panggung. Siti Agam tidak hanya menata ulang Tari Payung, tetapi juga memerankannya dalam pertunjukan toonel yang disutradarainya sendiri. Pada masa itu, kegiatan seni antara laki-laki dan perempuan dilakukan secara terpisah, termasuk bagi para penontonnya, yang menjadikan sejarah Tari Payung ini cukup berkesan di zamannya.

Fungsi Tari Payung

Tari Payung tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memiliki peran penting dalam berbagai acara adat, terutama pada pesta pernikahan di masyarakat Minangkabau. Tarian ini menggambarkan kisah cinta antara pasangan suami istri yang baru menikah. Payung yang digunakan sebagai properti utama melambangkan perlindungan yang diberikan seorang pria kepada pasangannya, dan menunjukkan kasih sayang serta komitmen dalam sebuah hubungan.

Selain menjadi hiburan bagi tamu undangan, Tari Payung juga memiliki fungsi simbolis sebagai bentuk doa dan harapan agar pasangan pengantin hidup harmonis dan saling melindungi satu sama lain.

Makna Properti dalam Tari Payung

Tari Payung menggunakan dua properti utama, payung dan selendang yang memiliki makna mendalam dalam budaya Minangkabau.

Payung: Melambangkan perlindungan yang diberikan oleh pria kepada wanita, mencerminkan sikap melindungi dalam sebuah hubungan. Properti ini menegaskan makna hubungan yang saling menjaga antara pasangan.
Selendang: Melambangkan penerimaan cinta dan kesetiaan seorang wanita terhadap pasangannya, menunjukkan komitmen dalam hubungan.
Kedua properti ini tidak hanya memperindah tarian, tetapi juga memperkuat pesan tentang kasih sayang dan tanggung jawab dalam hubungan pasangan.

Pertunjukan Tari Payung

Dalam pertunjukan Tari Payung, biasanya terdapat tiga hingga empat pasang penari yang tampil bersama, membawa gerakan berpasangan yang harmonis. Para penari mengenakan pakaian adat Minangkabau, di mana penari pria menggunakan baju teluk belanga, dan penari wanita mengenakan baju kurung dengan kain songket yang khas.

Tarian ini diiringi oleh musik tradisional yang menggunakan alat musik seperti rebana, gendang, dan akordion. Syair lagu yang mengiringi tari ini berjudul "Babendi-bendi ke Sungai Tanang," yang semakin menambah nuansa romantis dan keakraban dalam pertunjukan.

Lirik Lagu Tari Payung

Babendi-bendi Babendi.. bendi Ka sungai tanang Aduhai sayang (2x)

Singgahlah mamatiak.. singgahlah mamatiak Bunga lembayung (2x)

Hati siapo.. indak ka sanang aduhai sayang.. (2x)

Maliek rang mudo.. maliek rang mudo manari payung.. (2x)

Hati siapo..hati siapo.. indak ka sanang aduhai sayang.. (2x)

Maliek si nona.. maliek si nona manari payung.. (2x)

Terjemahan Bahasa Indonesia

Berbendi-bendi Berbendi-bendi Ke sungai tenang.. aduhai sayang (2x)

Singgahlah memetik.. singgahlah memetik bunga lembayung Hati siapa.. hati siapa tidaklah senang aduhai sayang (2x)

Melihat orang muda.. melihat orang muda menari payung.. Hati siapa tidaklah senang aduhai sayang (2x)

Melihat si nona.. melihat si nona.. menari payung (2x)




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads