14 Peninggalan Sejak Era Kolonial Belanda yang Masih Utuh di Sumut

14 Peninggalan Sejak Era Kolonial Belanda yang Masih Utuh di Sumut

Cory Patricia Siahaan - detikSumut
Minggu, 28 Apr 2024 06:00 WIB
Stasiun Kereta Api Binjai. (Kartika Sari/detikSumut)
Foto: Stasiun Kereta Api Binjai. (Kartika Sari/detikSumut)
Medan - Di tengah pesatnya perkembangan urban di Sumatera Utara (Sumut), kehadiran peninggalan arsitektur Kolonial Belanda masih menjadi warisan budaya yang tak terlupakan. Keberadaan gedung megah kolonial mencerminkan kejayaan masa lalu, membuat kita memahami sejarah dan kekayaan budaya daerah Sumut.

Ternyata sampai hari ini masih banyak bangunan arsitektur Kolonial Belanda yang berdiri tegak di Sumut. Apa saja dan di mana saja lokasinya, simak ulasannya sampai akhir!

Warisan Arsitektur Kolonial Belanda yang Masih Bertahan di Sumut

1. Istana Maimun

Pengunjung menikmati wisata di Istana Maimun. (Foto: Goklas Wisely)Pengunjung menikmati wisata di Istana Maimun. (Foto: Goklas Wisely)

Istana Maimun adalah peninggalan arsitektur kolonial Belanda yang paling terkenal di Sumatera Utara. Dibangun pada abad ke-19, istana ini memadukan gaya arsitektur Melayu, Islam, dan Eropa.

2. Tjong A Fie Mansion

Rumah Tjong A FieRumah Tjong A Fie Foto: Putu Intan/detikcom

Tjong A Fie Mansion adalah rumah yang dibangun pada tahun 1895 oleh seorang pedagang Tionghoa bernama Tjong A Fie. Rumah ini mencerminkan kemegahan arsitektur kolonial Belanda dengan sentuhan budaya Tionghoa yang kental.

3. Kantor Pos Medan

Kantor Pos Kota Medan. (Foto: Goklas Wisely/detikSumut).Kantor Pos Kota Medan. (Foto: Goklas Wisely/detikSumut).

Kantor Pos Medan dibangun sejak tahun 1909 dan selesai di tahun 1911. Arsitekturnya menampilkan gaya Art Deco yang khas, dengan ciri khas seperti banyak jendela untuk regulasi suhu di dalam bangunan. Kantor Pos ini memiliki nilai historis sebagai pusat layanan pos yang melayani pengiriman surat antara Deli dengan Eropa terutama Belanda. Kini Kantor Pos Medan tak lagi beroperasi sebagai sarana surat-menyurat melainkan menjadi pusat kuliner.

4. Gedung London Sumatera

Lift di Gedung London SumateraLift di Gedung London Sumatera Foto: Lift di Gedung London Sumatera (Istimewa)

Letaknya yang strategis di pusat kota, membuat gedung ini terlihat menonjol di persimpangan jalan dengan bangunannya yang masih kokoh. Menariknya, gedung ini merupakan gedung pertama di Kota Medan yang dilengkapi dengan fasilitas elevator. Gedung ini mengusung gaya arsitektur rumah-rumah di London pada abad ke-18 hingga ke-19.

5. Gedung Werehuis

Gedung Warenhuis di Medan, supermarket pertama di Kota Medan. (Nizar Aldi/detikSumut)Gedung Warenhuis di Medan, supermarket pertama di Kota Medan. (Nizar Aldi/detikSumut)

Mungkin gedung ini terasa asing terdengar, padahal dulunya gedung werehuis adalah pusat supermarket pertama dan terbesar di kota Medan bahkan di Pulau Sumatera. Gedung ini dimiliki oleh perusahaan Belanda bernama N.V. HΓΌ'tenbach. Saat ini kondisi bangunannya tampak kumuh dan tidak terawat.

6. Gedung Balai Kota Medan

Kantor Wali Kota atau Balai Kota Medan.Kantor Wali Kota atau Balai Kota Medan. Foto: Nizar Aldi/detikSumut

Bangunan ini dahulu sering difungsikan sebagai tempat pertemuan oleh pemerintah Belanda sebelum berganti menjadi kantor staf pemerintahan militer oleh Jepang. Akhirnya, gedung tersebut menjadi milik pemerintah Indonesia. Meskipun telah mengalami perubahan fungsi, keberadaan kokoh bangunan ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah.

7. Gedung Bank Indonesia Medan

Suasana Gedung Bank Indonesia Sumatera Utara (Sumut) di Jalan Balai Kota, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan. (Goklas Wisely/detikSumut).Suasana Gedung Bank Indonesia Sumatera Utara (Sumut) di Jalan Balai Kota, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan. (Goklas Wisely/detikSumut).

Bangunan putih dengan arsitektur Eropa yang khas ini dibangun pada tahun 1906 dan mulai beroperasi pada tahun 1907 sebagai pusat Bank Belanda. Lokasinya berdekatan dengan Balai Kota Medan. Meskipun telah direnovasi, upaya dipertahankannya keaslian bangunan tetap terlihat.

8. Stasiun Kereta Api Medan

Penumpang saat berada di Stasiun Kereta Api Medan. (Foto: Istimewa)Penumpang saat berada di Stasiun Kereta Api Medan. (Foto: Istimewa) Foto: Istimewa

Kehadiran stasiun kereta api ini menjadi sarana transportasi penting pada masa Kolonial Belanda karena Medan menjadi pusat perdagangan pada masa itu. Stasiun yang berada di depan lapangan Merdeka ini diresmikan pada tahun 1886. Arsitektur stasiun telah mengalami perubahan sehingga struktur bangunan kolonialnya tidak begitu terlihat lagi.

9. Gedung Bank Standart Chartered

Gedung Bank Standart Chartered (Foto: Istimewa)Gedung Bank Standart Chartered (Foto: Istimewa)

Dulunya, Bangunan Standard Chartered Bank adalah rumah Gouverneurs huis te Medan atau Rumah Gubernur di Medan. Bangunan berwarna putih yang bergaya Belanda ini lebih tua dari Istana Maimun karena dibangun pada tahun 1888.

10. Rumah Sakit Ibu Kartini

Catharina Hoospitaal yang kini berubah nama menjadi RS Ibu Kartini di Asahan.Catharina Hoospitaal yang kini berubah nama menjadi RS Ibu Kartini di Asahan. Foto: Istimewa

Rumah Sakit Ibu Kartini awalnya bernama Catharina Hospitaal. HAPM yang merupakan Perkebunan Belanda adalah pemilik rumah sakit tersebut. Bangunan tua ini didirikan pada tahun 1914 sehingga menjadi bagian dari warisan yang ditinggalkan oleh pemerintahan kolonial Belanda di Kisaran, Kabupaten Asahan.

11. Muntik

Muntik adalah sebuah kereta api mini yang menjadi warisan dari masa penjajahan Belanda di Kisaran, Kabupaten Asahan. muntik beroperasi di sekitar Kelurahan Sidodadi dan sekitarnya, berjalan di atas rel besi. Meskipun saat ini masih digunakan, fungsinya utamanya hanya untuk mengangkut hasil pertanian seperti karet.

12. Stasiun Kereta Api Binjai

Stasiun Kereta Api Binjai berdiri sejak tahun 1887. Stasiun menjadi salah satu arsitektur kolonial Belanda yang unik karena mengusung gaya arsitektur Indis. Hal ini dikarenakan pembangunan stasiun tersebut pada masa pemerintahan Hindia Belanda tergolong dalam kategori arsitektur Indis. Gaya Indis dalam arsitekturnya mencakup gabungan dua budaya yang berbeda, yaitu budaya kolonial Belanda dan Melayu.

13. Siantar Hotel

Siantar Hotel mulai dibangun pada tahun 1913 dan mulai beroperasi pada 1 Februari 1915 tepatnya dimasa kolonial Belanda. Pendirinya adalah tiga orang dari Swiss yaitu, Dr. Erns Surbeck, Hedwie Euse Surbeck, dan Lydia Rosa Otto Surbeck.

14. Gereja Katolik Paroki St. Fidelis Sigmaringen

Gereja ini merupakan peninggalan Kolonial Belanda di Kota Parapat. Gereja Katolik yang dibangun pada tahun 1955 ini memiliki arsitektur bergaya eropa klasik. Meskipun tidak menggunakan besi sebagai pengikat pada badan bangunan, gereja ini tetap kokoh hingga sekarang.

Itulah deretan warisan arsitektur Kolonial Belanda atau bangunan bersejarah yang masih bertahan di Sumatra Utara dimana semua bangunannya memperkaya warisan budaya dan sejarah daerah tersebut.

Artikel ini ditulis oleh Cory Patricia Siahaan, mahasiswa magang Merdeka di detikcom.


(astj/astj)


Hide Ads