Sejarah Candi Bahal, Jejak Sriwijaya di Sumut Lokasi Peringatan Waisak 2023

Fria Sumitro - detikSumut
Minggu, 04 Jun 2023 16:00 WIB
Sejarah Candi Bahal (Foto: Wikimedia Commons/Mirza Baihaqie)
Paluta -

Pernahkah detikers mendengar Candi Bahal? Candi Bahal merupakan sebuah candi Buddha yang berlokasi di Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), Sumatera Utara.

Candi ini memiliki sejarah panjang dan merupakan salah satu peninggalan arkeologi penting. Sebab, Candi Bahal menjadi bukti pernah hadirnya ajaran agama Buddha di wilayah Paluta pada masa lalu.

Di samping menjadi sebuah situs bersejarah, candi satu ini juga digunakan sebagai tempat peringatan Hari Raya Waisak 2023. Namun, bagaimana bisa Candi Bahal berdiri di Padang Lawas Utara? Berikut detikSumut hadirkan sejarahnya untukmu!

Biaro Bahal dan Padang Lawas Utara

Tak bisa dimungkiri, jejak-jejak bersejarah masyarakat kuno lebih banyak ditemukan di Pulau Jawa. Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, merupakan salah satu peninggalan Buddha paling terkenal baik bagi masyarakat Indonesia maupun mancanegara.

Namun, masih ada banyak candi bercorak Buddha selain dari Pulau Jawa. Contohnya saja yang ada di Sumatera Utara.

Orang-orang mungkin tak terlalu melihat Sumut sebagai tempat peninggalan agama Buddha. Namun faktanya, candi bisa ditemukan di sejumlah kawasan Sumatera Utara. Padang Lawas merupakan daerah Sumut yang paling banyak candinya, salah satunya Candi Bahal.

Dalam buku elektronik Candi Bahal oleh Akhmad Saddad, situs bersejarah tersebut bisa dijumpai di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, sekitar 400 km dari Medan.

Candi Bahal (Foto: Okta Marfianto/detikTravel)

Meski secara umum merupakan sebuah candi, Koestoro (2018) dalam Biara Bahal dan Biara Sipamutung, Peninggalan Kepurbakalaan Masa Klasik Indonesia di Kawasan Padanglawas, Sumatera Utara menyebutkan, masyarakat Padang Lawas lebih akrab menyebut situs kepurbakalaan sebagai "biaro", ketimbang candi.

Istilah biaro sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, vihara yang berarti 'serambi tempat para pendeta berkumpul atau berjalan-jalan'. Kata vihara kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi biara atau wihara yang bermakna 'tempat para biksu'.

Itulah mengapa peninggalan purba kala ini juga kerap dikenal dengan sebutan "Biaro/Biara Bahal". Pada waktu yang bersamaan, julukan biaro yang diberikan masyarakat setempat menjadi bukti kuat adanya pengaruh agama Buddha dari masa lampau.

Kenapa Disebut "Candi Bahal"?

Berdasarkan buku elektronik Candi Bahal oleh Akhmad Saddad, penamaan peninggalan Buddha kuno ini didasarkan pada lokasi ia dibangun. Dalam hal ini, bangunan tersebut diberi nama "Candi Bahal" karena berada di Desa Bahal.

Selain itu, biaro ini memiliki julukan lain, yakni Candi/Biaro Portibi. Nama tersebut juga diambil dari tempat candi ini berada, yakni Kecamatan Portibi.

Sebagai informasi, apabila diterjemahkan, portibi dalam bahasa Batak memiliki arti 'dunia' atau 'bumi'. Kata tersebut merupakan serapa dari bahasa Sanskerta pertiwi yang berarti 'Dewi Bumi'.

Candi Bahal adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-11. Simak informasinya di halaman selanjutnya...




(mff/dpw)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork