Serba-serbi Suku Mandailing: Asal Usul, Bahasa, hingga Rumah Adat

Serba-serbi Suku Mandailing: Asal Usul, Bahasa, hingga Rumah Adat

Vania Dinda Azura - detikSumut
Rabu, 27 Des 2023 06:00 WIB
Bagas Godang, rumah adat suku Mandailing (cagarbudaya.sumutprov.go.id)
Foto: Bagas Godang, rumah adat suku Mandailing (cagarbudaya.sumutprov.go.id)
Medan -

Suku Mandailing merupakan salah satu suku yang mendiami sebagian Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Hingga sekarang ini suku Mandailing telah menyebar dan menduduki berbagai wilayah di nusantara.

Melansir buku ''Asal-Usul, Silsilah, dan Tradisi Budaya Batak'' karya Pdt Dr Jonar Situmorang, M.A., M.Th, secara historis, eksistensi suku-bangsa Mandailing didukung oleh kenyataan dengan disebutnya nama Mandailing dalam Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada abad ke-14 (1365).

Kitab Negarakertagama adalah sebuah kitab sejarah dan sastra dari zaman Majapahit. Kitab tersebut berisi tentang sejarah Kerajaan Majapahit. Dalam Pupuh XIII, nama Mandailing dan nama berbagai wilayah di Sumatera sebagai "negara bawahan" Kerajaan Majapahit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebutan nama Mandailing dalam kitab tersebut mengisahkan tentang sejarah bangsa asing dari India yang menganut agama Hindu, budaya, peradaban, teknologi, sistem pemerintahan berbaur dengan masyarakat asli setempat lalu membentuk suatu bangsa, masyarakat, suku, etnik, budaya, dan peradaban baru sesuai dengan kultur masing-masing pada tahun 1030-1365 M.

Sebelum abad ke-18, kaum Paderi datang dari Minangkabau ke Sumatera Utara, tepatnya ke daerah Natal dan Padang Lawas. Sejak saat itu budaya Minang dan agama Islam yang dibawa oleh kaum tersebut berbaur dengan budaya Batak setempat dan menghasilkan sub-etnis baru yang salah satunya adalah Mandailing.

ADVERTISEMENT

Dapat disimpulkan bahwa Mandailing merupakan pembauran dari suku Batak dan Minangkabau, yang lebih menonjolkan keagamaan. Ada banyak aspek yang mendasari bahwa Mandailing merupakan bagian dari suku Batak yaitu adat istiadatnya seperti bentuk ulos yang hampir sama, logat bahasa dan aksara yang hampir sama. Bahkan ada marga yang hampir sama atau serumpun.

Suku Mandailing akrab dengan paham kekerabatan patrilineal. Dalam sistem patrilineal, suku Mandailing mengenal dan menggunakan marga. Dalam suku Mandailing terdapat belasan marga yang diantaranya adalah Lubis, Nasution, Pulungan, Batubara, Parinduri, dan lainnya.

Selain bermasyarakat bermarga, daerah Mandailing telah didiami tiga suku lainnya, jauh sebelum abad ke-10, yaitu suku Sakai, suku Hulu Muara Sipongi, dan suku Lubu Siladang. Suku Sakai mayoritas bermukim di hulu-hulu sungai kecil dan di daerah Dumai dan Duri (Riau) serta Malaysia.

Untuk bahasa, bahasa Mandailing masih salah satu rumpun bahasa Batak namun dengan pengucapan yang lebih lembut dibandingkan bahasa Angkola. Penduduk yang masih menggunakan bahasa Mandailing sebagai bahasa sehari-hari mayoritas bermukim di daerah Kabupaten Mandailing Natal.

Selain dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Mandailing juga dipakai dalam upacara adat, ritual, dan kegiatan adat lainnya. Bahasa Mandailing memiliki kekhasan baik dari segi bentuk, proses pembentukan kata, makna kata, hingga ragam pemakaiannya, karena dalam bahasa Mandailing intonasi sangat mempengaruhi arti.

Untuk model rumah adat, salah satu rumah adat Batak Mandailing disebut dengan "bagas godang". Bagas godang memiliki makna rumah besar, di mana bagas memiliki arti rumah dan godang memiliki arti besar. Bagas godang sendiri dahulu merupakan tempat kediaman raja-raja yang memimpin suatu daerah.

Seiring perkembangan zaman, kini bagas godang telah dijadikan sebagai peninggalan bersejarah dan objek wisata. Bagas godang berbentuk persegi panjang dengan jumlah tiang 25 buah. Bagian atapnya berbentuk limas dengan bentuk runcing di sisi kiri dan kanan. Bahan baku pembangunan bagas godang menggunakan kayu yang berkualitas tinggi sehingga masih bertahan selama ratusan tahun.

Nah, itu dia informasi selengkapnya tentang serba serbi suku Mandailing. Semoga artikel ini bermanfaat, ya, detikers!

Artikel ini ditulis oleh Vania Dinda Azura, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads