- Warisan Arsitektur Kolonial Belanda yang Masih Bertahan di Sumut 1. Istana Maimun 2. Tjong A Fie Mansion 3. Kantor Pos Medan 4. Gedung London Sumatera 5. Gedung Werehuis 6. Gedung Balai Kota Medan 7. Gedung Bank Indonesia Medan 8. Stasiun Kereta Api Medan 9. Gedung Bank Standart Chartered 10. Rumah Sakit Ibu Kartini 11. Muntik 12. Stasiun Kereta Api Binjai 13. Siantar Hotel 14. Gereja Katolik Paroki St. Fidelis Sigmaringen
Ternyata sampai hari ini masih banyak bangunan arsitektur Kolonial Belanda yang berdiri tegak di Sumut. Apa saja dan di mana saja lokasinya, simak ulasannya sampai akhir!
Warisan Arsitektur Kolonial Belanda yang Masih Bertahan di Sumut
1. Istana Maimun
![]() |
Istana Maimun adalah peninggalan arsitektur kolonial Belanda yang paling terkenal di Sumatera Utara. Dibangun pada abad ke-19, istana ini memadukan gaya arsitektur Melayu, Islam, dan Eropa.
2. Tjong A Fie Mansion
![]() |
Tjong A Fie Mansion adalah rumah yang dibangun pada tahun 1895 oleh seorang pedagang Tionghoa bernama Tjong A Fie. Rumah ini mencerminkan kemegahan arsitektur kolonial Belanda dengan sentuhan budaya Tionghoa yang kental.
3. Kantor Pos Medan
![]() |
Kantor Pos Medan dibangun sejak tahun 1909 dan selesai di tahun 1911. Arsitekturnya menampilkan gaya Art Deco yang khas, dengan ciri khas seperti banyak jendela untuk regulasi suhu di dalam bangunan. Kantor Pos ini memiliki nilai historis sebagai pusat layanan pos yang melayani pengiriman surat antara Deli dengan Eropa terutama Belanda. Kini Kantor Pos Medan tak lagi beroperasi sebagai sarana surat-menyurat melainkan menjadi pusat kuliner.
4. Gedung London Sumatera
![]() |
Letaknya yang strategis di pusat kota, membuat gedung ini terlihat menonjol di persimpangan jalan dengan bangunannya yang masih kokoh. Menariknya, gedung ini merupakan gedung pertama di Kota Medan yang dilengkapi dengan fasilitas elevator. Gedung ini mengusung gaya arsitektur rumah-rumah di London pada abad ke-18 hingga ke-19.
5. Gedung Werehuis
![]() |
Mungkin gedung ini terasa asing terdengar, padahal dulunya gedung werehuis adalah pusat supermarket pertama dan terbesar di kota Medan bahkan di Pulau Sumatera. Gedung ini dimiliki oleh perusahaan Belanda bernama N.V. HΓΌ'tenbach. Saat ini kondisi bangunannya tampak kumuh dan tidak terawat.
6. Gedung Balai Kota Medan
![]() |
Bangunan ini dahulu sering difungsikan sebagai tempat pertemuan oleh pemerintah Belanda sebelum berganti menjadi kantor staf pemerintahan militer oleh Jepang. Akhirnya, gedung tersebut menjadi milik pemerintah Indonesia. Meskipun telah mengalami perubahan fungsi, keberadaan kokoh bangunan ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah.
7. Gedung Bank Indonesia Medan
![]() |
Bangunan putih dengan arsitektur Eropa yang khas ini dibangun pada tahun 1906 dan mulai beroperasi pada tahun 1907 sebagai pusat Bank Belanda. Lokasinya berdekatan dengan Balai Kota Medan. Meskipun telah direnovasi, upaya dipertahankannya keaslian bangunan tetap terlihat.
8. Stasiun Kereta Api Medan
![]() |
Kehadiran stasiun kereta api ini menjadi sarana transportasi penting pada masa Kolonial Belanda karena Medan menjadi pusat perdagangan pada masa itu. Stasiun yang berada di depan lapangan Merdeka ini diresmikan pada tahun 1886. Arsitektur stasiun telah mengalami perubahan sehingga struktur bangunan kolonialnya tidak begitu terlihat lagi.
9. Gedung Bank Standart Chartered
![]() |
Dulunya, Bangunan Standard Chartered Bank adalah rumah Gouverneurs huis te Medan atau Rumah Gubernur di Medan. Bangunan berwarna putih yang bergaya Belanda ini lebih tua dari Istana Maimun karena dibangun pada tahun 1888.
10. Rumah Sakit Ibu Kartini
![]() |
Rumah Sakit Ibu Kartini awalnya bernama Catharina Hospitaal. HAPM yang merupakan Perkebunan Belanda adalah pemilik rumah sakit tersebut. Bangunan tua ini didirikan pada tahun 1914 sehingga menjadi bagian dari warisan yang ditinggalkan oleh pemerintahan kolonial Belanda di Kisaran, Kabupaten Asahan.
11. Muntik
Muntik adalah sebuah kereta api mini yang menjadi warisan dari masa penjajahan Belanda di Kisaran, Kabupaten Asahan. muntik beroperasi di sekitar Kelurahan Sidodadi dan sekitarnya, berjalan di atas rel besi. Meskipun saat ini masih digunakan, fungsinya utamanya hanya untuk mengangkut hasil pertanian seperti karet.
12. Stasiun Kereta Api Binjai
Stasiun Kereta Api Binjai berdiri sejak tahun 1887. Stasiun menjadi salah satu arsitektur kolonial Belanda yang unik karena mengusung gaya arsitektur Indis. Hal ini dikarenakan pembangunan stasiun tersebut pada masa pemerintahan Hindia Belanda tergolong dalam kategori arsitektur Indis. Gaya Indis dalam arsitekturnya mencakup gabungan dua budaya yang berbeda, yaitu budaya kolonial Belanda dan Melayu.
13. Siantar Hotel
Siantar Hotel mulai dibangun pada tahun 1913 dan mulai beroperasi pada 1 Februari 1915 tepatnya dimasa kolonial Belanda. Pendirinya adalah tiga orang dari Swiss yaitu, Dr. Erns Surbeck, Hedwie Euse Surbeck, dan Lydia Rosa Otto Surbeck.
14. Gereja Katolik Paroki St. Fidelis Sigmaringen
Gereja ini merupakan peninggalan Kolonial Belanda di Kota Parapat. Gereja Katolik yang dibangun pada tahun 1955 ini memiliki arsitektur bergaya eropa klasik. Meskipun tidak menggunakan besi sebagai pengikat pada badan bangunan, gereja ini tetap kokoh hingga sekarang.
Itulah deretan warisan arsitektur Kolonial Belanda atau bangunan bersejarah yang masih bertahan di Sumatra Utara dimana semua bangunannya memperkaya warisan budaya dan sejarah daerah tersebut.
Artikel ini ditulis oleh Cory Patricia Siahaan, mahasiswa magang Merdeka di detikcom.
(astj/astj)