Artis tanah air, Beby Tsabina melangsungkan pernikahannya dengan Rizki Natakusumah pada Minggu, 23 Juni 2024. Sebelum resmi menikah, Beby Tsabina melaksanakan tradisi adat boh gaca dari daerah asalnya, Aceh.
Pelaksanaan tradisi boh gaca di pernikahan Beby Tsabina ini berhasil menarik perhatian publik. Penampilan Beby Tsabina yang tampil cantik dalam balutan busana adat Aceh menuai pujian.
Tahukah detikers mengenai tradisi pernikahan boh gaca dari Aceh dalam pernikahan beby Tsabina? Jika belum, berikut detikSumut ulas mengenai informasinya. Simak sampai akhir ya, detikers.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-usul Tradisi Boh Gaca
Dilansir dari jurnal berjudul Dekonstruksi Makna Memakai "Boh Gaca" (Memakai Inai) Pada Masyarakat Aceh dalam Kajian Jaques Derrida oleh Marini Kristina Situmeang, boh gaca merupakan seni hias menggunakan daun pacar yang diadopsi dari unsur kebudayaan India oleh masyarakat Aceh.
Tata rias pengantin bagi calon pengantin wanita merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam sebuah upacara adat pernikahan pada kebudayaan masyarakat Aceh. Bagi masyarakat Aceh, boh gaca atau memakai inai merupakan tradisi pernikahan yang dianggap sebagai sunah rasul.
Awal dari usaha masyarakat Aceh untuk memperindah wajah pengantin dimulai dengan upacara boh gaca atau malam berinai. Gaca atau daun pacar yang telah ditumbuk halus dipakai oleh pengantin perempuan.
Dahulu, upacara boh gaca akan berlangsung selama empat sampai tujuh malam. Adapun bagian tubuh yang diberikan daun pacar yakni seluruh kuku tangan, telapak tangan, kuku kaki, dan telapak kaki. Pemakaian boh gaca dilakukan pada malam hari secara berturut-turut.
Upacara memakai daun pacar disebut "Malam Berinai" dimulai oleh seorang yang ahli dalam memakai daun pacar dan seorang tertua dalam keluarga yang dituakan menurut adat. Hal ini dilakukan agar upacara mendapat berkah dan berlangsung dengan selamat.
Dahulu, cara pemakaian daun pacar diwali dengan dara baro (pengantin perempuan) diberikan tepung tawar (peusijuk). Kemudian, pengantin wanita dibaringkan atau didudukkan di atas tilam yang disulam dengan benang basah.
Di atas tilam diletakkan sebuah tilam tempat duduk yang disulam benang kasab yang disebut dengan tilam duk (tilam duduk). Selain itu, terdapat sebuah bantal yang juga berkasab, dan dibentangkan tikar yang dianyam aneka warna disamping tilam.
Tilam dan bantal berfungsi sebagai tempat untuk membaringkan dara baro saat ia diberi pacar di bagian kaki. Tilam duk berfungsi sebagai tempat duduk dara baro pada saat diberi pacar bagian kaki.
Makna Tradisi Boh Gaca
Mengutip dari sumber yang sama, memakai inai bermakna sebagai pertanda bahwa nantinya calon pengantin wanita sebagai calon istri akan menjadi obat pelipur lara sekaligus sebagai perhiasan dalam rumah tangga.
Pemakaian daun pacar yang dilakukan bersama-sama juga bermakna sebagai tanda suka cita yang dirasakan oleh keluarga pengantin dan pengantin. Warna merah pada inai dianggap berguna mengusir segala jenis makhluk halus serta kekuatan magis untuk memberi kesuburan bagi perempuan.
Nah, itulah penjelasan mengenai tradisi boh gaca yang berasal dari Aceh di pesta adat pernikahan Beby Tsabina. Semoga ulasan ini membantu ya, detikers.
Artikel ini ditulis Dostry Amisha, mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom.
(afb/afb)