12 Bukti Stasiun Kereta Api Binjai Peninggalan Zaman Kolonial Belanda

12 Bukti Stasiun Kereta Api Binjai Peninggalan Zaman Kolonial Belanda

Raja Malo Sinaga - detikSumut
Rabu, 11 Jan 2023 07:02 WIB
Stasiun Kereta Api Binjai
Foto: Stasiun Kereta Api Binjai (Dok: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut)
Medan -

Stasiun Kereta Api Binjai yang terletak di Jl. Ikan Paus, Tanah Tinggi, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai nyatanya bukan sekadar stasiun kereta api biasanya. Stasiun satu ini merupakan bangunan bersejarah dari peninggalan zaman kolonial Belanda.

Dulunya, Stasiun Kereta Api Binjai bernama Stasiun Timbang Langkat. Stasiun yang dibangun di atas ketinggian +29,52 m ini merupakan stasiun kereta api kelas dua yang masuk administrasi pada Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh.

Melansir dari laman resmi Cagar Budaya Provinsi Sumatera Utara, detikSumut menemukan fakta bahwa Stasiun Binjai kini hanya memiliki tiga jalur tersisa dari enam jalur kereta api. Kini, Stasiun Binjai tidak lagi melayani perjalanan KA menuju Besitang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Stasiun Binjai tidak lagi melayani angkutan barang. Tercatat bahwa Stasiun Binjai tempo dulu terdapat empat stasiun antara Medan-Binjai, yakni Sikambing, Sunggal, Sunggal, Sungai Semayang, dan Diski.

Bergaya Bangunan Kolonial

ADVERTISEMENT

Merangkum berbagai sumber, Stasiun Kereta Api Binjai memiliki ciri khas gaya bangunan kolonial semenjak masa pembangunannya dulu.

Handinoto (1996) mengemukakan pembagian atas 4 periode perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia, antara lain: abad 16 sampai tahun 1800-an, Indonesia masih disebut sebagai Netherland Indische (Hindia Belanda), pada rentang waktu ini arsitektur tidak mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas dan tidak beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat

Kemudian berlanjut pada 1800-an (awal abad ke-19) sampai tahun 1902, gaya neoklasik yang melanda Eropa diadopsi ke Hindia Belanda dengan nama Indische Architectuur. Sedangkan tahun 1902 sampai tahun 1920-an, muncul standar arsitektur modern yang berorientasi ke Belanda.

Dan di tahun 1920-an sampai tahun 1940-an, pendekatan rancangan arsitektur Hindia Belanda memegang unsur-unsur arsitektur tropis, arsitektur tradisional Indonesia sehingga menjadi konsep yang eklektis.

Stasiun Kereta Api Binjai yang telah berdiri sejak tahun 1887 merupakan salah satu peninggalan arsitektur kolonial Belanda yang ternyata memiliki arsitektur bergaya Indis. Hal tersebut lantaran rentang waktu berdirinya Stasiun Kereta Api Binjai pada masa pemerintahan Hindia Belanda dapat digolongkan sebagai arsitektur Indis (Hartono, 2017).

Sidharta (1997) berpendapat bahwa arsitektur Indis sebenarnya berarti arsitektur yang dibangun selama waktu pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia antara abad 17 sampai tahun 1942 yang dipengaruhi oleh arsitektur Belanda.

Berbeda dengan gaya arsitektur yang lain, arsitektur Indis, menurut Soekiman (2000), merupakan akulturasi budaya antara Belanda (Eropa) dengan Jawa (lokal) yang terjadi dengan periodesasi yang panjang.

Baca selengkapnya di halaman berikut....

Namun dalam hal Stasiun Kereta Api Binjai, aritektur Indis dikategorikan atas dua kebudayaan berbeda yakni kolonial Belanda dan Melayu.

Lantas bagaimanakah Stasiun Kereta Api Binjai bisa dikatakan sebagai peninggalan Belanda bergaya arsitektur Indis?

Menurut penelitian Hartono (2017) yang berjudul Penelusuran Arsitektur Indis pada Stasiun Kereta Api Binjai terdapat 12 klasifikasi yang mencirikan Stasiun Kereta Api Binjai termasuk bergaya arsitektur Indis.

Berikut hasil penelusuran detikSumut atas pernyataan tersebut.

1. Didesain terhadap Iklim Tropis

Stasiun Kereta Api Binjai dikatakan sebagai arsitektur Indis dengan beberapa bagian bangunan yang menanggapi iklim tropis Indonesia. Iklim di Indonesia berubah sepanjang tahun ditandai dengan pergantian musim kemarau dan penghujan.

Stasiun Kereta Api Binjai menggunakan selasar yang menghindari tampias air hujan dan sinar matahari langsung. Selain itu, dari denah yang dibuat, Stasiun Kereta Api Binjai didesain menghadap utara-selatan dengan orientasi tepat terhadap sinar matahari tropis timur-barat.

2. Denah dan Tampak

Stasiun Kereta Api Binjai memiliki sumbu. Simetri merupakan salah satu konsep arsitektur kolonial yang cukup banyak diterapkan pada Indische Empire (Abad 18-19) dan arsitektur transisi pada tahun 1890-1915 (Hartono & Handinoto, 2006). Stasiun Kereta Api Binjai yang dibangun pada 1887 terlihat masih mengikuti konsep simetri.

3. Gable dan Tower

Apabila dilihat dari gable pada bagian pintu masuk terdapat ciri yang mencolok dengan struktur menyatu pada tower yang menghadap sisi utara dan selatan.

Pada bagian tower terdapat jendela yang berfungsi untuk memasukkan cahaya ke dalam ruang lobby yang ada di bawahnya. Gable juga terlihat digunakan pada bagian samping bangunan (sisi timur dan barat). Penggunaan gable terlihat digunakan pada arsitektur transisi (Hartono & Handinoto, 2006).

4. Balustrade

Meski hanya hanya terlihat pada selasar depan Stasiun Kereta Api Binjai, balustrade tersebut berfungsi sebagai pembatas agar tidak terjatuh ke bawah. Balustrade yang ada pada Stasiun Kereta Api Binjai ditopang besi-besi lurus yang ditancapkan pada lantai dengan motif setengah lingkaran maupun lingkaran penuh. Bagian pegangan balustrade terbuat dari bahan kayu yang telah diukir.

5. Pintu dan Jendela Double Swing

Secara keseluruhan, Stasiun Kereta Api Binjai menggunakan pintu dan jendela menggunakan double swing.

Baca selengkapnya di halaman berikut.....

6. Bovenlicht

Stasiun Kereta Api Binjai pada bagian atas pintu dan jendela terdapat bovenlicht. Ditemukan hampir secara keseluruhan bukaan menggunakan bovenlicht yang berfungsi sebagai aliran udara dan memasukkan cahaya ke dalam ruangan.

7. Molding, Hood Molding, Dado, dan Plinth

Stasiun Kereta Api Binjai banyak menggunakan ornamen arsitektur kolonial Belanda yang diadopsi dari perkembangan arsitektur di Eropa. Hal tersebut dapat dilihat dari dinding.

Hood molding yang ada tampak menonjol di atas pintu dan jendela. Ornamen tersebut mudah ditemukan pada keseluruhan pintu dan jendela Stasiun Kereta Api Binjai.

Khusus lobby, ditemukan dado yang ditunjukkan pada bagian bawah dinding (warna abu) yang diperlakukan berbeda dari bagian atasnya. Selain itu adanya plinth di sepanjang dinding peron Stasiun Kereta Api Binjai.

8. List-plank

List-plank, menurut Wahid & Alamsyah (2013), adalah bagian penting yang menyandang identitas bangunan Melayu.

Adapun fungsinya sebagai penutup atap di bagian ujung, pengarah angin, dan juga bagian penyangga atap. Penggunaan list-plank pada Stasiun Kereta Api Binjai hanya terlihat pada atap peron yang berornamen lebah gantung.

9. Lubang Angin

Secara umum, arsitektur kolonial lubang angin lebih dikenal dengan bovenlicht.
Pada bagian lubang angin dibuat motif berupa sulur-sulur tanaman yang juga merupakan ciri dari arsitektur Melayu.

10. Pintu dan Jendela Jalusi

Adapun bukti bahwa pintu dan jendela pada Stasiun Kereta Api Binjai menggunakan gaya Melayu karena pintu dan jendela keseluruhan dibuka mengarah ke sisi luar bangunan yang pada umumnya dipasang terbuka ke arah luar.

Menurut Wahid & Alamsyah (2013) bahwa jendela memanjang ke atas dengan tinggi mencapai 6 kaki dan lebar 1,5 kaki.

Baca selengkapnya di halaman berikut....

11. Tiang

Dalam arsitektur Melayu, tiang adalah elemen yang penting. Pada peron Stasiun Kereta Api Binjai banyak ditemukannya dijumpai tiang. Hal tersebut berfungsi untuk menopang atap di atasnya.
Tiang sebagai bagian yang terpenting dalam konstruksi terbuat dari kayu dengan kualitas yang baik. Bagian atas tiang terlihat menggunakan sistem gapit.

12. Ornamen

Menurut Wahid & Alamsyah (2013) motif tumbuhan berupa bentuk sulur, bentuk daun, bunga, dan grafis geometris sangat kental ditemukan pada arsitektur Melayu.

Hal tersebut dapat dilihat dari ornamen silang yang terbentuk dari bentuk grafis geometris. Ornamen ini dapat terlihat pada bagian atas tiang sepanjang peron dan pada jendela tower Stasiun Kereta Api Binjai.

Selain itu terdapat ornamen berupa motif sulur tanaman. Ornamen ini diapit di antara tiang selasar depan Stasiun Kereta Api Binjai. Bingkai luar ornamen ini membentuk setengah lingkaran dengan hiasan ukiran pada bagian ujungnya.

Itulah 12 bukti atas Stasiun Kereta Api Binjai yang merupakan peninggalan sejarah beragaya arsitektur Indis yang berhasil dirangkum detikSumut.

Halaman 2 dari 4


Simak Video "Video Eks Dirjen Prasetyo Divonis 7,5 Tahun Bui di Kasus Rel KA Sumut-Aceh"
[Gambas:Video 20detik]
(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads