Merdang Merdem atau yang dikenal sebagai Kerja Tahun adalah perayaan yang diadakan oleh suku Karo yang mendiami Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Perayaan ini merupakan tradisi turun temurun yang biasanya dilaksanakan setelah musim tanam padi selesai.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk memelihara ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan masyarakat serta membangun komunikasi antar anggota keluarga yang sudah lama tidak bertemu. Kegiatan ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas selesainya musim tanam padi, sambil berdoa agar tanaman padi diberkati dan terhindar dari hama, serta menghasilkan panen yang melimpah.
Tahap-tahap Tradisi Merdang Merdem
Dilansir dari penelitian yang berjudul Tradisi Kerja Tahun: Nilai-nilai Pendidikan dalam Tradisi Kerja Tahun Budaya Karo Era Covid-19 di Desa Jeraya, Tradisi Merdang Merdem atau Kerja Tahun memiliki beberapa tahapan dengan setiap hari memiliki makna dan kegiatan yang berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Hari Pertama atau Cikor-ko
Pada hari pertama dimulai dengan perayaan yang disebut Cikor-ko. Pada hari ini seluruh masyarakat mencari mencari kor-kor, sejenis serangga yang biasanya berada di dalam tanah.
2. Hari Kedua atau Cikurung
Pada hari kedua atau Cikurung dilakukan kegiatan mencari kurung di ladang atau sawah untuk dijadikan lauk pada hari tersebut.
3. Hari Ketiga atau Ndurung
Hari ketiga atau Ndurung ini dilakukan kegiatan dimana masyarakat ditekankan untuk mencari nurung (ikan) yang ada di desa tersebut seperti ikan mas, mujahir, lele dan kaperas.
4. Hari Keempat atau Mantem
Pada hari keempat masyarakat memotong hewan ternak berkaki empat seperti lembu, kerbau dan bau untuk di jadikan lauk, kegiatan ini yang lebih berperan penting ialah laki-laki.
5. Hari Kelima atau Matana
Hari kelima dianggap sebagai hari puncak perayaan Merdang Merdem atau Kerja Tahun. Pada hari ini, semua tamu datang dan pesta makan. Puncaknya dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron sebuah tari tradisional Karo yang melibatkan muda-mudi dan artis Karo.
6. Hari Keenam atau Nimpa
Kegiatan yang dilakukan pada hari keeenam ini adalah kegiatan membuat Cimpa, makanan khas Karo yang terbuat dari beras ketan. Cimpa ini nantinya akan menjadi oleh-oleh para tamu.
7. Hari Ketujuh atau Rebu
Seluruh masyarakat pada hari ketujuh ini melakukan istirahat, tidak ada saling bertegur sapa karena mereka menenangkan diri di rumah.
Namun, saat ini masyarakat lebih cenderung menyelenggarakan kegiatan Mantem dan Matana saja karena dianggap sebagai momen yang paling dinanti-nanti. Kegiatan tersebut umumnya melibatkan pemotongan kerbau, lembu, dan babi. Masyarakat menantikan kehadiran tamu-tamu dan menyiapkan hidangan khas yang merupakan bagian dari Tradisi Kerja Tahun.
Selain itu, mereka juga berharap adanya berbagai kegiatan yang dapat menyemarakkan acara, seperti kedatangan seniman-seniman Karo, tarian dari para pemuda-pemudi, serta berbagai hiburan dari seluruh anggota masyarakat.
Kesenian dalam Merdang Merdem
Penyelenggaraan acara kerja tahun mencakup berbagai pertunjukan seni dan budaya yang ditampilkan oleh generasi muda di desa tersebut. Dalam rangkaian acara kerja tahun atau merdang merdem, juga terdapat pertunjukan perkolong-kolong, sebuah istilah yang merujuk pada seorang seniman yang mahir dalam bernyanyi atau rende, menari atau landek (seni tari tradisional Karo).
Selain kemampuan rende dan landek, para perkolong-kolong umumnya harus memiliki keahlian berbicara di depan umum, seperti menjadi pembawa acara, untuk menghidupkan suasana upacara. Biasanya, perkolong-kolong juga diundang sebagai tamu spesial dalam acara kerja tahun.
Tarian yang dipertunjukkan oleh para pemuda dan pemudi umumnya adalah tarian tradisional yang mengandung makna syukur, cinta, persaudaraan, dan kekeluargaan. Lagu dan tarian yang dibawakan merupakan ekspresi kegembiraan dari masyarakat desa tersebut. Selain tarian dan nyanyian, mereka juga menampilkan pertunjukan menggunakan instrumen musik tradisional.
Itulah tradisi Merdang Merdem atau Kerja Tahun dari suku Karo. Semoga, keseluruhan esensi dan keindahan dari tradisi Merdang Merdem tetap terjaga ya, detikers!
Artikel ini ditulis oleh Winda Yanti Samosir, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(astj/astj)