Jejak Bung Karno di Jambi: Kumpul Hasil Patungan Rakyat untuk Beli Pesawat Dakota

Jambi

Jejak Bung Karno di Jambi: Kumpul Hasil Patungan Rakyat untuk Beli Pesawat Dakota

Ferdi Almunanda - detikSumut
Senin, 06 Jun 2022 11:29 WIB
Kedatangan Bung Karno di Jambi.
Kedatangan Bung Karno di Jambi. (Foto: Istimewa)
Jambi -

Presiden pertama RI Soekarno tercatat dua kali berkunjung ke Jambi. Tokoh bangsa kelahiran 6 Juni 1901 itu diketahui singgah ke Jambi pada tahun 1948 dan 1962 saat masa agresi militer Belanda.

"Kali pertama Presiden Soekarno ke Jambi pada 1948 setelah sebelumnya menyinggahi Bukittinggi dan Pekanbaru," kata pegiat Seloko Institute, Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Jambi, Jumardi kepada detikSumut, Senin (6/6/2022).

Jumardi bahkan pernah membuat tulisan terkait kedatangan Bung Karno ke Jambi. Dalam tulisan itu, Soekarno ke Jambi ketika masa perjuangan rakyat kian memuncak akibat agresi militer Belanda pertama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan karena itu saja, kedatangan orang nomor satu di Indonesia tersebut juga untuk menerima dana dari hasil patungan masyarakat Jambi untuk pembelian pesawat Dakota dengan kode nomor RI-002.

"Kehadiran Soekarno ketika itu disambut meriah dalam bentuk unjuk kekuatan (show of force) pasukan TNI Sub Teritorium Djambi (STD) dengan persenjataan antara lain Anti Air Craft (AAC) dan senapan mesin berat 12,7," ujar Jumardi.

ADVERTISEMENT

Dalam acara penyambutan itu, di ikuti oleh pasukan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), pasukan Polisi RI, dua pleton Kesatuan Tentara Pelajar, organisasi-organisasi pejuang, palang merah dan organisasi wanita.

Soekarno sempat melontarkan kata pujian kepada rakyat Jambi usai menerima dana hasil patungan itu. Dia menyebut, Jambi adalah satu daerah republik Indonesia yang teristimewa.

"Djambi adalah satu Daerah Republik Indonesia yang teristimewa jang daerahnja aman dan makmur dan ekonominja berdjalan dengan baik dan satu daerah jang dapat mengexport hasil buminja (karet) dan mengimport barang-barang luar negeri," ucap Bung Karno kala itu.

Disebut Jumardi, aksi pengumpulan dana masa itu dinilai masuk akal lantaran itu untuk memenuhi perlengkapan negara dalam mempertahankan kedaulatan dari cengkraman kolonial. Salah satu perlengkapan yang perlu segera dipenuhi adalah kebutuhan pesawat. Kala itu, negara butuh empat unit Dakota.

Pesawat Dakota RI-002 di Pangkalan BunPesawat Dakota RI-002 di Pangkalan Bun (Foto: Bagus Prihantoro/detikcom)

Saat itu, harga satu Dakota ditaksir setara dengan harga 1.500 ton getah kering dari pohon karet. Saat itu, ada dua skema yang diterapkan untuk patungan, yakni menarik 5 persen dari hasil sadap karet dan hasil pertanian yang berkesesuaian dengan jumlah getah yang ditetapkan di kewedanan yang tidak menghasilkan getah.

"Kalau yang skema kedua itu untuk membeli sebagian jumlah 4 Dakota Pemerintah Daerah Jambi dapat meminjam dari saudagar-saudagar di Kota Jambi sejumlah 120.000 kurs dolar dengan cara menarik 30 persen dari jumlah harga barang-barang yang dikeluarkan," terang Jumardi.

"Jumlah ini telah tersedia sebelum bulan Agustus tahun 1948. Sebanyak 50 persen dari jumlah harga 4 Dakota dipandang sebagai bakti dan 50 persen dari jumlah 4 Dakota dipandang sebagai andeel," sambung Jumardi ditulisannya.

Sekira 14 tahun berlalu, tepatnya tahun 1962 agresi militer Belanda masih terus terjadi di beberapa daerah di tanah air Indonesia. Lagi-lagi Soekarno kembali mendatangi Provinsi Jambi.

Namun kedatangan Soekarno ini tidak diketahui berkunjung ke daerah mana. Ada sejarawan di Kabupaten Merangin, yakni Karim Hasan menceritakan jika Presiden Soekarno pernah datang ke Jambi tepatnya ke daerah Kabupaten Merangin.

Kedatangan kedua Presiden Soekarno itu diketahui pada 11 April 1962. Kedatangan Soekarno ini ke Jambi disebut berbeda dari penyambutan kali pertama ia ke Jambi.

Kala itu Soekarno disambut oleh para kaum pemuda secara adat, lalu penyerahan cenderamata dari warga dan ramah tamah bersama pemuka Keresidenan Jambi serta beberapa aktivitas lain bersama kelompok warga.

"Perbedaan ini menandai situasi Pemerintahan RI dalam posisi di bawah tekanan Kolonial Belanda dan membutuhkan dukungan penuh dan merata dari seluruh rakyat Indonesia," kata Jumardi.

"Dalam kedatangan dua kali ini, Bung Karno tetaplah menjadi sosok yang kharismatik serta sekaligus jadi pemersatu dari rakyat Jambi senantiasa setia di garis perjuangan Republik Indonesia," tandasnya.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads