Padang Pariaman merupakan sebuah kabupaten yang terletak di pesisir Provinsi Sumatera Barat. Wilayah ini membentang sepanjang 60,5 km garis pantai dari wilayah pegunungan Bukit Barisan.
Kabupaten Padang Pariaman memiliki motto "Saiyo Sakato" sebagai salah satu nilai luhur yang telah menjadi budaya asli masyarakat Minang. Moto tersebut mengajarkan nilai persatuan antarmasyarakat antargolongan.
detikers, bagaimana sih sejarah dari Padang Pariaman ini? Berikut ini penjelasan mengenai asal-usul, geografis, hingga ciri khas dan fakta dari Padang Pariaman. Berikut ini detikSumut hadirkan ulasan lengkapnya yang dilansir dari jurnal yang diterbitkan UIN Suska, simak sampai akhir ya!
Sejarah Padang Pariaman
Masyarakat Kabupaten Padang Pariaman berasal dari wilayah pegunungan Minangkabau dengan sebagian penduduknya berasal dari Pagaruyung Batusangkar. Pendirian Rantau Pariaman oleh imigran dari Batipuh terjadi sejak sekitar tahun 1.300 M.
Desa-desa awal di wilayah pantai Padang Pariaman berkembang menjadi pusat dagang dan pelabuhan yang didirikan oleh penduduk dari wilayah pedalaman Minangkabau. Nama "Pariaman" berasal dari kata Arab "barri aman", yang berarti "tanah daratan yang aman sentosa", atau juga dianggap berasal dari "parit yang aman" yang menggambarkan pelabuhan yang aman untuk berdagang.
Sebelum kedatangan orang Eropa, kota-kota pelabuhan penting seperti Pariaman dan Tiku sudah dikunjungi oleh pelaut dari Arab, Cina, dan Gujarat. Komoditas dagang dari pedalaman Minangkabau, terutama emas yang dikirim ke pelabuhan-pelabuhan di rantau Pariaman untuk diedarkan lebih lanjut.
Wilayah ini juga terkenal sebagai penghasil emas, yang membuat Pulau Sumatera disebut "pulau emas". Kabupaten Padang Pariaman awalnya disebut Kabupaten Samudra setelah proklamasi kemerdekaan, yang meliputi beberapa daerah seperti Air Bangis, Pariaman, Lubuk Alung, Padang Luar Kota, Metawai, serta beberapa nagari lainnya.
Geografis Padang Pariaman
Secara geografis, kabupaten ini terletak pada lintang selatan 00°11' - 00°49' dan bujur timur 98°36' - 100°28'. Iklimnya tropis dipengaruhi oleh angin darat dengan curah hujan rata-rata 442,80 mm/bulan dan suhu udara berkisar 26°C - 31°C. Iklimnya adalah iklim tropis besar dengan musim kering pendek dengan dipengaruhi oleh angin laut.
Suhu udara rata-rata 24,4°C - 25,7°C, dengan suhu tertinggi biasanya terjadi pada bulan Mei dan terendah pada bulan September. Kelembaban udara rata-rata 86,75% dengan curah hujan tahunan rata-rata 290,12 mm. Wilayahnya terdiri dari daratan Pulau Sumatera dan enam pulau kecil, dengan 40% wilayah dataran rendah di bagian barat menuju pantai, dan 60% wilayah bergelombang hingga Bukit Barisan di bagian timur.
Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 kecamatan, 46 Nagari, dan 363 korong, dengan luas wilayah 1.328,79 km². Wilayah terluas adalah Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung dengan luas 228,70 km2 dan terkecil adalah Kecamatan Sintuk Toboh Gadang dengan luas sebesar 25,56 km2. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Agam di utara, Kota Padang di selatan, Kabupaten Solok dan Tanah Datar di timur, serta Kota Pariaman dan Samudera Indonesia di barat.
Ciri Khas dan Fakta Padang Pariaman
Kabupaten Padang Pariaman mencakup area seluas 1.343,09 km2 yang setara dengan 3,2 persen dari keseluruhan luas Provinsi Sumatera Barat. Daerah ini terdiri dari 17 kecamatan dan 103 nagari.
Ibu Kota Kabupaten Padang Pariaman dipindahkan setelah daerah ini mengalami pemekaran. Akibatnya, Ibu Kota dipindahkan dari Kota Pariaman ke Nagari Parit Malintang, yang terletak di Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman.
Kabupaten ini pun mewujudkan nilai kebersamaan melalui semboyan "Saiyo Sakato" yang berarti kebersamaan dan mengutamakan untuk mencapai kesepakatan melalui musyawarah. Semboyan ini telah menjadi bagian dari tradisi lama dan merupakan prinsip yang dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.
Selain itu, Padangan Pariaman pun memiliki sejumlah objek wisata yang menjadi ikon di wilayah tersebut, seperti Desa Wisata Nyarai dan Lubuak Tano Bridge. Desa Wisata Nyarai terletak di Nagari Salibutan Lubuk Alung. Desa ini berada di kaki bukit barusan satu yang merupakan lokasi hutan lindung.
Sementara Lubuak Tano Bridge berlokasi di Sungai Sariak. Wisata ini sederhana namun lengkap dengan semua wahana permainan yang dibutuhkan oleh pengunjung, terutama bagi keluarga yang membawa anak-anak. Tempat ini sangat cocok untuk dikunjungi saat liburan.
Nah, bagaimana detikers? Itu dia penjelasan mengenai sejarah Padang Pariaman bersama dengan geografis serta ciri khas dan faktanya. Semoga bermanfaat, ya.
Artikel ini ditulis Siti Alya Zikriena Poetri, peserta magang bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Video Ancaman Hukuman Mati Menanti Pemutilasi Gadis di Padang Pariaman"
(astj/astj)