Mengenal Tradisi Boh Gaca Asal Aceh di Pesta Adat Pernikahan

Aceh

Mengenal Tradisi Boh Gaca Asal Aceh di Pesta Adat Pernikahan

Dostry Amisha - detikSumut
Jumat, 05 Jul 2024 13:38 WIB
Peserta dari kota Lhokseumawe mengikuti lomba adat perkawinan Aceh β€œBouh Gaca” atau memakai inai pada calon pengantin wanita di Banda Aceh, Aceh, Selasa (7/11/2023). Lomba memakai inai yang dilukis berbagai corak pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 merupakan salah satu upaya mempertahankan tradisi, adat dan budaya daerah warisan leluhur. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/foc.
Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Banda Aceh -

Artis tanah air, Beby Tsabina melangsungkan pernikahannya dengan Rizki Natakusumah pada Minggu, 23 Juni 2024. Sebelum resmi menikah, Beby Tsabina melaksanakan tradisi adat boh gaca dari daerah asalnya, Aceh.

Pelaksanaan tradisi boh gaca di pernikahan Beby Tsabina ini berhasil menarik perhatian publik. Penampilan Beby Tsabina yang tampil cantik dalam balutan busana adat Aceh menuai pujian.

Tahukah detikers mengenai tradisi pernikahan boh gaca dari Aceh dalam pernikahan beby Tsabina? Jika belum, berikut detikSumut ulas mengenai informasinya. Simak sampai akhir ya, detikers.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-usul Tradisi Boh Gaca

Dilansir dari jurnal berjudul Dekonstruksi Makna Memakai "Boh Gaca" (Memakai Inai) Pada Masyarakat Aceh dalam Kajian Jaques Derrida oleh Marini Kristina Situmeang, boh gaca merupakan seni hias menggunakan daun pacar yang diadopsi dari unsur kebudayaan India oleh masyarakat Aceh.

Tata rias pengantin bagi calon pengantin wanita merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam sebuah upacara adat pernikahan pada kebudayaan masyarakat Aceh. Bagi masyarakat Aceh, boh gaca atau memakai inai merupakan tradisi pernikahan yang dianggap sebagai sunah rasul.

ADVERTISEMENT

Awal dari usaha masyarakat Aceh untuk memperindah wajah pengantin dimulai dengan upacara boh gaca atau malam berinai. Gaca atau daun pacar yang telah ditumbuk halus dipakai oleh pengantin perempuan.

Dahulu, upacara boh gaca akan berlangsung selama empat sampai tujuh malam. Adapun bagian tubuh yang diberikan daun pacar yakni seluruh kuku tangan, telapak tangan, kuku kaki, dan telapak kaki. Pemakaian boh gaca dilakukan pada malam hari secara berturut-turut.

Upacara memakai daun pacar disebut "Malam Berinai" dimulai oleh seorang yang ahli dalam memakai daun pacar dan seorang tertua dalam keluarga yang dituakan menurut adat. Hal ini dilakukan agar upacara mendapat berkah dan berlangsung dengan selamat.

Dahulu, cara pemakaian daun pacar diwali dengan dara baro (pengantin perempuan) diberikan tepung tawar (peusijuk). Kemudian, pengantin wanita dibaringkan atau didudukkan di atas tilam yang disulam dengan benang basah.

Di atas tilam diletakkan sebuah tilam tempat duduk yang disulam benang kasab yang disebut dengan tilam duk (tilam duduk). Selain itu, terdapat sebuah bantal yang juga berkasab, dan dibentangkan tikar yang dianyam aneka warna disamping tilam.

Tilam dan bantal berfungsi sebagai tempat untuk membaringkan dara baro saat ia diberi pacar di bagian kaki. Tilam duk berfungsi sebagai tempat duduk dara baro pada saat diberi pacar bagian kaki.

Makna Tradisi Boh Gaca

Mengutip dari sumber yang sama, memakai inai bermakna sebagai pertanda bahwa nantinya calon pengantin wanita sebagai calon istri akan menjadi obat pelipur lara sekaligus sebagai perhiasan dalam rumah tangga.

Pemakaian daun pacar yang dilakukan bersama-sama juga bermakna sebagai tanda suka cita yang dirasakan oleh keluarga pengantin dan pengantin. Warna merah pada inai dianggap berguna mengusir segala jenis makhluk halus serta kekuatan magis untuk memberi kesuburan bagi perempuan.

Nah, itulah penjelasan mengenai tradisi boh gaca yang berasal dari Aceh di pesta adat pernikahan Beby Tsabina. Semoga ulasan ini membantu ya, detikers.

Artikel ini ditulis Dostry Amisha, mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom.




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads