Manolam, Tradisi dan Ekpresi Lisan Berbentuk Syair dari Masyarakat Kampar

Riau

Manolam, Tradisi dan Ekpresi Lisan Berbentuk Syair dari Masyarakat Kampar

Elisabeth Simanjuntak - detikSumut
Selasa, 18 Jun 2024 16:30 WIB
Kegiatan Manolam (Dok. Dinas Kebudayaan Provinsi Riau)
Foto: Kegiatan Manolam (Dok. Dinas Kebudayaan Provinsi Riau)
Kampar -

Salah satu tradisi lisan yang berkembang di masyarakat Kabupaten Kampar, Provinsi Riau adalah Manolam. Teks Manolam dibuat dengan tulisan tangan, serta bait syair yang beraksara arab Melayu.

Tahukah detikers apa itu tradisi Manolam? Jika belum, simak artikel ini dengan baik ya!

Mengenal Tradisi Manolam

Melansir dari Jurnal Peranan Tradisi Manolam Pada Masyarakat karya Syahrullah, manolam berasal dari kata manozam yang artinya bercerita. Para penutur manolan akan bercerita kepada pendengar terkait peristiwa penting yang dialami oleh Rasulullah SAW, Nabi Adam, dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nolam atau Manalom sebagai budaya tradisi sastra lisan oleh masyarakat Kampar. Tradisi ini layaknya membaca syair tanpa iringan alat musik, sehingga hanya menggunakan suara manusia.

Dikutip dari laman Warisan Budaya Takbenda Kemdikbud, tradisi Manolam memuat unsur seni, karena penutur membacakan teks dengan cara bernyanyi. Serta unsur agamanya dari teks yang dibacakan tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW.

ADVERTISEMENT

Sejarah Tradisi Manolam

Dilansir dari Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, dulunya tradisi ini diperdengarkan setelah salat Isya berjamaah, maka tuan rumah mengundang penutur Nolam dan masyarakat lainnya untuk hadir. Tuan rumah juga menyiapkan ruangan, perlengkapan, dan makanan serta minuman.

Penutur mulai dengan membaca "Bismillahirrahmanirrohim" dan mukadimah singkat, lalu dilanjutkan dengan melantunkan syair-syair Manolam tentang Cerita Nabi Muhammad SAW yang tertera di dalam Naskah.

Sejarah Manolam berkembang di kelurahan Airtiris, Desa Rumbio, Ranah, dan desa lainnya di Kecamatan Kampar pada awal abad ke-19. Penutur mencari naskahnya kepada guru, kemudian dicatat kembali ke buku atau menghafalnya, dan menyimpan syair-syair tersebut.

Pembacaan Syair dalam Tradisi Manolam

Pembacaan berlangsung selama tiga hingga empat jam, sesekali penutur menjelaskan makna dari syair yang dinyanyikan, sehingga pendengar bisa lebih mengerti isinya. Penutur akan berhenti sejenak untuk beristirahat menyantap makanan dan minuman yang sudah disediakan oleh tuan rumah.

Dikutip dari laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia, Manolam biasanya dituturkan oleh laki-laki, namun para perempuan juga bisa, bahkan secara kelompok. Manolam juga difungsikan untuk memberikan pesan moral,. adab anak dan kebaikan lainnya.

Tradisi Manolam berkisah tentang 33 pasal tentang Kelahiran dan perjalanan Nabi Muhammad SAW seperti Manolam Maulid Nabi Muhammad SAW. Kemudian Manolam Nabi Bercukur pada masa bulan Rabi'ul Awal, Manolam Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad S.A.W pada masa bulan Rajab, dan Manolam lainnya.

Manolam juga berlangsung ketika acara hajatan masyarakat, aqiqah, nikah, hasil panen, dan mendoakan naik haji. Maka syair yang dinyanyikan berisikan cerita pengingat dan bentuk syukur.

Demikianlah informasi mengenai Manolam dari Provinsi Riau yang bisa kita ketahui. Semoga bermanfaat detikers

Artikel ini ditulis oleh Elisabeth Christina Hotmaria Simanjuntak, Mahasiswa Peserta Magang Merdeka di detikcom




(astj/astj)


Hide Ads