Banyak pelaku UMKM yang terpuruk dan gulung tikar di masa pandemi Covid-19. Tapi tidak dengan Marheni Br Sinulingga, yang bisa raup cuan puluhan juta di masa pandemi dari bisnis jual beli jambu biji merah.
Tidak hanya rasa jambu biji merah yang manis, cuan yang dihasilkan Marheni dari jambu merah tak kalah manis. Bisnis jual beli jambu merah sudah dijalani Marheni sejak 2018, tapi pendapatan yang diterimanya di masa pandemi naik berkali-kali lipat.
"Banyak permintaan waktu Covid-19," ujar Marheni agen jual beli jambu biji merah saat ditemui di kediamannya Jalan Diski Glugur Rimbun, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, Jumat 19 April 2024 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beruntungnya ketika banyak permintaan, jambu merah yang dihasilkan petani juga melimpah. Buah banyak, permintaan tinggi membuat harga pun naik alhasil keuntungannya meningkat.
"Suasana Covid-19 banyak buah, harga mahal, banyak permintaan," ungkapnya.
![]() |
Menurutnya masyarakat meyakini jus jambu biji merah memiliki banyak khasiat yang baik untuk tubuh. Karena itu banyak yang mengkonsumsinya.
"Karena zaman Covid-19 pesan jambu merah untuk jadi obat dibuat jus," tuturnya.
Banyaknya pesanan di masa pandemi membuat Marheni dan suaminya mencari tambahan buah dari sejumlah agen. Selama ini dia bekerja sama dengan lima petani yang selalu menjual buah kepadanya.
"Banyak permintaan saya sama suami cari dari tempat lain, tidak hanya petani ada juga buah dari agen. Memang harga agen itu sedikit lebih mahal kalau diambil dari petani. Kalau sekarang ini harga petani itu Rp 7 ribu, agen sekitar Rp 8 ribu - Rp 9 ribu. Kami tolak Rp 12 ribu - Rp 13 ribu," jelasnya.
Tidak melulu untung, ada kalanya pengirimannya ke pedagang buah yang menjadi langganannya terkendala. Kerugian itu didapatnya ketika pengiriman terkendala akibat bus tidak bisa berjalan.
"Ada juga ruginya, pas bus nggak jalan, pengiriman terkendala, udah sampai pajak tak bisa kirim. Ada ruginya juga, ada beberapa keranjang nilainya Rp 3 juta-an. Pembeli itu akhirnya bayar cuma Rp 1 juta, saya anggap waktu itu uang hangus aja, karena sebelumnya sudah dapat untung lebih," kata Marheni.
Berbisnis tidak selalu mendapat keuntungan, pernah Marheni merugi. Buah yang sudah dibeli tak dibayar, nominalnya Rp 10 juta lebih.
"Ada orang sekitar sini juga ambil buah jambu kami, dia mau jual katanya. Setelah dijual tak dibayar, alasannya dia kena tipu juga dan tidak dibayar. Ya sudah kami anggap itu risiko bisnis," katanya.
Hal itu diakui Marheni sempat membuat cashflow usahanya sedikit goyang. Sehingga butuh modal tambahan karena itu dia memutuskan mengambil pinjaman bank.
![]() |
Sejak 2015 Marheni sudah menjadi nasabah kredit usaha rakyat (KUR) BRI. Bertahap pinjaman diajukannya ke BRI untuk menambah modal usaha.
"2015 pertama kali ambil Rp 5 juta, total sudah 4 kali ngambil KUR BRI, terakhir ambil Rp 70 juta. Transaksi pembayaran dari pembeli itu pun pakai rekening BRI," katanya.
Mengambil buah dari agen harus dibayar tunai. Sehingga dia pun butuh modal tambahan, sedangkan buah petani bisa dibayarkan setelah dia mengirimkan ke penjual buah langganannya.
"KUR diambil untuk modal usaha, kalau kami ambil dari agen ngambil kontan, makanya butuh uang cash. Kalau petani bisa bayar setelah dibayar agen. Ketika harga buah mahal, saya biasanya pesan ke langganan agar uang langsung ditransfer setelah barang diterima," ungkapnya.
Adapun perkenalannya pertama kali dengan BRI terjadi ketika Kepala Cabang BRI Puji Mulyo yang datang ke kampungnya.
"Pak Hombing Kepala Cabang BRI Puji Mulyo datang ke warung-warung di sini, ngobrol-ngobrol sekaligus nawari KUR, kebetulan lagi butuh jadi ambil. Tambahan modal dari KUR BRI ini sangat banyak membantu," tutupnya.
BRI Targetkan Rp 165 T Penyaluran KUR
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran RP 165 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2024. Dia bahkan optimis target tersebut tercapai paling lama September mendatang.
"Untuk tahun ini kami akan salurkan KUR kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta. (Selain itu), Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujarnya dilansir dari laman resmi BRI.
Optimisme tersebut tak lepas dari strategi yang telah disusun perseroan utamanya terkait percepatan graduasi atau upaya menaikkelaskan nasabah eksisting, dan perluasan jangkauan penerima baru.
Target ini lebih tinggi dibanding pencapaian 2023 yang mana BRI telah menjangkau 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru. Sementara, BRI telah menaikkelaskan nasabah KUR eksisting sebesar 1,7 juta.
Sunarso menambahkan bahwa BRI akan terus mengupayakan percepatan graduasi dan meraih jangkauan yang lebih luas dengan mengedepankan program pemberdayaan. Artinya ini merupakan langkah transformasi dari fokus pembiayaan dan skema subsidi bunga yang selama ini diterapkan pada KUR generasi kedua yang sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Hal ini bertujuan agar penerima KUR tak hanya semakin bertambah jumlah, namun juga kualitas nasabah turut meningkat.
(astj/astj)