Mengenal Petatah-Petitih di Minangkabau

Sumatera Barat

Mengenal Petatah-Petitih di Minangkabau

Gilby Zahrandy - detikSumut
Senin, 25 Des 2023 23:30 WIB
Budaya Minangkabau
Foto: Petatah-petitih dalam acara adat Mufakat Kalimo Suku Nagari Aie Tobik (8/11/23) (Gilby/detikSumut)
Padang -

Etnis Minangkabau menyimpan berbagai macam adat, budaya, dan tradisi yang unik. Salah satunya adalah Petatah-Petitih, yang merupakan budaya lisan Minangkabau yang di dalamnya terdapat kalimat atau ungkapan makna yang dalam.

Pepatah-petitih Minang juga biasanya memiliki makna yang luas, halus, dan terdapat kalimat kiasan yang di dalamnya memiliki maksud tertentu. Pepatah petitih bagi masyarakat Minangkabau merupakan pegangan dan bahkan dijadikan falsafah hidup.

Berikut detikSumut rangkum kumpulan pepatah-petitih Minangkabau dari hasil wawancara bersama salah satu tetua adat di Kota Payakumbuh, Armi Andi Datuk Tumangguang Nan Mudo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna Petatah-Petitih

Menurut pria yang sudah menjadi Datuk selama 17 tahun itu ia berpendapat bahwa petatah-petitih itu sesuatu yang tidak terang-terangan dalam menyampaikan sesuatu dan menyampaikan maksud secara tersirat.

"Petatah-petitih adat itu tidak terang terangan, maksudnya petatah petitih itu dalam penyampaian maksud, tidak langsung ke intinya, secara tersirat," ucapnya ketika ditemui tim detikSumut beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Datuk Tumangguang juga menambahkan bahwa petatah-petitih menurutnya secara sederhana sama dengan basa-basi.

"Bahasa minang itu seperti itu, ketika disuruh makan kita kan tidak langsung makan? itulah semacam basa-basi tadi," tuturnya.

"Contohnya seperti 'aia di galeh minta diminum, nasi di pinggan minta dimakan' (air di gelas minta diminum, nasi di piring minta dimakan), kurang lebih seperti itu," tambahnya.

Petatah-petitih di Minangkabau itu dilakukan dengan beradu petatah petitih dengan lawan bicara, saling balas membalas dan terjadi komunikasi dua arah.

"Pada umumnya petatah petitih itu ada lawannya, kalo kita ngomong nanti dibalas. Nah, jika gada lawan itu pidato namanya," tuturnya.

Pria yang kerap disapa Datuk Tumangguang nan Mudo itu juga menambahkan bahwa petatah-petitih hanya dilakukan di lingkungan adat (rumah) dan biasanya di acara seperti melamar, melayat dan pesta pernikahan.

"Pada umumnya dalam acara adat itu ada petatah petitih, contohnya sendiri ketika melamar, melayat. Istilahnya itu memakai adat. Nah, ada lokasinya juga, semisal jika di kafe mah tidak perlu karena petatah petitih adat tu diatas rumah, di lingkungan rumah," ucapnya.

Contoh Petatah-Petitih di Minangkabau

Berikut detikSumut rangkum berbagai petatah-petitih yang populer di ranah Minang:

  • Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.

(Adat bersandi syarak, syarak bersendi kitabullah.)

Petatah-petitih ini mengatakan adat di Minangkabau itu berdasarkan kepada agama Islam dan Al-Qur'an.

  • Dimano bumi dipijak, disinan langik dijunjuang, dimano sumua dikali disinan aia disauak, dimano nagari diuni disinan Adat dipakai.

(Dimanalah bumi dipijak, disitulah langit dijunjung, dimana sumur digali di situ air diambil dimana negeri ditinggali disitu adat dipakai.)

Petatah-petitih ini bermakna kita harus menyesuaikan diri dengan masyarakat di mana pun kita berada.

  • Dek hujan sahari, ilang paneh satahun.

(karena hujan sehari, hilang panas setahun.)

Maknanya karena perbuatan salah yang sedikit, hilang semua perbuatan baik selama ini.

  • Cando managak an batang basah.

(seperti menegakkan batang basah.)

Petatah-petitih ini bermakna jika membela perbuatan yang salah tidak akan bisa, kalaupun bisa suatu saat akan terbongkar.

  • Elok tungkuh tak ba isi, gadak agak tak ma nyampai

(baik bungkus tidak berisi, besar tak sampai)

Maknanya seseorang yang lagaknya seperti orang pandai tetapi tidak berhasil.

  • Jalan dialiah dek urang lalu, cupak dipapek dek rang manggaleh

(jalan dipindahkan oleh orang lewat, cupak dipendekkan oleh orang yang berdagang)

Maknanya secara tidak disadari kebudayaan asli kita dipenggaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat asing.

  • Banyak habih, saketek sadang.

(Banyak habis, sedikit cukup)

Pepatah-petitih ini mengatakan bahwa sifat yang selalu boros kalau mempunyai sesuatu berlebih, tetapi cukup kalau sedikit.

  • Apa kaji dek baulang.

(Hafal kaji karena di ulang)

Petatah-petitih ini mengatakan ilmu pengetahuan kalau tidak diulang ulang maka kita akan lupa.

  • Bak awak balaki samo tukang ameh, kek mananti laki pai maling.

(Seperti bersuami dengan penjual emas, menunggu suami pergi maling)

Petatah-petitih ini ditujukan bagi seorang istri yang bersuami yang berjualan emas, karena perhitungan dan menunggu sesuatu yang sulit untuk dicapai.

Turuik panggaja urang tuo, supayo badan nak salamaik.

(Turut kata orang tua, biar badan kita selamat)

Petatah-petitih ini sebagai pameo, anak harus menghormati nasehat Ibu dan Bapak yang lebih tua.

Itu lah petatah-petitih di Minangkabau. Semoga bermanfaat ya detikers.

Artikel ini ditulis oleh Gilby Zahrandy, salah satu peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads