15 Kata Ini Berbeda Arti di Medan dan Pulau Jawa, Jangan Asal Sebut Bujang!

15 Kata Ini Berbeda Arti di Medan dan Pulau Jawa, Jangan Asal Sebut Bujang!

Fria Sumitro - detikSumut
Senin, 09 Okt 2023 13:15 WIB
Istana Maimun
Istana Maimun (Foto: Ica Sentya dEwi/d'Traveler)
Medan -

"Pinjam dulu keretamu. Aku mau ke pajak bentar." detikers yang berasal dari Medan dan sekitarnya mungkin masih paham dengan kalimat tersebut. Namun, bagaimana denganmu yang berasal dari Pulau Jawa? Ngerti kalimat itu, nggak?

Meskipun masih sama-sama Indonesia, sejumlah kata mengalami perluasan atau perubahan makna di daerah-daerah tertentu Nusantara. Hal ini juga berlaku di Medan, Sumatera Utara.

Nah, kali ini, detikSumut bakal mengajakmu untuk melihat beberapa kata-kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti berbeda di Medan dan Pulau Jawa. Ada apa saja, ya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata-Kata Bahasa Indonesia yang Berbeda Arti di Medan dan Pulau Jawa

Berikut kumpulan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang ternyata berbeda makna di Medan dan Pulau Jawa. Ada kata "bujang" hingga "lontong". Langsung scroll ke bawah, ya!

1. Bujang

Bagi kamu yang berasal dari Pulau Jawa dan sedang bermain-main ke Medan, jangan sembarangan mengucapkan kata "bujang", ya! Sebab, kata tersebut bermakna negatif.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan KBBI yang dikeluarkan Kemendikbud, kata bujang merupakan sebuah nomina dari bahasa Batak yang artinya 'kemaluan'. Lebih tepatnya, bujang berarti 'alat kelamin perempuan'.

Makna tersebut bertolak belakang di Pulau Jawa, di mana bujang lebih diartikan sebagai 'laki-laki yang belum menikah alias lajang'.

Karena termasuk kata-kata kotor, orang Medan dan sekitarnya mengucapkan kata bujang sebagai sebuah umpatan. Kata ini kerap disandingkan dengan inam sehingga frasa sepenuhnya berupa bujang inam.

  • Contoh: "Memang nggak ada otaknya kau ini, bujanginam!"
  • Artinya: "Memang keterlaluan kamu ini!"

2. Pasar

Semua orang pastinya tahu pasar. Yup, pasar merupakan salah satu tempat orang-orang melakukan transaksi jual-beli barang secara konvensional. Namun, kata tersebut mengalami pergeseran makna di Medan.

Alih-alih merujuk pada 'tempat orang berjual beli', kata pasar di Medan berarti 'jalan raya'. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:

  • Contoh: "Kan, udah Mamak bilang jangan main di pasar! Terlanggar kereta kau nanti!"
  • Artinya: "Ibu, kan, sudah bilang supaya jangan bermain di jalan raya. (Bisa-bisa) tertabrak motor kamu nanti."

3. Pajak

Kalau pasar artinya 'jalan raya', lantas orang Medan menyebut pasar yang sesungguhnya dengan kata apa? Jawabannya adalah pajak.

Terdengar membingungkan, tetapi begitulah adanya. Jika melihat KBBI, pajak artinya adalah 'pungutan wajib' yang dibayarkan kepada pemerintah.

Sementara itu, di Medan, pajak berarti 'pasar' alias tempat orang berjual-beli. Lebih tepatnya, pajak merujuk pada pasar tradisional. Adapun untuk pasar yang lebih modern, orang Medan tetap menyebutnya sebagai mal atau swalayan.

  • Contoh: "Antarkan dulu Mamak ke pajak. Mau belik cabe aku."
  • Artinya: "Antarkan sebentar Ibu ke pasar. Ibu mau beli cabai."

4. Kereta

detikers kalau bepergian biasanya mengendarai apa? Mungkin motor atau mobil. Nah, berbeda dengan orang Medan yang lebih sering naik kereta.

Eits, kereta di sini bukan berarti lokomotif alias kereta api, ya, melainkan sepeda motor. Yup, di Medan, sepeda motor disebut sebagai 'kereta'. Terus, bagaimana kalau ingin mengatakan pergi naik kereta api?

Orang di Pulau Jawa mungkin langsung paham apabila lawan bicaranya sekadar mengatakan 'kereta'. Itu artinya, orang tersebut sedang merujuk pada kereta api.

Nah, supaya tidak rancu, orang Medan dan sekitarnya lebih sering mengucapkan kereta api secara utuh untuk membedakannya dari "kereta", yang berarti sepeda motor.

  • Contoh: "Pinjam dulu keretamu. Aku mau ke pajak bentar."
  • Artinya: "(Aku) pinjam motormu. Aku mau ke pasar sebentar."

5. Galon

SPBU menjadi tempat orang-orang untuk mengisi kembali bensin dari kendaraan bermotor mereka. Namun, orang Medan punya sebutan lain untuk SPBU, yaitu "galon".

  • Contoh: "Habis dari sana, singgahkan bentar ke galon, ya!"
  • Artinya: "Setelah dari sana, singgah sebentar ke SPBU, ya!"

6. Minyak

Kata dalam bahasa Indonesia lain yang mengalami pergeseran makna di Medan adalah "minyak". Menurutmu, apa arti sesungguhnya dari minyak di Medan?

detikers mungkin langsung kepikiran dengan minyak goreng, minyak kusuk, atau jenis minyak lainnya. Namun, di Medan, kata minyak secara spesifik berarti 'bensin' untuk kendaraan.

Jadi, apabila temanmu dari Medan pernah mengatakan "Mau isi minyak", itu artinya dia hendak mengisi bensin untuk kendaraannya.

  • Contoh: "Bentar. Aku mau ke galon dulu. Mau ngisi minyak."
  • Artinya: "Sebentar. Aku mau pergi ke SPBU dulu. Mau isi bensin."

7. Kali

Di Pulau Jawa, kata kali cenderung merujuk pada sungai. Akan tetapi, orang Medan mengucapkannya untuk membuat sebuah kalimat menjadi superlatif.

Singkatnya, penggunaan kata kali di Medan sama dengan banget di Pulau Jawa. Jadi, kalau kamu bermain-main ke Medan, mending ucapkan "kali" ketimbang "banget", ya!

  • Contoh: "Sumpah, ganteng kali Abang itu, bah!"
  • Artinya: "Seriusan, Abang itu ganteng banget!"

8. Aci

Jajanan seperti cimol atau cilok terbuat dari tepung aci. Nah, di Medan, kata aci punya makna tersendiri, dan tidak berkaitan dengan tepung. Adapun aci artinya kurang lebih sama dengan 'boleh'.

  • Contoh: "Mana aci kek gitu."
  • Artinya: "Mana boleh kayak (seperti) itu."

9. Palak

Kata palak kerap disandingkan dengan aksi preman yang memeras masyarakat. Akan tetapi, di Medan, kata tersebut memiliki makna yang sama dengan kesal dan sebal.

  • Contoh: "Ish, palak kali aku nengok kau. Udah kukasih tahu berkali-kali, masih aja nggak ngerti."
  • Artinya: "Ih, sebal banget sama kamu. Aku kan udah ngasih tahu berkali-kali, masa tetap belum ngerti."

10. Loak

Dalam KBBI, kata loak diartikan sebagai 'barang bekas' atau bisa juga 'keranjang tempat sampah'. Di Medan, kata ini termasuk umpatan, lo!

Kata loak juga termasuk salah satu kosa kata bahasa Batak. Kata ini diucapkan untuk menggambarkan seseorang yang bodoh.

  • Contoh: "Loak kali kutengok kau."
  • Artinya: "Bodoh banget kamu."

11. Lontong

Di samping "bujang" dan "loak", kata lontong juga termasuk ke dalam bahasa kasar Medan, detikers. Lah, padahal lontong, kan, makanan yang mirip ketupat itu?

Di samping merujuk sebagai makanan, lontong dipakai orang Medan ketika sedang emosi alias marah. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

  • Contoh: "Lontong, lah, weh!"
  • Artinya: "Sialan!"

12. Cair

Apakah ada temanmu yang barusan gajian atau menerima uang? Nah, kamu bisa mengatakan "Cair" kepadanya.

Di Medan sendiri, cair punya makna lain di samping merujuk kepada benda berwujud seperti air, yaitu menggambarkan seseorang yang baru mendapatkan uang.

  • Contoh: "Cair, bah. Kemek-kemek, lah, dulu kita."
  • Artinya: "Baru gajian, nih, ya. Makan-makan, dong."

13. Gol

Pencinta sepakbola pastinya tahu apa itu "gol". Yup, gol berarti memasukkan bola ke dalam gawang.

Namun, di Medan, kata "gol" tak hanya berkaitan dengan olahraga, tetapi juga bisa diartikan 'masuk penjara' atau 'ditangkap polisi'.

  • Contoh: "Mau maling kau, ya?! Kulaporin, gol kau nanti!"
  • Artinya: "Kamu maling, ya? Nanti saya laporkan, bisa ditangkap polisi kamu."

14. BPK

Kalau jalan-jalan ke wilayah Medan dan sekitarnya, mungkin kamu bakal melihat tulisan "BPK". Nah, BPK di sini bukan merujuk pada "Badan Pemeriksa Keuangan", ya.

Adapun kepanjangan dari BPK adalah "Babi Panggang Karo". Itu merupakan salah satu kuliner khas Batak berbahan dasar daging babi. Kamu sudah pernah coba belum?

  • Contoh: "Di sini jual BPK."
  • Artinya: "Di sini jual Babi Panggang Karo."

15. Langgar

Langgar biasa diartikan sebagai 'melakukan sesuatu yang dilarang'. Akan tetapi, makna dari kata tersebut berubah makna di Medan, detikers.

Di Medan, kata "langgar" berarti 'kecelakaan lalu lintas'. Umumnya, orang Medan menyebut 'berlanggar'.

  • Contoh: "Rusak keretaku ini karena belanggar di simpang jalan sana."
  • Artinya: "Sepeda motorku rusak karena kecelakaan di simpang jalan."

Ternyata, kata-kata, seperti "bujang", "pajak", dan "kereta", memiliki makna yang berbeda di Medan dan Pulau Jawa. Kira-kira, ada kata-kata lain yang terlewat dari daftar di atas? Coba kasih tahu di kolom komentar, ya, detikers!




(mff/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads