Suku Mentawai di Sumatera Barat punya berbagai tradisi unik dan kepercayaan yang berhubungan erat. Apakah detikers pernah mendengar Sikerei, dukun di Suku Mentawai?
Sikerei atau dukun suku Mentawai adalah orang yang punya keahlian dalam menyembuhkan penyakit. Mereka menggunakan ramuan obat serta tarian khas yang disebut Turuk.
Berikut ini detikSumut sajikan informasi mengenai Sikerei, simak sampai akhir ya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenal Sikerei
Berdasarkan laman Kebudayaan Kemdikbud, Suku Mentawai dikenal sebagai peramu yang handal. Dalam tradisi mereka, menggunakan tato di sekujur tubuh menjadi ritual yang masih dilakukan.
Sikerei dipercaya punya kemampuan spiritual dan kedekatan dengan roh leluhur. Misalnya menyembuhkan penyakit dengan memberikan ramuan obat serta tarian khusus yakni Turuk untuk panggilan kepada arwah leluhur.
Tugas dan Peran Sosial Sikerei
Berdasarkan laman yang sama, Sikerei juga bertanggung jawab dalam kesehatan masyarakat dan mencari penyebab dari ketidakselarasan. Serta Sikerei juga menjaga keseimbangan di antara masyarakat mentawai.
Peranan Sikerei juga mempunyai kedekatan dengan konsepsi manusia prasejarah. Contohnya mitos-mitos yang diungkapkan Vredenberg (1981) terkait mitos penciptaan terkait hubungan seksual serta pembuahan.
Motif dan Makna Tato Sikerei
Dikutip dari laman yang sama, motif tato Sikerei yakni Sibalubalu menjadi bentuk identitas serta punya nilai filosofis yang dalam. Tato ini juga terletak di bagian pangkal lengan (bahu).
Motif Sibalubalu berwujud bintan yang berarti kesuburan dan bisa menjaga roh-roh jahat yang berasal dari sanitu (setan). Motif ini diperoleh melalui "pendidikan" bagi para Sikerei untuk menjadi tanda pengenalnya.
Motif ini juga diarahkan untuk kaum perempuan, karena punya tanggung jawab yang besar. Misalnya perkembangan dan kelangsungan hidup manusia di jagat raya.
Baiklah sekian informasi mengenai Sikerei, Dukun dari suku Mentawai. Semoga bermanfaat detikers!
Artikel ini ditulis oleh Elisabeth Christina Hotmaria Simanjuntak, Mahasiswa Peserta Magang Merdeka di detikcom
(astj/astj)