Mangupa-upa, Tradisi Meminta Doa di Suku Batak

Sumut in History

Mangupa-upa, Tradisi Meminta Doa di Suku Batak

Finta Rahyuni - detikSumut
Sabtu, 27 Jan 2024 17:30 WIB
Tradisi Mangupa Upa pengantin di Suku Mandailing. (Foto: istimewa)
Foto: Tradisi Mangupa Upa pengantin di Suku Mandailing. (Foto: istimewa)
Medan -

detikers pernah mendengar atau melihat tradisi Mangupa Upa? Biasanya acara ini dilakukan oleh suku Batak, baik itu Batak Toba atau Mandailing.

Acara Mangupa-upa ini biasanya dilakukan bersama dengan anggota keluarga. Ada ritual dan hidangan makanan tertentu yang biasanya disajikan.

Lalu, seperti apa itu acara Mangupa Upa di Suku Batak? Berikut detikSumut beriman penjelasannya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi Mangupa-upa ini sudah ada sejak dulu. Kegiatan ini sudah turun temurun dilakukan hingga sekarang. Tidak hanya masyarakat yang masih tinggal di Sumut, tapi Suku Toba atau Mandailing yang telah menatap di luar Sumut juga masih melakukan tradisi itu.

Mangupa-upa berarti suatu bentuk acara permintaan doa atau nasihat. Harapannya, setelah acara itu dilakukan, orang yang diupa itu akan mendapatkan perlindungan dan keberkahan dalam hidupnya.

ADVERTISEMENT

Acara Mangupa-upa ini lazimnya hanya dilakukan di rumah. Ada orang tua, saudara atau keluarga terdekat yang biasanya hadir dalam acara tersebut. Dalam proses Mangupa Upa, akan ada nasihat dari orang tua, atau keluarga yang akan disampaikan.

Mangupa Upa ini biasanya dilakukan saat momen tertentu yang mengimplementasikan bentuk rasa syukur, misal dalam acara pernikahan, kelahiran bayi, menempati rumah baru, atau baru pulang saja ke kampung halaman. Selain itu, Mangupa-upa ini juga bisa sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan agar kejadian buruk yang baru saja dialami tidak terulang lagi, misalnya setelah kecelakaan.

Dikutip dari website resmi Portal Informasi Indonesia, ada dua ciri Mangupa Upa yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di tanah Batak. Pertama, Mangupa-upa ala Batak Toba. Kedua, Mangupa Upa yang lazim dilakukan keturunan Mandailing. Biasanya hidangan makanan yang disajikan di dua daerah ini juga memiliki versi yang berbeda.

Untuk di suku Toba, biasanya Mangupa Upa dilakukan saat prosesi pernikahan. Sajian makanannya biasanya adalah ikan mas yang telah diolah dengan bumbu khas Batak. Atau orang biasanya menyebutnya ikan arsik.

Lalu, para orang tua dan sesepuh, bahkan juga lainnya yang ketika itu ikut hadir dalam Mangupa Upa pernikahan, akan berkeliling dan menyentuh menu ikan mas arsik tadi.

Kalau ada yang tidak dapat mengambil menu sajian ikan mas arsik tersebut, cukup dengan menyentuh orang yang bisa mengambil makanan. Ritual seperti itu tidak boleh terputus serta berhenti sampai semua orang tua, sesepuh, atau pihak lain yang hadir. Diharuskan semua yang hadir dapat menyentuh ikan mas arsik tadi.

Penggunakan ikan mas pada Batak Toba bukan tanpa alasan. Bagi masyarakat Batak Toba, ikan mas disimbolkan sebagai makna agar pengantin menjadi keluarga bahagia dan terus saling menyayangi serta mendapatkan anak yang banyak.

Berbeda dengan tradisi Mangupa Upa di Mandailing. Dulu, masyarakat Mandailing menyebut Mangupa Upa ini dengan nama 'paulak tondi tu bagas'. Mereka menganggap bahwa ketika terjadi peristiwa, tondi atau ruh manusia sedang terpisah dari jasad, sehingga perlu dimasukkan kembali. Kegiatan ini lazim digunakan bagi orang yang baru saja kecelakaan.

Hidangan yang disajikan dalam acara ini juga biasanya lebih banyak hidangan yang disediakan, seperti sirih, beras, daun pisang sitabar, ikan, ayam atau daging kambing, telur ayam dan garam.

Semua sajian menu tersebut memiliki makna masing-masing bagi masyarakat Mandailing. Untuk kapur, ditandai sebagai bentuk ungkapan sukacita. Lalu, beras sebagai simbol agar kedua pengantin dapat memilah jalan kebaikan dan buruk.

Sementara daun pisang sitabar adalah tanda pernikahan cukup sekali saja. Untuk daging kambing menjadi simbol keperkasaan, telur ayam sebagai makna sumber kehidupan dan garam dimaksudkan agar kedua mempelai mampu memberikan manfaat bagi kehidupan di dunia.

Setelah itu, semua hidangan Mangupa-upa itu nantinya akan disuapkan kepada kedua mempelai atau orang yang diupa-upa.

Meski ada dua versi, tradisi Mangupa Upa itu tetap memiliki satu kesamaan makna, yakni bentuk rasa syukur, permintaan perlindungan dan yang lainnya.




(astj/astj)


Hide Ads