Sisi Lain Pengasingan Bung Karno di Sumut

Sisi Lain Pengasingan Bung Karno di Sumut

Nizar Aldi - detikSumut
Senin, 06 Jun 2022 08:55 WIB
1945:  Indonesian statesman Achmed Sukarno (1902 - 1970), first president of the Indonesian Republic formed in 1945.  (Photo by Express/Express/Getty Images)
Presiden pertama RI, Soekarno. (Foto: Keystone/Hulton Archive/Getty Images)
Jakarta -

Presiden pertama RI Soekarno selalu menjalani pengasingan pada masa kolonial Belanda. Oleh Belanda, Bung Karno kerap menjadi tahanan politik dan diasingkan di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Utara (Sumut).

Ada dua daerah di Sumut yang menjadi tempat pengasingan Bung Karno, yakni di Berastagi, Kabupaten Karo dan di Parapat, Kabupaten Simalungun.

Pengasingan Bung Karno saat itu dilakukan pasca kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Saat itu, Belanda mencoba untuk menguasai kembali wilayah jajahannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu kondisi Jakarta sedang goyang, sehingga ibu kota negara dipindahkan ke Yogyakarta sebelum akhirnya dipindahkan ke Sumatera Barat oleh Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Akibatnya, pria kelahiran 6 Juni 1901 itu menjadi tahanan politik dan diasingkan. Soekarno tidak diasingkan sendirian, dia juga ditemani oleh dua tokoh bangsa lainnya yaitu Sutan Sjahrir dan Agus Salim.

ADVERTISEMENT

Lokasi pengasingan mereka pertama di Berastagi, mereka diasingkan sekitar akhir bulan Desember 1948, selama 10 hari. Dari Berastagi kemudian ketiganya dipindahkan ke Parapat, Simalungun, mereka diasingkan sampai januari 1949.

Sekretaris Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sumut Hendri Dalimunthe mengatakan, selama pengasingan, ada kisah mereka yang jarang diketahui publik.

"Kalau kita melihat kondisi Soekarno, Sjahrir dan Agus Salim itu ada yang menarik sebenarnya dan itu jarang diketahui publik,," kata Hendri kepada detikSumut, Kamis (2/6/2022).

Dia menyebutkan selama pengasingan ,ketiganya dipenuhi hak-haknya oleh kolonial Belanda, selain itu ketiganya juga dilayani dengan baik oleh Belanda maupun penduduk sekitar. Bahkan dalam arsip ada foto Soekarno dan Agus Salim di pinggir Danau Toba.

"Meskipun mereka diasingkan mereka juga mendapatkan pelayanan yang sangat baik, baik dari pihak Belanda maupun Indonesia saat itu penduduk sekitar," ucapnya.

Salah satu sejarawan yang menuliskan tentang kehidupan ketiganya secara detail selama pengasingan tersebut adalah Asvi Marwan Adam dalam bukunya berjudul Bung Karno & Kemeja Arrow.

Hendri menjelaskan pernah ada momen dimana Soekarno dicibir oleh Sjahrir akibat memesan kemeja arrow saat dalam kondisi pengasingan tersebut.

"Nah suatu ketika Soekarno memesan kemeja, kemeja arrow. Kita memang tahu kalau Soekarno ini adalah orang yang tetap menjaga penampilannya sangat baik, kalau tidak salah kita sebut saja dia memang seorang parlente. Sjahrir yang melihat itu, mencibir Bung Karno, 'Anda ini masih dalam posisi tahanan politik, masih memikirkan penampilan diri Anda, bagaimana Anda memimpin negara ini jika masih lebih mementingkan penampilan Anda'," jelas Hendri.

Rumah Pengasingan Bung Karno di Parapat, Sumatera UtaraRumah Pengasingan Bung Karno di Parapat, Sumatera Utara (Foto: Habib Rifai)

Di momen lain, Sjahrir juga pernah mengusik Soekarno yang sedang beristirahat di dalam kamar, sedangkan Sjahrir sedang mandi sambil menyanyi, kedua ruangan tersebut bersebelahan.

"Kemudian di satu sisi lain, Soekarno tidur di kamar lalu di samping kamar itu dekat dengan kamar mandi Sjahrir menyanyi-nyanyi sehingga Soekarno itu terganggu. Soekarno mengingatkan kepada Sjahrir 'Bung Syahrir tolong pelankan sedikit suaranya, Bung. Saya sedang tidur'," kata Hendri.

Saat itu kata Hendri, Syahrir tidak mau berhenti, dia terus menyanyi dan memancing emosi dari Soekarno, sehingga dia menggerutu.

"Lalu Sjahrir terus lagi memancing emosi Soekarno dengan bernyanyi, lalu Soekarno menggerutu, lalu Syahrir menjawab 'tutup mulutmu, Bung. Anda ini terlalu cengeng sekali. Persoalan remeh temeh pun Anda ributkan'," terangnya

Situasi kedua tokoh besar tersebut akhirnya didamaikan oleh Agus Salim yang memang secara umur lebih senior dari mereka berdua.

"Posisi Agus Salim yang memang sangat senior jarak usia dari dua tokoh tadi memang sangat jauh, dalam pengasingan itu Agus Salim yang seorang pioner yang mampu mendiplomasikan kedua tokoh yang memang pada waktu itu sentimen emosional mereka sedang diuji oleh satu sisi keadaan dan satu sisi kondisi mereka selama pengasingan yang jauh dari keluarga, yang jauh dari kehidupan ramai, ditambah lagi kondisi bangsa yang saat itu sedang kacau," tambahnya.

Dia juga mengatakan di dalam buku Asvi Marwan Adam itu menjelaskan psikologi tokoh-tokoh tersebut selama pengasingan. Ternyata selama pengasingan Soekarno tetap memperhatikan penampilan.

Sementara Sjahrir adalah seorang tokoh besar tokoh hebat juga memiliki sisi kekanak-kanakan. Persahabatan mereka dilengkapi dengan Agus Salim, tokoh yang paling senior mampu mendamaikan kedua tokoh tersebut .

"Selama ini yang kita tahu Soekarno itu seorang proklamator saja. Mereka sebenarnya punya sisi-sisi kehidupan yang menarik tetapi mereka tidak mencampurkannya dengan urusan negara," sebut Hendri.

Pasca kemerdekaan dan agresi militer selesai, Soekarno selaku pemimpin negara sering berkunjung ke Sumatera Utara, terkhusus Kota Medan. Salah satu lokasi yang dia kunjungi adalah Gelanggang PSMS Medan.

"Itu tadi jejak Soekarno selama pengasingan, setelah pengasingan jelas Soekarno sering berkunjung ke Medan, bahkan dia pernah berkunjung ke Gelanggang PSMS Medan yang ada di Pajak (pasar) Sambu," tutupnya.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads