Angka kemiskinan di Sumut tercatat mengalami penurunan per Maret 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumut, jumlah orang miskin per Maret 2024 tercatat sebanyak 1,22 jiwa.
"Angka kemiskinan ini setara dengan 1,22 juta jiwa pada Maret 2024, atau berkurang sekitar 11,7 ribu jiwa dalam satu tahun terakhir," ungkap Statistis Ahli Utama BPS Provinsi Sumut Misfaruddin, Senin (1/7/2024).
Misfaruddin menyebutkan bahwa penduduk miskin di perkotaan mengalami pengurangan. Tercatat, penduduk miskin di perkotaan kini sebanyak 697 ribu jiwa per Maret 2024. Ada pengurangan 12,5 ribu jiwa dibanding Maret 2023 sebanyak 710 ribu jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, penduduk miskin di pedesaan justru makin meningkat per Maret 2024 sebesar 530 ribu jiwa, naik dibanding Maret sebesar 529 ribu jiwa.
Dari data BPS, komoditi penyumbang terbesar garis kemiskinan di Sumut yakni ada beras sebesar 22,5% untuk di wilayah perkotaan dan 30,4% untuk wilayah pedesaan.
Empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan adalah rokok kretek filter (12,43%), tongkol/tuna/cakalang (4,47%), cabe merah (3,99%), dan telur ayam ras (3,73%).
Demikian juga di perdesaan, empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter (10,42%), tongkol/tuna/cakalang (3,60%), cabe merah (3,53%) dan telur ayam ras (3,28%).
Kemudian, BPS membeberkan ada beberapa faktor dalam pengurangan angka kemiskinan seperti Perekonomian triwulan I/2024 tumbuh sebesar 4,88 persen (y-on-y), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I/2023 sebesar 4,87 persen (y on y ).
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2024 sebesar 5,1 persen atau turun sebesar 0,14 persen poin dibandingkan Februari 2023 (5,24 persen). Berdasarkan wilayah, TPT perkotaan turun sebesar 0,27 poin dan TPT perdesaan turun 0,13 poin.
Tak hanya itu, membaiknya kondisi ketenagakerjaan yang juga tercermin dari peningkatan proporsi pekerja formal turut menurunkan jumlah penduduk miskin. Tren pekerja formal meningkat dari 42,38 persen pada Februari 2023 menjadi 42,42 persen pada Februari 2024.
(afb/afb)