Melihat Bisnis Cerutu dari Tembakau Gayo Beromzet Ratusan Juta

Aceh

Melihat Bisnis Cerutu dari Tembakau Gayo Beromzet Ratusan Juta

Agus Setyadi - detikSumut
Rabu, 17 Jul 2024 14:31 WIB
Produksi cerutu dari tembakau Gayo. (Agus Setyadi/detikSumut)
Foto: Produksi cerutu dari tembakau Gayo. (Agus Setyadi/detikSumut)
Aceh Tengah -

Bisnis cerutu dan rokok dari tembakau Gayo sedang berkembang di Kabupaten Aceh Tengah. Produk cerutu di daerah ini bahkan sudah dikirim hingga ke Eropa dan Timur Tengah. Omzet dari bisnis ini mencapai ratusan juta pertahun.

Salah satu cerutu yang diproduksi di dataran tinggi Gayo yakni Gayo Mountain Cigar (GMC) beralamat di jalan Takengon-Isaq, Kayu Kul, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah. Cerutu di sini dibuat secara manual menggunakan tangan.

Owner PR Gayo Mountain Cigar Salmy Lahmuddin mengaku hanya membutuhkan waktu kurang dari satu menit untuk menghasilkan satu batang cerutu. Tembakau yang sudah disiapkan digulung dengan penuh kehati-hatian agar kualitasnya tetap terjaga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Produksi cerutu dari tembakau Gayo. (Agus Setyadi/detikSumut)Owner PR Gayo Mountain Cigar Salmy Lahmuddin. (Agus Setyadi/detikSumut)

"Gayo Mountain Cigar ini sudah kita produksi itu mulai launching Desember 2020. Saat ini kita masih memenuhi pasar nasional tapi ada juga yang kita kirim ke beberapa negara di Timur Tengah dan Eropa. Alhamdulillah potensi tembakau Gayo atau Aceh umumnya itu diminati pangsa pasar nasional dan internasional," kata Salmy kepada detikSumut, Rabu (17/7/2024).

Salmy belajar membuat cerutu secara otodidak. Setelah yakin menggeluti bisnis tersebut, Salmy mengurus berbagai perizinan sehingga tercatat sebagai perusahaan rokok resmi yang telah memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC).

ADVERTISEMENT

Pemilik Galeri Kopi Indonesia itu juga memberdayakan masyarakat setempat mulai dari menanam tembakau hingga proses produksi. Petani di dataran tinggi Gayo menanam tembakau di sela-sela tanaman kopi. Namun untuk mencukupi kebutuhan, Salmy juga memiliki kebun plasma yang dikhususkan untuk menanam tembakau.

Gayo Mountain Cigar (GMC) beralamat di jalan Takengon-Isaq, Kayu Kul, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah. (Agus Setyadi/detikSumut)Gayo Mountain Cigar (GMC) beralamat di jalan Takengon-Isaq, Kayu Kul, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah. (Agus Setyadi/detikSumut)

Pada masa awal-awal produksi, Salmy mempromosikan cerutu buatannya ke pengunjung Galeri Kopi. Usai mencobanya, beberapa orang meminta diizinkan cerutu dibawa pulang ke daerah asal.

Salmy mengemas cerutu tersebut sebagai oleh-oleh dan dibawa pengunjung hingga ke mancanegara. Lambat laun, cerutu buatannya mulai diminati warga lokal dan Nusantara.

"Cerutu kita sudah masuk ke daratan Timur Tengah seperti Oman, Qatar, Turki dan juga beberapa negara di Eropa," kata Salmy.

Namun saat ini Salmy sudah tidak mengirim cerutu ke luar negeri karena ada persyaratan yang harus dipenuhi. Dia memilih fokus menjual produknya di dalam negeri.

Menurutnya, cerutu yang diproduksinya dalam setahun mencapai puluhan ribu batang. Satu bungkus cerutu dijual dengan harga bervariasi yakni satu bungkus isi satu batang seharga Rp 50 ribu, satu bungkus isi dua batang Rp 100 ribu, satu bungkus isi dua batang Rp 40 ribu dan satu bungkus isi lima batang seharga Rp 100 ribu.

"Tahun ini saja sekitar 12 ribu batang untuk pasar lokal. Belum lagi masuk ke pasar nasional," jelas Salmy.

Dia saat ini tercatat sebagai pengguna jasa cukai Bea Cukai Lhokseumawe. Salmy menyebutkan, omzet bisnis cerutu bergantung pada penggunaan pita cukai.

"Tahun kemarin sekitar Rp 800-an juta. Itu Pendapatan kotor," ujar Salmy.

Salmy berharap pemerintah membantu mempromosikan produk cerutu yang dihasilkan perusahaan rokok binaan Kanwil Bea Cukai Aceh itu sehingga semakin berkembang. Menurutnya, tembakau Aceh memiliki rasa yang khas sehingga diminati banyak orang.

"Harapan kita ke depan tembakau Aceh ini salah satu komoditas unggulan dapat memberikan kontribusi untuk negara dan dari tembakau ini juga nantinya negara akan membangun infrastruktur melalui pendapatan tembakau Aceh," ujarnya.

Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Aceh Safuadi mengatakan, hadirnya industri rokok lokal dapat menekan angka peredaran rokok ilegal yang saat ini marak diseludupkan ke wilayah Aceh dari luar negeri. Selain itu, kehadiran industri rokok lokal juga dinilai menjadi momentum kebangkitan ekonomi serta perdagangan UMKM produk hasil tembakau di Tanah Rencong.

"Aceh punya rokok sendiri, sehingga kita bangga dengan rokok yang kita hasilkan sendiri karena akan mempekerjakan pekerja dari Aceh. Hal ini akan memberikan peluang bahwa Aceh bisa berkembang sehingga tidak perlu lagi mengkonsumsi rokok ilegal," kata Safuadi.




(agse/nkm)


Hide Ads