Cerita rakyat merupakan sebagian kekayaan budaya yang memiliki hubungan dengan peristiwa sejarah. Di daerah Sumatera Utara, ada sebuah cerita rakyat yang mungkin masih jarang didengar atau diketahui oleh masyarakat.
Melansir buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara oleh Sumbi Sumbangsari, kali ini detikSumut hadirkan Cerita Rakyat Dayang Bandir dan Sandean Raja beserta pesan moralnya. Simak artikel ini sampai akhir, ya, detikers!
Cerita Rakyat Dayang Bandir dan Sandean Raja
Pada zaman dahulu, di wilayah Sumatera Utara terdapat dua buah kerajaan yakni Kerajaan Timur dan Kerajaan Barat. Berdasarkan kisahnya, raja dari Kerajaan Timur menikah dengan adik perempuan dari raja Kerajaan Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa tahun kemudian, lahirlah seorang putri cantik yang sangat mereka sayangi bernama Dayang Bandir. Setelah tujuh tahun berlalu, suami istri itu dikaruniai lagi seorang putra yang dinamakan Sandean Raja.
Sayangnya kebahagiaan mereka tak berlangsung lama karena raja dari Kerajaan Timur meninggal dunia saat Dayang Bandir dan Sandean Raja masih kecil. Hal itu membuat terjadinya kekosongan pemerintahan di Kerjaan Timur.
Sandean Raja yang usianya masih kecil tidak mungkin menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Oleh sebab itu, diadakan sidang kerajaan untuk menentukan pemegang takhta sementara waktu sampai Sandean Raja dewasa.
Dalam sidang itu, diputuskan bahwa Paman Karaeng akan mengendalikan pemerintahan sementara waktu. Dayang Bandir yang mengetahui niat jahat sang paman ingin menduduki takhta pun menyembunyikan benda-benda pusaka kerajaan.
"Hei anak kecil, beritahu dimana benda pusaka kerajaan disembunyikan atau kau kubunuh," kesal Paman Karaeng mengancam Dayang Bandir. "Tidak! Adik Sandean Raja yang berhak atas benda-benda itu, bukan kamu," tegas Dayang Bandir.
Kekesalan Paman Karaeng yang memuncak menyebabkan Dayang Bandir dan Sandean Raja dibuang ke hutan. Dayang Bandir diikat di atas sebuah pohon tinggi, sedangkan Sandean Raja yang masih kecil tidak mampu menjangkaunya.
Sandean Raja sudah berkali-kali mencoba menyelamatkan Dayang Bandir dengan memanjat pohon tetapi terus jatuh ke tanah. Tubuhnya penuh luka gores dan tak mampu berbuat apa-apa lagi selain menangis.
"Adikku, maafkan kakak tidak bisa menjagamu lagi. Jika kau lapar, makan buah-buahan yang ada di hutan ini atau makan pucuk-pucuk daun di sekelilingmu," kata Dayang Bandir kepada adiknya.
Dayang Bandir semakin lemas karena sudah berhari-hari tergantung tanpa makan sampai akhirnya dia menghembuskan napas terakhir. Melihat kondisi kakaknya, Sandean Raja berteriak tidak terima, "Paman kejam..."
Hidup bertahun-bertahun seorang diri di dalam hutan dengan ditemani arwah sang kakak, Sandean Raja tumbuh menjadi pemuda gagah yang tampan. Suatu malam, dia mendapat petunjuk dari Dayang Bandir untuk menemui Raja Soma di Kerajaan Barat.
Raja Soma yang baik hati adalah adik kandung ibu Dayang Bandir dan Sandean Raja. Demi melaksanakan pesan Dayang Bandir, Sandean Raja keluar dari hutan kemudian menempuh perjalanan selama berhari-hari hingga tiba di Kerajaan Barat.
"Maaf Baginda, hamba adalah Sandean Raja, Putra Mahkota Kerajaan Timur," ucap Sandean Raja kepada Raja Soma. Raja Soma pun terkejut karena kabar terakhir yang dia dapatkan adalah kedua keponakannya sudah lama meninggal dunia.
"Baginda, hamba benar-benar Sandean Raja. Kakak hamba, Dayang Bandir, yang telah meninggal karena semua perbuatan Paman Karaeng yang jahat. Apa yang harus hamba lakukan untuk membuktikan perkataan hamba?" tanya Sandean Raja.
"Baiklah. Jika kau benar-benar keponakanku, coba pindahkan sebatang pohon ke istanaku," perintah Raja Soma. Sandean Raja langsung melaksanakan syarat itu dan berhasil. Raja Soma tidak percaya begitu saja lalu mengajukan dua syarat lainnya.
Syarat kedua yaitu menebas sebidang hutan untuk dijadikan perladangan yang diselesaikan Sandean Raja dalam waktu singkat. Sementara itu, syarat ketiga adalah membuat Rumah Bolon (istana besar) yang berhasil didirikannya dalam tiga hari.
Untuk lebih meyakinkan dirinya, Raja Soma meminta Sandean Raja menunjuk seorang putri raja di antara puluhan gadis dalam ruangan gelap. Meski khawatir gagal, Sandean Raja tetap memasuki ruangan dan mulai memilih gadis mana yang merupakan putri raja.
"Tenang saja, Dik. Aku akan membantumu," bisik arwah Dayang Bandir tiba-tiba saja terdengar. Tak lama, Sandean Raja memegang kepala seorang gadis yang sedang bersimpuh. Ternyata yang dipilihnya memang benar putri raja.
Raja Soma akhirnya mengakui Sandean Raja sebagai keponakannya dan dinikahkan dengan putrinya. Setelah setahun berlalu, Sandean Raja menyerang Kerajaan Timur bersama bala tentara Kerajaan Barat.
Paman Karaeng yang memiliki sifat serakah dan kejam tewas di tangan Sandean Raja. Kekuasaan Kerajaan Timur kembali dikuasai Sandean Raja dan dia dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Timur. Sandean Raja pun hidup bahagia bersama istri dan rakyatnya.
Pesan Moral Cerita Rakyat Dayang Bandir dan Sandean Raja
Terdapat beberapa pesan moral yang dapat diambil dari Cerita Rakyat Dayang Bandir dan Sandean Raja. Pesan moral tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari supaya menjadi pribadi yang lebih baik.
¡ Selalu Berusaha Keras
Usaha yang keras akan mendapatkan hasil memuaskan karena keberhasilan membutuhkan pengorbanan. Sandean Raja berjuang hidup di tengah hutan dan berhasil menyelesaikan tantangan empat syarat dari Raja Soma.
¡ Tidak Berbuat Jahat
Kejahatan akan mendapat balasan yang sesuai suatu saat nanti. Paman Karaeng pada akhirnya tewas di tangan Sandean Raja usai membuang Dayang Bandir dan Sandean Raja ke hutan lalu berbohong tentang kematian mereka.
¡ Menanam Kebaikan dalam Diri
Tanamkan kebaikan dalam diri sebab kebaikan akan selalu membawa kebahagiaan. Sandean Raja tumbuh menjadi pemuda yang penolong, pekerja keras dan rendah hati sehingga Raja Soma bersedia memberikannya kesempatan.
Nah, itulah Cerita Rakyat Dayang Bandir dan Sandean Raja beserta pesan moralnya. Semoga bermanfaat, ya, detikers!
(afb/afb)