Mengenal Istilah Tondi dalam Suku Batak Toba

Mengenal Istilah Tondi dalam Suku Batak Toba

Aprilda Ariana Sianturi - detikSumut
Kamis, 07 Des 2023 04:00 WIB
Sanggar tari dari PT Inalum mementaskan tarian Sipitu Cawan di Desa Meat, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Tarian khas Sumut ini tergolong sakral.
Foto: Pradita Utama
Medan -

Dalam suku Batak ada sebuah istilah yang disebut dengan tondi. Tondi ini erat kaitannya dengan roh atau jiwa.

Penasaran apa makna tondi dalam suku Batak? Berikut detikSumut rangkum ulasannya untuk detikers.

Dilansir dari buku Asal Usul, Silsilah, dan Tradisi Budaya Batak Toba yang ditulis oleh Jonar TH Situmorang, tondi adalah roh, jiwa, sukma, dan semangat. Tondi merupakan roh manusia yang dimiliki oleh setiap orang mulai dari lahir hingga meninggal dunia. Dalam kepercayaan orang Batak, tondi seseorang itu berada di dalam tubuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tondi dan tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tondi diperoleh dari Mulajadi Nabolon saat seseorang masih berada dalam rahim ibunya.

Sebelum tondi dikenakan ke tubuh, Mulajadi Nabolon akan menyuruh tondi tersebut untuk memilih nasibnya dalam kehidupannya di masa depan. Permintaan tondi akan dicatat oleh pohon hidup.

ADVERTISEMENT

Tondi dapat meninggalkan tubuh saat seseorang sedang bermimpi, terkejut, sakit keras, atau dilarikan hantu. Namun, tondi dapat dipanggil kembali dengan melakukan suatu upacara tertentu.

Suku Batak Toba tradisional memercayai bahwa tata kehidupan diatur dan dipengaruhi oleh tondi atau roh, baik itu tondi orang hidup maupun tondi orang mati. Tondi dipercaya memiliki kehidupan yang berdiri sendiri dan memiliki kemampuan untuk memakai pengaruhnya atas peristiwa-peristiwa saat ini dan yang akan datang.

Tondi diyakini dapat menentukan nasib setiap orang serta bebas untuk memilih peranan apa dalam kehidupan yang dikehendaki sesuai permintaan tondinya. Tondi dapat dibujuk dari tubuh oleh tindakan-tindakan magis, serta dapat ditawan oleh roh jahat. Tondi harus dijaga agar tetap memiliki keharmonisan, ketenteraman, dan keselarasan dengan roh-roh alam di sekitarnya.

Ada beberapa ungkapan yang sehubungan dengan tondi dalam istilah Batak Toba, yaitu:

1. Mangalap tondi, yaitu mencari tondi orang sakit yang meninggalkannya dan memberikan persembahan agar tondi tersebut datang kembali.

2. Ulos ni tondi, yaitu sehelai ulos yang dipersembahkan kepada tondi disimpan sebagai ulos yang berharga. Ulos ini biasanya diserahkan kepada wanita yang hamil 7 bulan anak pertama. Tujuannya adalah memberikan semangat kepada wanita hamil dalam menjalani kehamilannya. Sebagian warga dalihan na tolu mengganti istilah ulos ni tondi dengan istilah ulos mula gabe dengan alasan hanya Tuhanlah yang mangulosi tondi. Di beberapa tempat, acara ini dinamakan juga dengan mangirdak.

3. Boras si pir ni tondi, yaitu beras yang ditaburkan di ubun-ubun seseorang dengan harapan untuk menguatkan jiwa dan semangat hidupnya. Orang yang berhak menaburkan beras ini adalah hula-hula, orang tua, abang, punguan marga atau parsahutaon atas nama punguan.

Ada tujuh jenis tondi dalam suku Batak Toba yang dimiliki manusia, yaitu:

1. Tondi sigomgom, yaitu semangat sebenarnya yang tidak boleh meninggalkan manusia saat ia hendak hidup

2. Tondi sijunjung, yaitu roh yang melindungi manusia

3. Tondi sipalos-palos, yaitu roh jahat yang membuat seseorang sakit

4. Tondi sibahota, yaitu roh yang memiliki daya cipta

5. Tondi sipalilohot, yaitu roh yang menjadikan seseorang kaya

6. Tondi siparorot, yaitu roh pengasuh

7. Tondi saudara, yaitu roh yang tidak menyatu dengan tubuh, tetapi bergabung dengan plasenta yang turut dikuburkan.

Tondi memberikan kehidupan kepada semua anggota tubuh, tetapi tidak sama besar. Otak, hati, dan darah memperoleh persediaan tondi paling besar. Orang Batak Toba percaya bahwa tondi melekat pada rambut, keringat, ludah, gigi, plasenta, kuku, jejak kaki, pakaian, bayang-bayang, bahkan pada nama seseorang.

Menurut kepercayaan Batak Toba lama, jika seseorang meninggal maka tondinya akan menjadi begu. Dalam kepercayaan Batak Toba, kematian tidak mengakhiri keberadaan tondi di dunia ini. Kematian dipandang sebagai sekadar peralihan tondi dari tubuh jasmani secara fisik ke dalam wujud lain yang tidak terlihat oleh mata jasmani. Kematian adalah peralihan tondi menjadi hantu (begu), arwah (sumangot), dan sembahan (sahala/sombaon).

Demikianlah penjelasan mengenai tondi yang erat kaitannya dengan suku Batak Toba, semoga bermanfaat detikers.

Artikel ini ditulis oleh Aprilda Ariana Sianturi, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads