Di tengah kesibukan sebagai seorang wartawan, Yuni masih sempat mengurus toko jilbab miliknya yang ada di Pasar Sei Sikambing, Jalan Gatot Subroto, Medan. Berjualan jilbab sudah dijalaninya sejak 2015 lalu.
Semua berawal ketika menjadi reseller, kala itu dia menawarkan jilbab kepada teman-temannya. Gayung bersambut, jilbab yang ditawarkan Yuni diminati banyak orang dan omzet penjualan cukup tinggi.
Karena alasan itu dia dan suaminya Ramadona Hasibuan memberanikan membuka toko di Swalayan Maju Bersama, Jalan Tritura, Medan. Kios berukuran sedang pun mereka sewa untuk mengembangkan usaha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di tahun 2015 jualan jilbab keliling dan bantu kawan-kawan yang mau jadi reseller untuk jualan jilbab. Karena melihat banyak permintaan, kami memilih sewa kios di Swalayan Maju Bersama Mariendal di tahun 2016 akhir," ujarnya saat berbincang dengan detikcom Sabtu 9 Maret 2024.
Keputusan membuka kios di swalayan tidak berjalan mulus. Penjualan di kios tidak dapat menutupi biaya operasional, hingga akhirnya Yuni dan suami menutup kios yang baru dibuka tiga bulan.
"Karena pembeli sepi sebab tidak semua yang belanja di swalayan itu berpotensi membeli jilbab," katanya.
![]() |
Menutup kios buka berarti usahanya berhenti, Yuni memilih untuk mencari tempat lain agar terus bisa berjualan jilbab. Akhirnya pilihan jauh ke sebuah toko di Pasar Sei Sikambing.
Toko itu kemudian mereka namakan Wahyu Hijab. Sudah lebih dari tujuh tahun usaha jilbab di tempat itu berjalan. "2017 menyewa kios di Pasar Sei Sikambing Medan hingga saat ini," tutur wanita bernama lengkap Sri Wahyuni Naibaho itu.
Sedari awal Yuni tidak mempekerjakan orang untuk membangun usaha, semua dikerjakan bersama suami yang saat itu juga berprofesi sama dengannya yakni wartawan.
Modal pertama membuka toko jilbab merupakan uang tabungan bersama dengan suami. Uang itu dipakai untuk membayar sewa kios dan membeli barang.
Setelah fokus membangun toko jilbab di Pasar Sei Sikambing, suaminya memilih berhenti bekerja. Dengan begitu usaha yang dijalankan lebih maksimal. Sebelum itu mereka secara bergantian berjaga di toko tergantung kesibukan pekerjaan.
"Jualannya dikerjakan bersama suami yang memilih berhenti bekerja untuk fokus berjualan. Sedangkan saya tetap bekerja tapi ikut juga membantu jualan di sela waktu luang sebagai wartawan. Jadi kami tidak pakai pegawai," jelasnya.
Dua tahun kios di Pasar Sei Sikambing berjalan, Yuni mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) ke BRI. Dia ingin usahanya lebih berkembang lagi dengan cara menambah stok barang-barang terbaru.
"Setelah berjalan sekitar 2 tahun (di Pasar Sei Sikambing) mengajukan pinjaman KUR ke BRI untuk menambah modal dan disetujui Rp 25 juta dicicil 24 bulan di tahun 2019. Sampai sekarang masih ada KUR di BRI, terakhir KUR diambil Rp 50 juta dan masih ada cicilannya," katanya.
"(KUR) sangat membantu. Cicilannya kecil sehingga mampu untuk dibayar tanpa tersendat-sendat," lanjut dia.
Proses pengajuan KUR ke BRI, diakuinya mudah dan gampang. Berdasarkan catatannya hanya butuh waktu tiga hari dari pengajuan sampai dicairkannya KUR.
"Proses mudah, terpenting melengkapi laporan pembukuan jualan dan pembelian. Kemudian survei usaha serta rumah dan ada agunan berupa BPKB sepeda motor. Setelah lengkap dan disurvei dalam tiga hari sudah bisa cair," katanya.
KUR yang diberikan BRI itu pun kemudian dimanfaatkan Yuni untuk menambah jumlah barang. Alhasil pun penjualannya ikut meningkat.
"Penjualan ya lebih semangat karena bisa melengkapi barang di kios," bilangnya.
Yuni memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan penjualan. Dia sering mempromosikan jilbabnya di media sosial. Sedangkan sang suami fokus berjualan di toko yang mereka buka.
Meski kini zamannya belanja online, Dona-sapaan akrab Ramadona- mengatakan masih banyak orang yang ingin berbelanja jilbab dengan melihat dan mencoba secara langsung.
"Alhamdulillah tetap jualan selain jualan offline juga dibantu (istri) promosi di medsos. Cuma belum jualan live medsos karena keterbatasan modal untuk memenuhi barang dan tenaga kerja. Memang masih ada saja konsumen yang suka membeli secara offline karena dapat mencoba dan puas memilih warna serta model yang dicari," katanya.
Usaha Sempat Menurun karena Pandemi. Baca Halaman Berikutnya...
Dona pun sempat menyinggung usaha mereka yang menurun di masa pandemi Covid-19. Beruntung situasi itu telah berlalu dan usaha jilbab mereka tetap eksis sampai hari ini.
"Dulu pas Covid-19 terdampak lah, tidak ada penjualan. Kalau sekarang mau Ramadan memang tidak terlalu banyak pembeli, pajak (pasar) tidak terlalu banyak pengunjung. Biasanya mulai ramai sepekan jelang Idul Fitri," ungkapnya.
Demi mempermudah pelanggan bertransaksi ketika membeli jilbab, Yuni menyediakan metode pembayaran non tunai QRIS BRI. "Beberapa konsumen yag tidak menggunakan uang tunai selalu menggunakan QRIS BRI yang memang telah disediakan oleh BRI," tutupnya.
Walaupun penjualan sedikit menurun jelang Ramadan, tetap ada saja pembeli yang datang. Saat ada pembeli yang datang, dengan sigap Dona dan Yuni melayani. Keduanya menawarkan ke pembeli model terbaru jilbab yang banyak peminatnya.
Usai sibuk memilih jilbab yang akan dibeli, pembeli itu pun bertanya apakah transaksi bisa dilakukan secara non tunai.
"Saya bayar QRIS bisa?," tanya pelanggan tersebut.
Dia memilih beberapa jilbab untuk diberikan kepada keluarganya. Total belanjanya pun mencapai Rp 140 ribu.
"Bisa silahkan scan di situ," jawab Yuni.
"Kalau di sini tidak terlalu banyak yang belanja pakai non tunai, lebih banyak tunai. Tapi kami tetap sediakan, kalau-kalau ada nasabah yang bertanya dan tidak punya uang tunai untuk berbelanja," timpal Yuni.
Direktur Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Supari membeberkan rincian kenaikan debitur baru penerima KUR. Kenaikan itu bahkan telah melampaui target dari pemerintah.
Hingga akhir triwulan III 2023, kata Supardi, BRI berhasil melampaui target pemerintah hingga 105,82% pada September 2023. Ia menuturkan, kenaikan ini sejalan dengan komitmen BRI dalam mendorong pelaku usaha, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar dapat berkembang.
Menurutnya, pada periode Januari-September 2023, BRI berhasil berkontribusi dalam pertumbuhan pelaku usaha sebanyak 2,3 juta debitur. Ia pun merincikan pencapaian yang telah diperoleh, yaitu sekitar 351 ribu pelaku usaha naik kelas dari KUR Super Mikro ke KUR Mikro. KUR Mikro ke KUR Kecil mencapai 1,9 juta debitur, dan KUR Kecil ke Kredit Komersial sekitar 13.000 debitur.
"Telah mencapai 1,44 juta debitur KUR baru hingga triwulan III 2023. Sedangkan target debitur KUR baru 2023 adalah sebesar 1,36 juta debitur. Kebijakan penyaluran KUR tahun 2023 pun memiliki substansi graduasi atau UMKM naik kelas yang jelas untuk kemandirian pelaku usaha," kata Supari dalam keterangannya.
Supari juga menjelaskan porsi kredit UMKM mencapai 83,06% dari total portofolio kredit BRI. Bahkan khusus untuk portofolio kredit mikro komersial yaitu Kupedes BRI, hingga akhir September 2023 tercatat mencapai sebesar Rp 201,4 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 57,5% secara tahunan, dengan peminjam sebanyak 4,5 juta debitur atau meningkat 71,6%.
Simak Video "Jadi Pahlawan UMKM, BRI Sabet Penghargaan Anugerah Ekonomi Hijau"
[Gambas:Video 20detik]
(astj/astj)