Mengenal Siladang, Penduduk Ibu Kota Madina yang Punya Bahasa Sendiri

Mengenal Siladang, Penduduk Ibu Kota Madina yang Punya Bahasa Sendiri

Nizar Aldi - detikSumut
Sabtu, 04 Feb 2023 19:00 WIB
ilustrasi mulut
Foto: ilustrasi/thinkstock
Medan -

Masyarakat Siladang merupakan kelompok penduduk yang berada di Panyabungan, Ibu Kota Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Uniknya, masyarakat Siladang memiliki bahasa sendiri yang berbeda dari bahasa etnis Mandailing.

Masyarakat Siladang mendiami wilayah yang saat ini bernama Desa Aek Banir dan Sipapaga. Keduanya desa ini hanya berjarak belasan kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Madina. Belasan tahun yang lalu, masyarakat Siladang merupakan kelompok masyarakat yang tertinggal.

Masyarakat Siladang memiliki bahasa sendiri dalam berinteraksi sehari-hari. Mereka memiliki bahasa yang berbeda dari etnis Mandailing yang menghegemoni wilayah sekitar desa tersebut. Lantas bagaimana kisah masyarakat Siladang tersebut?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan jurnal berjudul Prosodi Bahasa Siladang Sumatera Utara di website resmi Universitas Negeri Malang yang dikutip detikSumut, Sabtu (4/2/2023), menjelaskan bahwa masyarakat Siladang ini mendiami lembah perbukitan Tor Sihite, di bagian Utara daerah Panyabungan. Masyarakat mereka disebut sebagai bahasa Siladang.

Dalam literatur Belanda Adatrechtbundels Serie A No. 25 (Maret 1916-1 Mei 1919), masyarakat Siladang dibagi dua suku. Yakni orang Lubu dan orang Ulu, dalam laporan tersebut keduanya masih menganut sisa-sisa agama animisme Hindu.

ADVERTISEMENT

Mereka berasal dari Minangkabau, yang melarikan diri ke Mandailing saat perang berkecamuk di daerah Minangkabau. Mereka bertahan hidup di tengah hutan sehingga terisolasi dan menjadi setengah liar.

Pada umumnya mereka memakai pakaian untuk menutupi tubuh bagian bawah. Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu dengan beberapa hiasan.

Pekerjaan orang Ulu adalah berladang dan berburu serta mengumpulkan hasil hutan, yang ditukarkan dengan penduduk Lubu. Senjata mereka ialah sumpitan dengan panah-panah beracun, orang Ulu mempunyai rumah dan pakaian lebih baik dari orang Lubu.

Berdasarkan statistik kependudukan tahun 1975, jumlah masyarakat Siladang yang nempatin Desa Aek Banir dan Sipapaga sekitar 1.113 jiwa. Pada tahun 1978, masyarakat Siladang masih sangat tertutup, akses menuju pemukiman mereka sangat sukar sehingga jarang orang saat itu mengetahui keberadaan masyarakat Siladang.

Pada tahun 2009, jumlah penduduk Siladang sudah mencapai 2 ribu jiwa. Bahasa Siladang masih berfungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari, sebagai pendukung kebudayaan, dan lambang identitas masyarakat Siladang.

Saat ini, masyarakat Siladang sudah mulai membuka diri dengan dunia luar. Masyarakat Siladang juga sudah mulai mengenal pendidikan formal hingga perkembangan teknologi lainnya.

Hal itu karena pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang digiatkan oleh Pemerintah Kabupaten Madina. Sehingga berdampak terhadap penguasaan bahasa selain Mandailing maupun bahasa Indonesia oleh masyarakat Siladang.

Kedua desa ini terkenal sebagai penghasil gula aren, minuman nyira, sapu lidi, sapu ijuk. Selain itu, terdapat juga beberapa bahan anyaman yang biasa masyarakat Siladang jual ke daerah Panyabungan.

Karena memiliki bahasa yang berbeda dari bahasa Mandailing maupun bahasa Minangkabau, Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara sampai mengeluarkan kamus Siladang-Indonesia. Kamus ini diterbitkan pada tahun 2021 yang lalu.

Berikut Lima Kata yang Berbeda Antara Siladang dan Mandailing:

1. Rambut

Siladang: Abok
Mandailing: Obuk

2. Berlari

Siladang: Babalinda
Mandailing: Marlojong

3. Bawa

Siladang: Beve/bovo
Mandailing: Oban

4. Lusa

Siladang: Diamesok
Mandailing: incogotnai

5. Berdarah

Siladang: Badodoh
Mandailing: Mardaro




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads