Sejarah Tari Makan Sirih, Tari Persembahan Khas Riau

Riau

Sejarah Tari Makan Sirih, Tari Persembahan Khas Riau

Siti Alya Zikriena Poetri - detikSumut
Sabtu, 04 Mei 2024 09:00 WIB
Tarian Persembahan Makan Sirih
Foto: Tarian Persembahan Makan Sirih (Dok. Disbud Kepri)
Pekanbaru -

Tari makan sirih merupakan tarian Melayu yang biasanya dibawakan untuk menyambut serta dipersembahkan untuk menghormati tamu negara ataupun tamu agung yang datang.

Dalam pertunjukan tari ini, salah satu penari membawa kotak sirih yang kemudian dibuka saat acara berlangsung. Setelah itu para tamu dipersilahkan untuk mengambil sirih sebagai tanda penghormatan.

Bagi masyarakat Riau, sirih bukan hanya benda, tetapi juga media penting untuk mempererat hubungan sosial. Penasaran dengan sejarah tari makan sirih? Simak penjelasan berikut ini, ya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Tari Makan Sirih

Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, pada tahun 1957 di Pekanbaru terjadi sebuah pertemuan dengan tujuan untuk pembakuan tari persembahan yang menampilkan tarian dan lagu-lagu Melayu Riau seperti tari serampang dua belas, tari mak inang pulau kampai, tari tanjung katung, dan tari lenggang patah sembilan.

Pertemuan tersebut telah menciptakan sebuah tarian, yaitu tari makan sirih oleh para seniman Riau, yang menjadikannya sebagai standar tari persembahan. Sosialisasi mengenai standar ini dilakukan untuk memperkenalkannya kepada masyarakat Riau.

ADVERTISEMENT

Para penari tari makan sirih harus memahami istilah-istilah khusus dalam tarian Melayu, seperti igal (gerakan tangan dan badan), liuk (gerakan mengayunkan badan), lenggang (berjalan sambil menggerakkan tangan), titi batang (berjalan lurus), gentam (menari sambil menghentakkan tumit), cicing (menari sambil berlari kecil), legar (berputar 180 derajat), dan sebagainya (Sinar, ed., 2009).

Filosofi di balik pemberian tepak berisi sirih ini sangatlah mendalam. Jika tamu yang diberi sirih tidak mengambilnya, hal ini dianggap kurang sopan. Bahkan pada zaman kerajaan, raja bisa marah jika tamu tidak memakan sirih tersebut.

Gerakan dalam tari persembahan ini sederhana yaitu fokus pada gerakan tangan dan kaki. Gerakan menunduk sambil merapatkan telapak tangan adalah bentuk penghormatan kepada tamu yang hadir. Tari makan sirih umumnya ditampilkan oleh para remaja. Namun seiring perkembangannya, tarian ini juga dapat dibawakan oleh penari yang lebih dewasa.

Penari mengenakan pakaian tradisional seperti baju kurung teluk belanga yang biasanya dipakai oleh mempelai perempuan. Di bagian kepala, mereka memakai mahkota dengan hiasan bunga dan aksesori lain seperti dokoh, anting-anting, dan gelang. Bagian bawah tubuh para penari dililit dengan kain songket berwarna cerah.

Ciri Khas Tari Makan Sirih

Masih berdasarkan laman Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, tari persembahan ini biasanya ditampilkan dengan diiringi musik Melayu yang menggabungkan suara marwas, biola atau fill, gendang, gambus, dan akordion. Suara dari akordion memiliki peran penting dalam musik Melayu karena menjadi ciri khas yang membedakannya.

Sementara itu, Gerakan dalam tari makan sirih secara umum mirip dengan gerakan yang ada dalam tari lenggang patah sembilan. Namun, terdapat perbedaan nama gerakan antara keduanya. tari makan sirih hanya mencakup dua gerakan, yaitu lenggang patah sembilan tunggal dan ganda. Sedangkan tari lenggang patah sembilan memiliki tiga jenis gerakan yang berbeda, termasuk lenggang di tempat, lenggang memutar satu lingkaran, dan lenggang maju atau mengubah arah.

Nah, itu dia sejarah dari tari makan sirih yang merupakan tari persembahan khas Riau. Semoga bermanfaat ya, detikers!

Artikel ini ditulis Siti Alya Zikriena Poetri, peserta magang bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads