Saat menjalin rumah tangga, beberapa orang cenderung memutuskan tinggal terpisah dari orang tua. Salah satu alasannya mungkin saja karena ingin membangun kehidupan baru tanpa campur tangan orang tua.
Nah, hal itu berlaku juga pada masyarakat etnis Batak yang biasanya dikenal sebagai 'manjae'. Lantas, apa arti 'manjae' dalam Bahasa Batak beserta maknanya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut penjelasan dilansir dari Ensiklopedia Kebudayaan Kawasan Danau Toba.
Arti 'Manjae' dalam Bahasa Batak
'Manjae' berarti hidup mandiri atau menghidupi keluarga sendiri. Sementara itu, pengertian manjae dalam Bahasa Simalungun yaitu memandirikan anak yang sudah berumah tangga dari orang tuanya.
'Man' artinya melakukan dan 'jae' (dalam kamus Bahasa Simalungun-Indonesia) artinya berdiri sendiri atau hidup mandiri. Anak laki-laki yang telah menikah harus dilepaskan untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Makna 'Manjae' dalam Batak Toba
Dalam Batak Toba, apabila anak laki-laki sudah menikah dan masih tinggal di rumah orang tuanya maka akan segera dilakukan acara manjae atau disebut dengan 'dipajae' yaitu diberi bagian.
Laki-laki tersebut akan diberikan 'panjaean' yakni bagian dari orang tuanya berupa sawah atau tanah milik orang tua. Bagian itu kelak diolah menjadi bekal hidup keluarga si anak di waktu yang akan datang.
Pada waktu mendatang, orang tua membagi luas tanah sesuai jumlah anak yang akan 'dipajae'. Mulai dari anak laki-laki 'sihahaan' atau sulung hingga anak laki-laki terakhir sebelum 'siampudan' atau bungsu.
Perlu diingat, acara manjae dilakukan kepada laki-laki yang bukan anak 'siampudan' atau bungsu. Dalam acara manjae, nantinya laki-laki dijamu makan sekeluarga bersama keluarga inti laki-laki.
Orang tua menentukan bagian anak yang akan 'dipajae' berupa sawah, tanah pertapakan, lading, gelas, periuk, beras, dan tikar. Maksudnya, agar laki-laki mengatur kehidupan keluarga sendiri tanpa tergantung orang tua.
Anak manjae dianjurkan pindah dari rumah orang tua untuk menempati rumah yang kosong. Anak manjae pun tidak disarankan menjamu keluarga lain karena kehidupan keluarganya yang belum mapan.
Selain itu, anak manjae biasanya diberi kelonggaran dalam pengeluaran seperti partisipasi adat. Anak manjae diperbolehkan memberi lebih sedikit karena baru saja berumah tangga atau dikenal sebagai 'mandasor'.
Pemberian 'panjaean' didengarkan seluruh keluarga inti supaya tidak menjadi pertentangan di kemudian hari. Berbeda dengan si bungsu yang menempati rumah orang tuanya dan mengurus mereka sampai akhir hidupnya.
Makna 'Manjae' dalam Batak Simalungun
Pada dasarnya, seseorang yang 'marhajabuan' atau berumah tangga diberi hak untuk berdiri sendiri. Namun, terdapat pihak keluarga yang merasa belum saatnya untuk melepas sang anak.
Saat anak sudah berumah tangga, itu berarti mereka tak hanya hidup mandiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri tetapi juga hidup berdampingan serta saling melengkapi satu sama lain.
Apabila si anak mampu 'manjae' atau hidup mandiri maka orang tua pun akan memberi restu. Untuk itu, anak harus bersedia mempersiapkan segala sesuatu sebagai bekal di kemudian hari.
Dalam Batak Simalungun, adat 'manjae' berlaku untuk semua anak laki-laki yang telah berumah tangga. Nantinya, anak bungsu akan diberikan warisan rumah yang ditinggali oleh orang tua.
'Manjae' dilakukan dengan memberikan kebun, ladang atau sawah yang disebut 'panjaean' yakni harta benda untuk anak laki-laki. Pemberian itu sebagai modal dari orang tua kepada anaknya.
Demikian arti 'manjae' dalam Bahasa Batak beserta maknanya. Semoga menambah wawasan nusantaramu, ya, detikers!
(mjy/mjy)