Sepatu Kulit Produk UMKM Medan Tembus Pasar Malaysia

Sepatu Kulit Produk UMKM Medan Tembus Pasar Malaysia

Andika Syahputra - detikSumut
Selasa, 12 Mar 2024 07:30 WIB
Joni Sapril Chaniago saat menunjukkan salah satu sepatu kulit yang diproduksi di tempat usahanya.  (Andika Syahputra/detikcom)
Joni Sapril Chaniago saat menunjukkan salah satu sepatu kulit yang diproduksi di tempat usahanya. (Andika Syahputra/detikcom)
Medan -

Tersinggung dengan ucapan pimpinan tempatnya bekerja di perusahaan alat kesehatan membuat Joni Sapril Chaniago memutuskan resign. Keinginan mengembangkan kemampuan membuat sepatu yang sudah dipelajarinya sejak masih duduk di bangku SMP pun muncul.

Tidak disangka sepatu kulit hasil produksi Chaniago Jaya perlahan berkembang. Bahkan produknya sampai dipasarkan ke Malaysia, jumlahnya tidak sedikit mencapai ratusan pasang sepatu.

Mulanya Joni berkisah, orang Malaysia yang memasarkan sepatu hasil produksinya datang langsung Chaniago Jaya di Jalan Rahmad Komplek Industri PIK No 01, Medan. Kedatangan mereka untuk mengambil pesanan ratusan pasang sepatu yang telah dipesan sebelumnya secara online.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanpa ucapan bos membuatnya sakit hati hingga memutuskan banting setir menjadi pengusaha dan mengembangkan kemampuan membuat sepatu, Joni masih mungkin akan tetap bekerja. Pasca berhenti di perusahaan tersebut dia memilih kembali ke Medan.

Tidak langsung membuka usaha, awalnya Joni memilih bekerja di tempat pembuatan sepatu sembari menabung untuk modal.

ADVERTISEMENT

"Kalau tidak salah berhenti bekerja dari Jakarta itu 2002 lalu. Setelah itu sempat bekerja lagi di tempat orang membuat sepatu sembari mengumpulkan uang (modal)," kata Joni Sapril Chaniago, pemilik Chaniago Jaya, saat berbincang dengan detikcom Minggu 10 Maret 2024.

Setelah tabungan dirasa cukup, keberanian membuka usaha sendiri dan memproduksi sepatu sendiri muncul. Selain sepatu, kala itu ada juga orderan membuat sandal.

"Ada modal sedikit hasil tabungan ketika bekerja mulai usaha sendiri, bikin sepatu sendiri. Dari sanalah kenal BRI untuk pinjaman," katanya.

R Rahman ketika membuat pola untuk sepatu produksi Chaniago Jaya. (Andika Syahputra/detikcom)R Harahap ketika membuat pola untuk sepatu produksi Chaniago Jaya. (Andika Syahputra/detikcom)

Pesanan untuk membuat sepatu dari Malaysia mulai menurun sejak pandemi. Usai pandemi berlalu pesanan dari Malaysia pun tidak kunjung tiba.

"Sejak Covid-19 sudah tidak ada lagi pesanan dari Malaysia. Sebelum itu ada, sekali pesan jumlahnya cukup banyak beberapa bal. Mereka sendiri yang ambil sepatunya kalau udah jadi, mereka bawa ke Malaysia. Katanya untuk dijual lagi," ujar

3 Kali Ajukan KUR

Joni yang ingin mengembangkan usahanya mulai mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) ke BRI. Pinjaman itu diajukannya tidak hanya sekali, tapi hingga tiga kali.

"Awal mulanya dari Rp 5 juta, Rp 15 juta dan Rp 25 juta. Modal itu digunakan untuk menambah modal usaha karena ada orderan. Biasanya kalau pemerintahan kan pembayarannya menunggu minimal satu bulan, dipakai untuk menutupi itu," jelasnya.

Di awal menjalankan usaha sendiri, Joni lebih banyak mendapat orderan atau pesanan untuk membuat sepatu harian. Karena merasa sering dipermainkan soal harga oleh pemilik grosir yang menerima sepatu dan sandal buatannya, Joni memutuskan beralih dari membuat sepatu harian menjadi sepatu kulit tempahan.

"Kalau sepatu tempahan itu ketika ada yang order atau pesan baru dibuat. Jadi hemat di tenaga, biaya juga," tuturnya.

Rezekinya pun berdatangan setelah itu, dia mendapatkan banyak orderan mulai dari instansi hingga pribadi. Tidak hanya di Medan, ada juga pesanan yang datang dari luar kota dan luar negeri.

"Luar negeri yang saya bilang tadi Malaysia. Kalau luar kota itu ada Aceh dan Pekanbaru. (Ada) 32 sekolah se Provinsi Aceh (yang pesan 2022) tahun sebelumnya lagi dari Pekanbaru, perusahaan kontruksi, ada kita produksi sepatu safety," jelasnya.

Joni mengatakan biasanya dia mendapat orderan jelang masuk tahun ajaran baru sekolah. Sepatu untuk guru, sepatu kegiatan drumband merupakan jenis orderan yang biasa diterimanya dari luar kota ketika masuk tahun pelajaran baru.

Hanya saja diakuinya orderan sepatu tempahan tahun ini belum banyak. Sehabis lebaran dia memprediksi pesanan baru akan masuk. Karena orderan masih sedikit, jumlah pekerja pun disesuaikannya.

"Total pekerja hari ini tiga orang. Biasanya empat, mereka buruh harian lepas. Kalau di sini orderan kurang mereka cari tempat lain, nanti dipanggil lagi ketik ada orderan," bilangnya.

Secara khusus Joni tidak pernah menghitung jumlah produksinya, karena tergantung pesanan. Namun, beberapa waktu lalu ketika pesanan banyak dia bisa memproduksi 3 ribu pasang sepatu dalam kurun waktu 2,5 bulan "Kapasitas itu 2 pekerja untuk 100 pasang sepatu," jelasnya.

Meski orderan dari Malaysia tidak muncul lagi, sepatu buatannya kini banyak diorder oleh instansi pemerintahan yang ada di Kota Medan. Hal itu disebutnya karena ada kebijakan Wali Kota Medan Bobby Nasution yang meminta ASN memakai produk UMKM.

"2023 lalu memang orderan terbanyak dari dinas-dinas, kantor camat dan sebagainya. ASN lah. Kalau kantor pemerintahan itu biasanya orderan melalui e-katalog," tuturnya.

Di awal kedatangan di Kota Medan, kehidupan Joni tidak seperti hari ini. Memiliki banyak keterbatasan apalagi dia merantau dari kampungnya di Sumatera Barat usai lulus SD, keinginan awal melanjutkan pendidikan SMP di Medan.

Keterbatasan dan keinginan melanjutkan sekolah membuat Joni memutuskan untuk bekerja. Dari situ dia mulai mengenal dunia sepatu.

"Dari SMP sampai SMA saja kerja untuk biaya sekolah. Merantau ke Medan tinggal sama keluarga, tentu juga ingin mandiri," jelasnya.

Tidak langsung bisa memproduksi sepatu sendiri, dia mulanya hanya menjadi kernet. Pasca lulus SMA muncul keinginan Joni bekerja di kantoran.

Sejumlah lamaran pun dilayangkannya ke beberapa perusahaan. Akhirnya salah satu perusahaan alat kesehatan menerimanya untuk ditempatkan di bagian marketing.

Tidak lama Joni bekerja di Medan, perusahaan tersebut memindahkannya ke Bangka Belitung. Selang beberapa tahun dipindahkan kembali, kali ini ke Jakarta.

Dari Jakarta kemudian Joni memilih berhenti bekerja dan kembali ke Medan. Keputusan itu diambilnya setelah mendengar ucapan atasan di tempatnya bekerja.

R Harahap, satu dari pekerja di Chaniago Jaya, mengatakan dia sudah lama menjadi pengrajin sepatu. Bahkan ketika masih muda dahulu.

"Kerja sepatu udah lama, puluhan tahun lalu," ungkapnya.

Pindah dari satu tempat ke tempat lain menjadi lumrah, karena pekerjaannya tergantung pesanan yang ada. "Kalau di sini orderan kurang, pindah ke tempat lain. Biasanya kalau banyak dipanggil lagi," jelasnya.

ASN Kota Medan Jadi Pasar Pelaku UMKM. Baca Halaman Berikutnya...

Pemkot Medan Jadi Pasar UMKM

Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman menjelaskan bahwa ASN di Pemkot Medan sudah jadi pasar UMKM. Dukungan itu diberikan agar UMKM yang ada di Medan dapat berkembang.

"Selain memberikan pelatihan, bantuan modal, dan peralatan, Pemkot Medan juga telah menjadi pasar bagi produk UMKM," ucapnya.

Saat ini, pengadaan makan minum untuk kegiatan di Pemkot Medan juga berasal dari UMKM. Karena itu, Aulia menyarankan agar pelaku UMKM dapat menayangkan produknya di katalog elektronik Pemkot Medan.

"Kita dorong UMKM ini masuk ke katalog Pemkot Medan supaya mendapatkan pesanan," ungkapnya.

Direktur Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Supari membeberkan rincian kenaikan debitur baru penerima KUR. Kenaikan itu bahkan telah melampaui target dari pemerintah.

Hingga akhir triwulan III 2023, kata Supardi, BRI berhasil melampaui target pemerintah hingga 105,82% pada September 2023. Ia menuturkan, kenaikan ini sejalan dengan komitmen BRI dalam mendorong pelaku usaha, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar dapat berkembang.

Sepatu yang diproduksi di Chaniago Jaya (Andika Syahputra/detikcom)Sepatu yang diproduksi di Chaniago Jaya (Andika Syahputra/detikcom) Foto: Sepatu yang diproduksi di Chaniago Jaya (Andika Syahputra/detikcom)

Menurutnya, pada periode Januari-September 2023, BRI berhasil berkontribusi dalam pertumbuhan pelaku usaha sebanyak 2,3 juta debitur. Ia pun merincikan pencapaian yang telah diperoleh, yaitu sekitar 351 ribu pelaku usaha naik kelas dari KUR Super Mikro ke KUR Mikro. KUR Mikro ke KUR Kecil mencapai 1,9 juta debitur, dan KUR Kecil ke Kredit Komersial sekitar 13.000 debitur.

"Telah mencapai 1,44 juta debitur KUR baru hingga triwulan III 2023. Sedangkan target debitur KUR baru 2023 adalah sebesar 1,36 juta debitur. Kebijakan penyaluran KUR tahun 2023 pun memiliki substansi graduasi atau UMKM naik kelas yang jelas untuk kemandirian pelaku usaha," kata Supari dalam keterangannya.

Supari juga menjelaskan porsi kredit UMKM mencapai 83,06% dari total portofolio kredit BRI. Bahkan khusus untuk portofolio kredit mikro komersial yaitu Kupedes BRI, hingga akhir September 2023 tercatat mencapai sebesar Rp 201,4 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 57,5% secara tahunan, dengan peminjam sebanyak 4,5 juta debitur atau meningkat 71,6%.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Heboh Oknum Polisi Palak Pemotor Wanita, Ini Kata Polrestabes Medan"
[Gambas:Video 20detik]
(astj/astj)


Hide Ads