Gelaran Betandak Dangkong di Karimun: Tegak di Tengah Badai Modrenisasi

Kepulauan Riau

Gelaran Betandak Dangkong di Karimun: Tegak di Tengah Badai Modrenisasi

Ahmad Arfah - detikSumut
Sabtu, 31 Agu 2024 21:32 WIB
Betandak Dangkong 2024
Foto: Betandak Dangkong 2024 (Dok. Istimewa)
Karimun -

Gelaran Betandak Dangkong digelar di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Gelaran tradisi Melayu ini dilakukan untuk menjaga kebudayaan di tengah arus modrenisasi.

"Dangkong menjadi sebuah interaksi kesenian pergaulan rakyat yang tumbuh dari dasar elemen sosial. Kehadiran dangkong menciptakan ruang publik yang mempertemukan semua lapisan masyarakat, dari level umum maupun khusus menandakan bahwa kebudayaan membuat kita lebih bahagia," kata Kepala Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah IV Direktorat Jendral kebudayaan, Jumhari dalam keterangannya, Sabtu (31/8/2024).

Kegiatan kesenian ini digelar dua hari yaitu pada 30 dan 31 Agustus 2024 di Lapangan Leho yang tidak jauh dari Jembatan Sanur Karimun. Sudah dua tahun berturut-turut kegiatan kesenian ini dilakukan di Karimun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini merupakan penyelenggaraan kedua kalinya kegiatan yang tahun sebelumnya diselenggarakan di Gang Awang Nur Karimun. Kesenian ini mampu mengobati kerinduan akan suasana tradisional dan tradisi Melayu itu sendiri," sebut Jumhari.

Para penari yang mengisi acara tidak hanya dari Pulau Karimun. Ada juga dari kabupaten dan kota lain di Kepulauan Riau, Sumatera, Bali bahkan dari Singapura dan Malaysia.

ADVERTISEMENT

Joget Dangkong merupakan tarian pergaulan bagi masyarakat Melayu pesisir di Kepulauan Riau. Ciri khas joget Dangkong ini adalah penari dan pengebeng yang menari dengan sesuka hati.

"Betandak Dangkong yang digelar malam ini mengembalikan dalam khasanah aslinya yaitu tari pergaulan. Kegiatan ini juga membuktikan ekosistem Dangkong mampu menembus teritorinya terbukti dari keikutsertaan Penari dari Malaysia dan Singapura dan seterusnya akan menjadi diplomasi budaya (cultural bridging) antar Negeri Jiran", ungkap Jumhari.

Jumhari juga mengungkap rasa bangganya terhadap komunitas sanggar yang dibangun oleh anak-anak milenial. Komunitas ini juga terbentuk atas dasar kesadaran dalam melestarikan kebudayaan joget Dangkong hingga Dangkong tetap tegak di tengah badai modrenisasi.

Jumhari juga menambahkan bahwa di Karimun itu sendiri sudah tercipta ekositem kebudayaan dua arah. Antara palaku sanggar salah satunya Angsana Dance dan masyarakat yang apresiatif. Itu menjadi modal kuat untuk memajukan warisan budaya tak benda Joget Dangkong.

Selain Angsana Dance dari Karimun, Bertandak Dangkong 2024 kali ini juga melibatkan komunitas sanggar yang lebih luas di antaranya:

Orkes Melayu Tun Harmoni (Karimun)
Sanggar Baswara (Karimun)
Sanggar Mawar Tanjoeng (Tanjung Batu)
Dian Dancers (Singapura)
Sanggar Seni Kledang (Tanjung Pinang)
Sanggar Seni Nusa Kirana (Palembang)
Jegeg Gayatri (Bali)
Sanggar Seni Sirih Junjung (Bintan)
Wan Dance Studio (Pekanbaru)
Dansa Fusion (Malaysia)
PLS. Saujana Madani (Karimun)
Sanggar Seni Langgam Selatan (Lingga)
Sanggar Tuah Betung (Dumai)




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads