Jejak Sahilin, Maestro Seni Asal Sumsel yang Berpulang Hari Ini

Sumatera Selatan

Jejak Sahilin, Maestro Seni Asal Sumsel yang Berpulang Hari Ini

Prima Syahbana - detikSumut
Sabtu, 25 Feb 2023 14:49 WIB
Sahilin Seniman Batanghari Sembilan pelantun lagu Bujang Buntu meninggal dunia.
Sahilin Seniman Batanghari Sembilan pelantun lagu Bujang Buntu meninggal dunia. (Foto: Istimewa)
Palembang -

Sepak terjang Sahilin, seniman Batanghari Sembilan di Palembang, Sumatera Selatan yang wafat hari ini, sudah tak diragukan lagi. Dia sudah berkiprah di dunia seni musik sejak 1973 silam hingga mendapat gelar Maestro Seni.

Dari informasi yang dihimpun detikSumut, karir Sahilin kala itu di tahun 1973 melejit bermula dari seorang temannnya, H Arif, yang mengajak ia rekaman di salah satu stasiun radio. Kemudian, dari situlah masyarakat pun akhirnya dapat menikmati lantunan petikan gitar yang berciri khas dari jari jemari Sahilin. Sahilin sendiri memulai karir dengan karyanya yang bertajuk Batanghari Sembilan.

Selain secara on air via radio, kala itu Sahilin juga eksis tampil secara off air. Dan lagi-lagi dia memiliki ciri khas tersendiri dalam berpenampilan yakni menggunakan baju batik dan kacamata hitam. Dengan petikan gitar khas dan penampilan yang berciri khas itu sehingga Sahilin semakin mudah dikenal masyarakat di Bumi Sriwijaya, khususnya di Kota Pempek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sehingga dengan penampilan unik tersebut pria kelahiran tahun 1954 itu, semakin mudah dikenali oleh masyarakat luas terutama di Palembang, Sumsel.

Rupanya, bakatnya itu diketahui merupakan warisan yang diturunkan ayahnya, Mat Soleh. Dimana sebelum Sahilin mengerti memainkan gitar, ayahnya yang lebih dulu kerap atau memiliki hobi melantunkan petikan gitar sembari beristirahat saat sedang berkebun.

ADVERTISEMENT

Pria yang lahir di Dusun Benawe, Kecamatan Tanjung Lubuk, Ogan Komering Ilir (OKI) yang berdomisili di kawasan 35 Ilir, Ilir Barat II, Palembang itu juga dikenal profesional dan selalu tepat janji jika mendapatkan undangan manggung. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, sejak 2019 Sahilin sudah mulai redup karena sepi job

Bahkan, karena ia yang tetap konsisten dengan profesinya yang mengangkat lantunan musik daerah, pada 2007 silam Sahilin juga mendapatkan gelar sebagai Maestro Seni untuk Pelantun Gitar Batanghari Sembilan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Meski dengan keterbatasannya yang tak bisa melihat (buta) lantaran mengidap penyakit cacar yang cukup parah di masa kecilnya. Sahilin tetap percaya diri, sehingga pada 1977 ia pun menemukan wanita bernama Aswawati yang mencintainya dan menerimanya dengan kekurangannya itu.

Dari pernikahan tersebut, pasangan Sahilin dan Asmawati dikaruniai enam orang anak, tapi sayang tiga diantaranya meninggal. Sedihnya lagi, di tahun 2012 sang istri tercinta juga wafat pergi meninggalkannya.

Anak kandung Sahilin, Saidina mengaku tak menyangka ayah pergi. Hal itu karena ia menilai ayahnya tak mengidap sakit apapun sebelum meninggal dunia dini hari tadi sekitar pukul 04.00 WIB.

"Bapak tutup usia sekira menjelang subuh sekira pukul 04.00 WIB. Tak ada riwayat sakit," kata Saidina anak sulung almarhum kepada wartawan.

Menurutnya, sebelumnya ayahnya meninggal tidak menderita sakit yang parah, hanya sakit biasa bahkan bahkan pada pertengahan Februari ayahnya sempat pentas di luar daerah. Hari ini, katanya, rencananya ayahnya itu mau tampil mengisi suatu acara di luar daerah tepatnya di Desa Sungai Batang.

Dia mengaku, satu bulan terakhir Almarhum memang selalu teringat dan bercerita tentang almarhumah istri tercinta, seperti rindu dengan sang istri.

"Almarhum rencananya akan dikebumikan sekitar pukul 14.00 WiB, di TPU Kandang Kawat, Bukit Lama Palembang," jelasnya.

Diketahui, Sahilin sendiri dikenal masyarakat Sumsel khususnya warga Palembang, merupakan seorang seniman Batanghari Sembilan yang terkenal dengan lagunya yang berjudul Bujang Buntu. Sekda Pemkot Palembang, Ratu Dewa juga telah mendatangi rumah duka di Jalan Pangeran Sido Ing Lautan, Lorong Kedukan Bukit II, Palembang untuk berbela sungkawa.




(dpw/dpw)


Hide Ads