Karo merupakan salah satu suku yang mendiami Provinsi Sumatra Utara. Sebagai bagian dari keanekaragaman Indonesia, suku ini memiliki beberapa keunikan mulai dari rumah adat, makanan tradisional, hingga kebiasaan di masyarakat.
Selain itu, ada satu ciri khas yang berasal dari suku ini yaitu seni bela diri Ndikar atau bisa diterjemahkan sebagai silat. Ndikar sendiri memiliki karakteristik dan teknik yang khas dibandingkan dengan aliran silat lainnya di Indonesia. Ndikar dikenal dengan gerakannya yang seperti tarian, serta penggunaan tenaga dalam yang signifikan.
Berikut detikSumut rangkum mengenai seni bela diri khas Suku Karo yang hampir punah ini, disimak ya detikers!
Sejarah bela diri Ndikar
Ndikar merupakan seni bela diri tradisional yang berasal dari masyarakat Karo di Sumatera Utara, Indonesia. Pada zaman dulu seni bela diri ini berkembang dalam bentuk perlindungan diri dan komunitas dari ancaman luar, baik dari hewan liar maupun musuh manusia.
Ndikar berkembang pada masa-masa awal ketika masyarakat Karo hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang sering kali harus mempertahankan diri dari ancaman hewan liar dan serangan dari suku-suku tetangga. Selain itu Ndikar juga mencakup nilai-nilai filosofi seperti keberanian, kehormatan, dan solidaritas.
Saat melakukan gerakan pengguna mengenakan tutup kepala, atasan dan celana panjang berwarna hitam, serta sarung yang dikenakan di luar celana. Ndikar terdiri dari 48 jurus, termasuk pertahanen (pertahanan), langkah 2, langkah 7, tare-tare bintang, jile-jile sarudung, pertahanen harimau, pertahanen pedi, dan teknik dapat buang lepas.
Ndikar Sebagai Tarian
Dilansir dari laman Universitas Stekom, Ndikar sering kali dianggap sebagai bagian dari tari-tarian karena dalam penampilannya biasanya diiringi musik tradisional Karo, yang dikenal sebagai Tari-tari Bintang.Tarian ini bukan sekadar tarian biasa, melainkan wadah bagi para pandikar untuk menunjukkan kemampuan bela diri mereka.
Gerakan tarian tidak baku dan dibuat spontan sesuai jurus ndikar yang dikuasai, menampilkan keterampilan dan improvisasi para pandikar. Dalam Tari-tari Bintang, dua pandikar akan menari dan saling menyerang serta bertahan mengikuti irama musik yang semakin cepat, memberikan penonton kesempatan untuk menyemangati aksi mereka.
Saat ini, ndikar terancam punah karena jarang dipelajari atau diajarkan. Hanya segelintir orang tua di desa tertentu yang masih memahami dan mempraktekkannya.
Demikian informasi mengenai seni bela diri khas Suku Karo yang hampir punah. Semoga dapat menambah wawasan ya detikers.
Artikel ini ditulis oleh Agung Zepanya Bangun mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom.
(afb/afb)